News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

UII Yogyakarta Gelar Bedah Buku Kapitalisme Religius: Peradaban Islam Masa Depan

UII Yogyakarta Gelar Bedah Buku Kapitalisme Religius: Peradaban Islam Masa Depan


WARTAJOGJA.ID : Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kembali menggelar Serial Diskusi Peradaban  pada Selasa (17/10), di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito Kampus UII Yogyakarta.

Kegiatan itu dikemas dalam bentuk bedah buku berjudul Kapitalisme Religius: Peradaban Islam Masa Depan karya Suwarsono Muhammad
yang berfokus pada tema Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam sebagai payung pembahasan.

Turut hadir Prof. Musa Asyari dan Yudi Latif, M.A., Ph. D., sebagai pembedah dan pembahas buku tersebut. Hadir pula Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya dan Pengembangan Karier, Prof. Dr. Zaenal Arifin, M.Si., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag.
 
Rektor UII Yogyakarta dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini menjadi bagian awal dari sebuah diskusi yang bertema besar, dan berharap semoga dapat menjadi awal yang baik untuk dapat membuka mata, pikiran dan hati bagi seluruh keluarga UII. 

"Pembahasan yang menjadi tema perdana dalam diskusi peradaban kali ini merupakan salah satu dari imaji masa depan, terutama untuk peradaban Islam, mendiskusikan imajinasi masa depan menjadi bagian penting untuk menyongsong masa depan yang tidak tunggal," kata Rektor.

“Ke depan yang dibutuhkan adalah imajinasi kolektif yang tidak tunggal, bukan the future tapi futures, jamak,” ungkap Prof. Fathul Wahid.

Prof. Fathul Wahid berharap dalam kesempatan-kesempatan mendatang, akan ada lebih banyak lagi imajinasi masa depan yang akan dibahas. Ia mengakhiri sambutannya dengan penuturan mengenai pentingnya diskusi masa depan. “Ketika kita lupa mendesain masa depan kita sendiri, masa depan kita akan didesain oleh orang lain,” ujarnya.

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof Musa Asy'arie dalam kesempatan itu mengatakan kapitalisme religius bukan pula kapitalis yang memakan religius. Namun, konsep religius yang mengendalikan kapitalis. Jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, maka akan muncul kesenjangan.

"Tidak perlu kita mempertentangkan Pancasila dengan Islam karena hakikatnya Pancasila adalah maqashidus syariah. Pemahaman atas Pancasila sebagai nilai yang sejalan dengan prinsip maqashidus syariah, pada dasarnya akan menciptakan praktik ekonomi yang ideal dengan sendirinya," paparnya.

Pada sesi selanjutnya, pembahasan disampaikan oleh cendekiawan Yudi Latif. Mengambil pendekatan yang berbeda, Yudi menganggap bahwa peradaban yang akan bertahan adalah peradaban yang di jantungnya masih terdapat detak religiusitas.

"Daya tahan suatu peradaban juga terletak pada sisi terluarnya yakni ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi. Jika ilmu pengetahuan lemah, maka peradaban tersebut niscaya tidak akan mampu meradiasi peradaban lain," ungkap mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu. 

Dia juga mengangkat salah satu kelebihan buku Kapitalisme Religius ini berkaitan dengan strategi yang ditawarkan dalam meraih kemajuan peradaban Islam. Alih-alih mereproduksi, buku ini menurutnya menawarkan strategi rekonstruksi peradaban. 

Penulis buku, Suwarsono Muhammad mengatakan keikutcampuran negara pada masa Nabi Muhammad saw dalam memberikan aturan seperti larangan menawar barang dengan harga yang tinggi, mencegat barang sebelum barang sampai di pasar yang kemudian dianalogikan dengan meminang, dari situlah kemudian muncul ide kapitalisme sosial.

 Diskusi perdana dalam serial diskusi peradaban ini diakhiri dengan dialog keilmuan melibatkan para peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment