Film Djuanda Pemersatu Laut Indonesia
WARTAJOGJA.ID: Djuanda, siapa yang tidak mengenal nama ini?
Setidaknya kita pernah mendengarnya sebagai nama bandar udara, nama jalan di kota-kota besar, nama bendungan besar, bahkan nama taman hutan raya. Tapi siapa yang mengetahui benar sosoknya? Barangkali tidak banyak yang tahu. Lalu siapakah dan sepenting apakah Djuanda hingga sosoknya terpampang di uang lembaran 50 ribu rupiah? Jangan-jangan kita pun selama ini tidak pernah paham atau sekadar sadar siapa sosok bermata teduh itu?
Ir. Djuanda, dialah sosok yang sangat penting dan memiliki jasa begitu besar untuk Indonesia. Dia bukan seorang orator, bukan seorang frontliner, juga bukan politisi, bahkan sama sekali tidak pernah terlibat menjadi anggota dengan partai politik, tapi sebagai sosok pahlawan yang bergiat di belakang “layar” ia telah mengemban amanah sebagai mentri sebanyak 17 kali.
Hanya 2 organisasi yang diikuti oleh Djuanda, yaitu Muhammadiyah dan Paguyuban Pasoendan. Itulah mengapa dia tidak sepopuler tokoh tokoh bangsa lain seperti Bung Karno, Bung Hatta atau Syahrir misalnya. Namun banyak yang berpendapat bahwa Djuanda adalah orang terpenting ketiga setelah dwi tunggal Soekarno-Hatta.
Ini terbukti dengan tercetaknya sosok Djuanda di lembaran uang 50 ribu rupiah, sedangkan Soekarno Hatta dalam lembar 100 ribu rupiah.
Terlepas dari anggapan itu, memang tidak bisa dipungkiri bahwa Djuanda Kartawidjaja memiliki peran sangat besar untuk negeri mulai sejak masih dalam jajahan Belanda, pendudukakn Jepang, kedantangan NICA, sampai dengan akhirnya kedaulatan Indonesia sepenuhnya didapatkan dan terus berbenah di masa-masa awal kemerdekaan.
Djuanda adalah seorang insinyur, sosoknya pendiam, dan sejak kecil diajarkan untuk menghindari konflik agar bisa fokus dalam melakukan pekerjaan. Perjuangan bukan angkat senjata tapi membenahi manajemen untuk membangkitkan dan memperbaiki perekonomian negara, membuat strategi-strategi kebijakan yang selalu berpihak pada rakyat, menciptakan administrasi negara yang rapi, dan merancang segala hal yang dibutuhkan oleh bangsa, baik di era sebelum kemerdekaan sampai pada masa pembangunan setelah proklamasi kemerdekaan.
Catatan terbesar jasanya dalam sejarah Indonesia adalah Deklarasi Djuanda. Sebuah konsepsi kesatuan kewilayahan nasional yang bukan saja suatu kesatuan antara darat dan laut, tapi juga mencakup suatu kesatuan dengan wilayah udara di atasnya dan seluruh kekayaan alam yang terkandung dalam bumi Indonesia.
Deklarasi Djuanda merupakan salah satu dari tiga tiang utama kesatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu Kesatuan Kejiwaan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 1928, Kesatuan Kenegaraan dalam NKRI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta 1945, dan Kesatuan Kewilayahan (darat, laut udara dan kekayaan alam) yang dideklarasikan oleh Beliau Djuanda pada tahun 1957.
Begitu pentingnya sosok Djuanda pada bumi Indonesia, adalah alasan utama untuk mengangkat sosok beliau dalam sebuah karya film. Sepak terjang Djuanda harus diketahui seluruh masyarakat Indonesia khsusnya bahkan dunia. Bagi generasi muda, film ini nantinya tidak hanya memberikan pengetahuan tentang sejarah biografi Djuanda namun juga dapat mengambil hikmah yang kemudian bisa diterapkan pada diri masing masing.
Tahu bagaimana berperan serta dalam membangun negeri dengan kapasitas dan kemampuan diri. Karena itulah yang diajarkan oleh sosok Djuanda. Menjadi bermanfaat, menjadi pahlawan, tidak berarti harus dalam wujud mengangkat senjata atau sesuatu yang bersifat konfrontatif. Membangun bangsa bisa dilakukan dari meja dan bangku masing masing, selama dilakukan dengan niat dan tujuan yang fokus.
Selain pada sosok kepahlawanan, sisi lain dari Djuanda yang akan disampaikan dalam film ini adalah menunjukkan contoh nyata seorang muslim yang berpikiran maju, modern, terbuka (moderat), namun taat dengan Agama dan selalu bergerak dengan dasar dasar Agama dalam membantu setiap proses pembangunan bangsa, baik dalam mengatasi konflik, membuat tata aturan negara, sampai dengan cara bersikap pada penjajah sekalipun. Dan nilai itulah yang diajarkan Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah.
Djuanda merupakan contoh nyata seorang Muhammadiyah sejati. (Cak/Rls)
Post a Comment