News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Komunitas Kretek Gelar Kretek Cup sebagai perlawanan terhadap Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Komunitas Kretek Gelar Kretek Cup sebagai perlawanan terhadap Hari Tanpa Tembakau Sedunia




WARTAJOGJA.ID : Komunitas Kretek bersama Komite Pelestarian Nasional Kretek (KNPK) menggelar turnamen bulutangkis bertajuk Kretek Cup untuk melawan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Turnamen yang diselenggarakan pada 30 dan 31 Mei diikuti oleh puluhan peserta yang di antaranya pekerja media dan komunitas. 

Tujuan diselenggarakannya turnamen bulutangkis untuk membuktikan kepada kaum antirokok bahwa narasi perokok itu tidak sehat adalah salah. “Narasi yang selama ini dibangun oleh kaum antirokok bahwa perokok tidak sehat adalah salah. Perokok juga melakukan aktivitas olahraga sama seperti mereka yang tidak merokok,” ujar Siti Fatona, selaku Juru Bicara Komunitas Kretek.

Ia juga menepis anggapan bahwa perokok itu tidak kuat dalam berolahraga. “Anggapan bahwa perokok tidak kuat adalah keliru. Kami, Komunitas Kretek bersama teman-teman yang lain rutin berolahraga khususnya bulutangkis sebanyak dua kali seminggu. Apakah kita tidak kuat? Oh, tentu keliru. Kami baik-baik saja,” jelas Fatona. 

Fatona juga menambahkan bahwa perayaan 31 Mei tentang Hari Tanpa Tembakau Sedunia adalah perayaan paradoks. “Jika memang tembakau berbahaya, ilegalkan saja. Jika perlu, tutup saja pabriknya. Bahkan, buat aturan tembakau dilarang ditanam,” tegas Fatona. 

Senada dengan Fatona, Moddie Alvianto Wicaksono selaku Juru Bicara Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) menilai bahwa mereka yang merayakan hari tanpa tembakau sama seperti merayakan anti kehidupan. "Akan menjadi aneh apabila tembakau yang telah turun temurun menjadi hajat hidup masyarakat Indonesia, justru dirayakan dengan hal-hal yang tidak semestinya. Merayakan Hari Tanpa Tembakau itu sama saja merayakan anti kehidupan," tegas Moddie.

Padahal, tembakau memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia. "Sekitar enam juta masyarakat Indonesia berkecimpung di industri hasil tembakau. Mulai dari petani tembakau, pembuat keranjang, perajang daun tembakau hingga buruh melinting," ungkap Moddie.

Dengan menanam tembakau, mereka bisa memaknai kehidupan yang lebih baik. "Dari tembakau, mereka bisa menghidupi kebutuhan keluarga, yang tidak hanya kebutuhan sehari-sehari melainkan biaya pendidikan. Maka, patut bersyukur bahwa dengan tembakau, mereka mampu mendapatkan sesuatu yang bermanfaat," ucap Moddie.

Fatona juga menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa menutup mata bahwa sumbangan dari cukai tembakau terhadap negara sebesar 200 triliun lebih. "Pemerintah harus jujur bahwa cukai hasil tembakau berkali-kali menyelamatkan negara bahkan di saat pandemi sekalipun," ungkap Fatona. 

Hal-hal seperti inilah yang sering kali sulit dilihat oleh pemerintah. Apalagi patut diingat bahwa industri hasil tembakau menyokong penerimaan negara melalui cukai yang disetorkan setiap tahun. "Tren penerimaan negara dari cukai hasil tembakau selalu meningkat dan bahkan melampaui target dari tahun ke tahun. Hal ini penting dan patut diingat betul oleh pemerintah." jelas Moddie.

Moddie khawatir adanya perayaan hari tanpa tembakau sama saja mereka, kaum antitembakau, mengingkari realitas bahwa tembakau tidak memiliki manfaat untuk kehidupan. Apalagi ada dorongan bahwa tembakau layak disamakan dengan narkotika karena mengandung zat adiktif. 

"Adanya gagasan atau usulan untuk menyamakan tembakau dengan narkoba adalah gagasan di luar nalar manusia. Bagaimana ceritanya tembakau adalah produk legal disamakan dengan narkoba yang jelas-jelas produk ilegal," jelas Moddie.

Fatona juga menduga bahwa gerakan anti tembakau disponsori kepentingan asing. "Tembakau ini memiliki nikotin yang sayangnya tidak bisa dipatenkan. Nah, kemudian ada pihak-pihak asing yang berupaya untuk mengendalikannya agar menjadi bisnis," jelas Fatona.

Maka dari itu, daripada merayakan hari tanpa tembakau lebih baik berterima kasih kepada tembakau karena menghidupi sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. "Kita harus berterima kasih kepada tembakau yang memberikan penghidupan, bukan merayakan hari tanpa tembakau yang jelas idenya berasal dari lembaga asing," pungkas Moddie. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment