News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

ISI Yogya Anugerahkan Doktor Kehormatan Bagi Romo Prier dan Professor Gunnar Spellmeyer

ISI Yogya Anugerahkan Doktor Kehormatan Bagi Romo Prier dan Professor Gunnar Spellmeyer

 
Karl-Edmund Prier, SJ atau yang lebih populer dikenal dengan Romo Prier saat pidato ilmiah di sela menerima gelar Doktor Kehormatan di ISI Yogyakarta Kamis (11/5).


WARTAJOGJA.ID : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menganugerahkan gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) kepada Karl-Edmund Prier, SJ atau yang lebih populer dikenal dengan Romo Prier dan Professor Gunnar Spellmeyer, Kamis, (11/5/2023).

Gelar kehormatan diberikan pada prosesi Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta yang dilaksanakan di Concert Hall ISI Yogyakarta. Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa yang diberikan kepada dua tokoh tersebut berdasarkan tingkat kepakaran dan pengabdian mereka di bidang musik dan desain.

"ISI Yogyakarta melakukan proses yang panjang dan selektif dalam rangka memberi gelar Doktor Honoris Causa kepada  dua tokoh di bidang musik dan desain entrepreneur. Penganugerahan ini telah diwali proses seleksi dan pengusulan di level jurusan, persetujuan dari senat di tingkat fakultas, senat ISI Yogyakarta dan izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi," kata Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum.

Sekadar informasi, Romo Karl-Edmund Prier SJ, adalah tokoh yang sangat berjasa dalam bidang keilmuan musik, khususnya musik liturgi. Bagi ISI Yogyakarta, Romo Prier juga berjasa bagi pendirian dan pengembangan Jurusan Musik. Beliau telah mengajar di Jurusan Musik sejak jurusan ini berdiri di Akademi Musik Indonesia (AMI) hingga menjadi Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI).

Romo Prier mengajar selama 33 tahun (1971-2024) pada mata kuliah Sejarah Musik, Tinjauan Repertoar Musik, Ilmu Bentuk Musik, dan Kontrapung di ISI Yogyakarta.

"Romo Prier datang sebagai misionaris asing dari Jerman, pada tahun 1964 dan saat ini sangat mencintai Indonesia. Dalam benaknya, Indonesia adalah negeri yang penuh dengan kekayaan budaya yang berbeda-beda namun satu seperti bunga rampai yang indah," kata Timbul.

Lebih lanjut Timbul menjelaskan, Professor Gunnar Spellmeyer adalah Professor di bidang Industrial Design Process and Presentation di University of Applied Sciences and Arts Hannover, Jerman sejak tahun 2000.

"Beliau juga mendapatkan gelar Professor Honoris Causa dari United University of Hefei China. Beliau menjadi tokoh yang berjasa dalam menginisiasi kerjasama dengan ISI Yogyakarta dan University of Applied Sciences and Arts Hannove dengan menyelenggarakan workshop tahunan yang telah berlangsung selama 9 tahun dan masih berlangsung hingga saat ini. Selain itu dia juga menginisasi kegiatan staff  dan student mobility program yang didanai oleh Erasmus Plus sehingga memberikan kesempatan beberapa mahasiswanya untuk riset di Indonesia dan juga magang di beberapa perusahaan di Yogyakarta," kata Timbul.

Kepada Romo Prier dan Professor Gunnar Spellmeyer, Timbul menyampaikan terima kasih atas segala pengabdian yang diberikan selama ini khususnya untuk ISI Yogyakarta. Pengabdian ini sekaligus menuntut konsekuensi ISI Yogyakarta untuk semakin profesional sebagai penyelenggara pendidikan tinggi seni.

"Semoga gelar Doktor Honoris Causa ini membawa keberkahan, menjadi pribadi yang terus mengabdi, berkontribusi, serta bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat," harapnya.

Dalam penganugerahan gelar doktor kehormatan tersebut,  Romo Prier menyampaikan pidato ilmiah berjudul 'Hidup untuk Musik', sedangkan Professor Gunnar Spellmeyer menyampaikan pidato ilmiah berjudul 'Reinforcing Creativity – Handling The Age of Chaos'.

"Meski tugas kami sebagai Pusat Musik Liturgi berfokus pada musik Gereja, namun tujuan ini hanyadapat dicapai dengan mempelajari musik khas Indonesia. Karena Gereja sejak pertengahan abad lalumengakui bahwa "Di wilayah-wilayah tertentu, terutama di daerah Misi, terdapat bangsa-bangsayang mempunyai tradisi musik sendiri, yang memainkan peran penting dalam kehidupan beragamadan bermasyarakat." 

Artinya mau tidak mau Pusat Musik Liturgi bekerjasama dengan tokoh musik diluar Gereja. Bukan untuk mengkristenkan orang tetapi agar ”musik itu mendapat penghargaanselayaknya dan tempat yang sewajarnya, baik dalam membentuk sikap religius mereka, maupundalam menyesuaikan ibadat dengan sifat-perangai mereka." (Konstitusi Liturgi no. 119)," pungkas Romo Prier. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment