News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Santri Milenial: Mesti Kritis, Kreatif dan Mampu Kolaboratif

Santri Milenial: Mesti Kritis, Kreatif dan Mampu Kolaboratif



Blora: Seiring berubahnya zaman di era revolusi industri dan transformasi digital 4.0, sudah seyogianya pesantren juga ikut bertransformasi. Ke depan, pesantren mestinya tidak lagi hanya menjadi sarana pendidikan untuk transfer ilmu agama dalam rangka kaderisasi ulama. Tapi, mestinya juga meningkatkan kualitas untuk membentuk karakter dan meningkatkan kecakapan life skill para santri. Menguasai kecakapan digital menjadi solusi bijak mewujudkan transformasi santri menyambut masa depan yang makin kompetitif.

Mengutip Makruf Widodo, Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pesantren, Kantor Kemenag Kab. Kebumen, santri abad 21 mesti mempunyai kecakapan digital selain kecakapan baca tulis, numerasi, literasi sains, finansial, kebudayaan dan kewarganegaraan. Karena itu, ke depan, selain mesti kuat dan unggul dalam karakter dan menguasai ilmu keislaman dalam beragama (tawaququh fi al din), para santri juga diharapkan mempunyai kecakapan dan keluasan cakrawala dalam ilmu umum. 

”Kalau dulu di zaman penjajahan Belanda santri mesti bergelut dengan isu perjuangan lepas dari penjajah, kini santri berhadapan dengan masalah yang lebih kompleks. Baik itu sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, kebangsaan dan tak terhindarkan beragam masalah teknologi yang butuh kecakapan digital sebagai solusi survive di era revolusi industri 4.0, di samping tentu dengan beragam tantangan masalah yang lebih rumit di masa depan,” papar Makruf Widodo, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital untuk warga Kabupaten Blora, 9 November 2021.

Mengupas topik menarik: ”Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Digital”, webinar dibuka Presiden Joko Widodo yang menyampaikan keynote speech-nya, dilanjut pesan dari Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, Mustain Ahmad. Dipandu moderator Yade Hanifah, selain Makruf Widodo, tampil juga tiga pembicara lain: Dr. Riant Nugroho, pengajar dan penggiat literasi digital; Dr. Nur Abadi, Kabid Pendidikan Diniyah dan Pendok Pesantren, Kanwil Kemenag Jateng; dan Septa Dinata, researcher Paramadina Publik Policy, serta Dr. Endy Agustian, Duta Pendidikan Indonesia, sebagai key opinion leader.

Dalam paparannya, Septa Dinata mengatakan, tantangan pendidikan ke depan baik di lingkungan sekolah umum maupun di lingkungan pesantren, adalah memperkuat sinergi kecakapan siswa untuk memiliki karakter pribadi yang memiliki karakter unggul. Baik dalam ilmu, kecakapan digital dan secara sinergis juga punya jiwa yang tetap menjaga nilai-nilai luhur berbangsa. 

Inilah karakter bangsa yang menghargai toleransi dan saling hormat menghormati sesama warga yang berbeda agama, suku bangsa, mengingat budaya kita yang beragam dengan kondisi bangsa yang multikultalisme. Jadi, tetap mesti terus dijaga, diperkokoh, persatuan dan kesatuan. 

”Kemudahan dan kecepatan membagi ilmu dan informasi bukan malah memecah belah dengan informasi yang tak akurat atau bohong, tapi mesti bijak dipilah dan pilih yang positif dan memperkokoh kesatuan bangsa. Adalah tugas dan peran guru dan ulama menjadi pembimbing siswa dan santri di usia remaja untuk menjadi ujung tombak pembentukan karakter bangsa yang unggul dan kompeten di bidang masing-masing,” ujar Septa Dinata.

Sedangkan, yang mesti dijaga dalam proses pendidikan di era digital, menurut Riant Nugroho, adalah sikap saling hormat dan bertanggung jawab. Menghormati hak cipta orang lain di ruang digital amat penting. Menghindari plagiarisme adalah jalan menuju pribadi berkarakter unggul. Dan, berkarakter hebat adalah bertanggung jawab. Kalau melakukan kesalahan, mesti minta maaf dan mengakui salahnya. Kalau ada konsekuensi hukum, mesti dihadapi dengan lapang dada. 

”Dan, sebagai generasi Pancasila, mesti terus menjaga dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika saat berinteraksi di dunia digital maupun dunia nyata. Dengan modal kokoh itu, kita bisa bersaing menyambut kompetisi global dengan menggunakan ruang digital secara cerdas dan kritis,” pungkas Riant Nugroho. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment