News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pentingnya Toleransi dalam Menggunakan Media Sosial

Pentingnya Toleransi dalam Menggunakan Media Sosial




Surakarta - Budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Budaya meliputi tatanan pengetahuan, ilmu, teknologi, seni, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, norma, hirarki, peranan, hubungan, kosep ruang, waktu, dan alam semesta. 

Budaya ini senantiasi mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Terlebih saat ini di era digital yang mana teknologi berkembang begitu pesatnya. 

Hal tersebut dikatakan oleh Dekan Fisip Unisri Surakarta, Buddy Riyanto dalam webinar literasi digital dengan tema “Bertoleransi dan Berdemokrasi di Media Sosial” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Rabu (17/11/2021). 

“Teknologi digital merupakan suatu alat yang tidak lagi menggunakan tenaga manusia secara manual. Teknologi juga merupakan sistem pengoperasian otomatis dengan sistem komputerisasi atau format yang dapat dibaca oleh komputer,” katanya. 

Di tengah perkembangan teknologi ini muncul juga beragam media sosial atau platform digital. Media sosial didesain untuk memperluas interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi website. 

“Media sosial juga membuat komunikasi menjadi dialog interaktif. Kemudian juga mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri,” kata dia. 

Menurut Buddy, media sosial memunculkan dampak positif dan juga negatif. Adapun untuk dampak positif yakni memudahkan pengguna untuk berinteraksi dengan banyak orang, dan memperluas pergaulan. 

“Dampak positif lainnya, media sosial bisa mengatasi hambatan jarak dan waktu, lebih mudah untuk mengekspresikan diri, penyebaran informasi lebih cepat dan mudah,” ujarnya. 

Sedangkan untuk dampak negatifnya berupa interaksi secara tatap muka cenderung menurun, kecanduan terhadap internet, terpapar konten negatif, terpapar hoaks, rentan kejahatan, penipuan, dan perundungan. “Selain itu juga rawan terjadinya pelecehan seksual, dan menimbulkan konflik sosial,” tuturnya. 

Buddy mengatakan, Indonesia merupakan negara multikultur, maka untuk berkomunikasi lintas budaya harus berpijak pada komunikasi multikultur. “Ketika membuat pesan, kita harus sadar bahwa pesan di media sosial ini ditujukan kepada orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang beragam,” ujarnya. 

Ia juga menekankan agar dalam menggunakan media sosial selalu bertoleransi. “Bertoleransi di media sosial yakni menghargai perbedaan pendapat serta tidak membuat, menyebarkan pesan atau konten yang dapat memicu perselisihan dan konflik SARA,” katanya. 

Narasumber lainnya, Ketua Badan Antar Gereja Kota Surakarta, Pdt. Anthon Karundeng, S. Th, mengatakan mengatakan beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam bertolerasni dan berdemokrasi di media sosial yakni empati, yaitu sebuah keadaan mental di mana seseorang merasakan pikiran, perasaan atau keadaan yang sama dengan orang lain. 

Kemudian, sopan, jujur, bijaksana dan tidak menyebarkan berita bohong atau hoaks. Jujur bisa didefinisikan sebagai hati yang lurus, tidak berdusta atau berkata apa adanya. Sedangkan bijaksanam berupa bisa memilah manakah informasi yang penting, dibutuhkan dan bermanfaat untuk diketahui serta mana yang sebaiknya diabaikan. 

“Hoaks atau berita bohong berupa informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya, dan parahnya banyak orang langsung percaya,” ucapnya. 

Dipandu moderator Zacky Ahmad, webinar yang diikuti sekitar 287 peserta kali ini juga menghadirkan narasumber A. Firmannamal (Praktisi Kehumasan, Kementerian Sekretariat Negara RI), Septyanto Galan Prakoso (Dosen HI UNS), dan Puteri Indonesia Perdamaian 2018, Dilla Fadiela, selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment