News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kompetensi Literasi Digital Bagi Guru dalam Sistem Pembelajaran Daring

Kompetensi Literasi Digital Bagi Guru dalam Sistem Pembelajaran Daring





Banjarnegara – Dunia pendidikan merasakan pengalaman baru metode belajar mengajar secara daring. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang memaksa warga pendidikan untuk cepat beradaptasi menggunakan teknologi sebagai sarana pembelajaran. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Jawa tengah, dengan tema “Pentingnya Guru dalam Penguasaan Kompetensi 4C Generasi Milenial”, Jumat (26/11/2021).

Nindy Gita (Professional Public Speaker) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Dona Octanary (Resource Person for Seamolec Online Training), Pradita Eko Prasetyo Utomo (Koordinator Pusat Pelayanan Data dan Informasi LPTIK Universitas Jambi), Amelia Anggraini (Anggota DPRD RI 2014-2019), Rismi Juliadi (Dosen Universitas Multimedia Nusantara). Serta Renaldi (Abnon Jakarta Utara 2018) sebagai key opinion leader. Tema diskusi dibahas oleh narasumber dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital ethics, digital safety, digital culture, digital culture. 
Amelia Anggraini (Anggota DPRD RI 2014-2019) menyampaikan bahwa penguasaan literasi digital penting bagi guru untuk menyiapkan genarasi abad 21 yang memiliki kompetensi yaitu critical thinking, creativity, communication skills, collaborative. Literasi digital bagi guru tidak hanya sebatas mampu menggunakan dan mengakses teknologi sebagi sarana pembelajaran, melainkan juga mampu memahami dan merangkai informasi serta menyebarkan informasi yang telah diproses kepada peserta didik melalui media digital.
Persoalan dalam pembelajaran daring dalam kondisi memang terkesan dipaksakan dan tanpa rencana matang. Persoalan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan cara virtual ini adalah lemahnya penguasaan teknologi sebagai media pembelajaran. Berdasarkan survei Kemendikbud, kurang dari 50 persen pendidik di Indonesia yang menguasai teknologi level dasar.  
“Sedangkan guru diharapkan dapat memenuhi empat kompetensi penguasaan teknologi yang diterapkan oleh UNESCO. Meliputi level dasar berupa pengetahuan TIK dan literasi digital. Kedua, level ketika guru mampu mengoperasikan dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dengan mudah. Pada level tiga guru sudah bisa membuat konten pembelajaran, dan level empat guru sudah mampu menjadi trainer,” kata Amelia Anggraini kepada 200-an peserta webinar. 
Berdasarkan kompetensi tersebut ada empat kompetensi yang dimiliki guru. Yaitu meningkatkan digital competence dalam menggunakan internet of things supaya dapat mengikuti perkembangan teknologi. Kemudian kemampuan cyber pedagogy atau seni mengajar dalam lingkungan yang sudah serba daring. Content creating yaitu kemampuan dalam menyusun materi dengan mengkreasikan kreatifitas guru membuat bahan ajar yang dapat menarik peserta didik. Serta kemampuan dalam memberikan penilaian etis, bagaimana guru menjadi teladan dalam membuat pilihan yang bertanggung jawab ketika mengakses informasi dan berbagi bahan belajar. 
Di sisi lain Rismi Juliadi (Dosen Universitas Multimedia Nusantara) menambahkan budaya digital khususnya dalam dunia pendidikan itu lebih dari sekedar memindahkan ruang belajar tatap muka ke ruang virtual. Budaya digital juga mencakup penggunaan teknologi yang membentuk cara berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi. 
Maka budaya digital dalam pembelajaran adalah bagaimana mengoptimalkan fasilitas belajar mengajar serta memanfaatkan teknologi seperti video conference, e-learning, media sosial, dan learning management system atau LMS. 
“Pembelajaran di era digital mengedepankan pembelajaran yang lebih berpusat kepada murid, dan guru sebagai fasilitator, mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam diskusi, atau menggunakan metode belajar dengan story telling ketimbang instruksi langsung,” jelas Rismi Juliadi. 
Pembalajaran daring sendiri dirancang untuk membentuk peserta didik yang dapat mengelola cara berpikir kritis, menumbuhkan kreativitas, melatih kemampuan komunikasi yang baik, dan mengajak anak didik untuk dapat berkolaborasi dalam menemukan dan memecahkan masalah serta mencari solusinya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment