News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Empat Tahap Adaptasi Teknologi dalam Pembelajaran Daring Bagi Guru

Empat Tahap Adaptasi Teknologi dalam Pembelajaran Daring Bagi Guru




Tegal - Literasi digital bukan lagi menjadi pilihan melainkan keharusan untuk menghadapi era disruptif teknologi. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dengan tema "Urgensi Literasi Digital Bagi Guru untuk Menghadapi Era Disruptif", Senin (22/11/2021). 

Nabila Nadjib (tv presenter)  memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Nuzran Joher (Anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI), Ahmad Baedowi Abdul Rauf (Tokoh Pendidikan), Septa Dinata (Researcher Paramadina Public Policy), Rismi Juliadi (Dosen Universitas Multimedia Nusantara), serta Rosalina Intan Pitaloka (Duta Bahasa Jawa Tengah 2018) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan tema diskusi melalui perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital skill, digital culture, digital safety, digital ethics. 

Ahmad Baedowi Abdul Rauf (Tokoh Pendidikan) dalam pemaparannya menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 mempercepat masyarakat untuk mau beradaptasi dengan penggunaan teknologi dalam melakukan kegiatan harian. Perubahan budaya tersebut mempengaruhi cara kerja manusia yang sebelumnya dilakukan secara konvensional, kini dilakukan secara lebih cepat dan efisien dengan teknologi digital. 

Salah satunya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Budaya belajar secara digital bagi sebagian besar sekolah dan sistem pendidikan di Indonesia masih merupakan hal baru. Hal ini menjadi tantangan, khususnya bagi guru, untuk mampu beradaptasi menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran. 

"Budaya belajar secara digital harus dilihat sebagai proses mengintegrasikan teknologi dengan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Guru selain dituntut mampu menggunakan media digital sebagai sarana belajar, juga harus mampu membuat proses belajar yang inovatif dengan mengembangkan metode belajar sebelumnya," jelas Ahmad Baedowi kepada 800-an peserta webinar. 

Ia mengatakan bahwa budaya belajar secara digital salah satunya dapat dilakukan dengan SAMR model. Tahap pertama adalah subtitution yaitu penggunaan teknologi sebagai pengganti medium untuk belajar. Pada tahap ini guru harus tahu aplikasi yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang kelas virtual. Ketika guru mampu menggunakan teknologi sebagai medium menyampaikan materi belajar maka ia berada pada level augmentation. 

"Pada tingkat selanjutnya, guru dituntut untuk mampu memodifikasi penggunaan teknologi sebagai sarana untuk mengerjakan berbagai tugas, dan redefinition dimana guru dapat menjadi sarana berkreasi dalam membuat dan menyampaikan materi belajar. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan grow mindset kesadaran untuk mau belajar hal-hal baru" jelasnya. 

Selanjutnya Rismi Juliadi menambahkan bahwa dalam pembelajaran secara digital di abad 21 ini dibutuhkan kecakapan literasi digital serta literasi budaya. Dalam hal ini literasi budaya tidak hanya fokus pada kemampuan teknis penggunaan teknologi tetapi juga kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk. 

"Budaya digital kemudian menjadi prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital," ujar Rismi Juliadi. 

Budaya digital berada pada ranah kolektif dan formal. Mampu memahami budaya digital sebagai perubahan baru untuk memproduksi kebiasaan yang mendorong untuk membangun gaya berpikir kritis dan inovatif. Mendistribusikan informasi yang mengandung manfaat, serta turut berpartisipasi dan berkolaborasi dalam membangun budaya digital yang positif.

"Urgensi budaya digital bagi guru di antaranya untuk merancang pemberdayaan secara daring, menciptakan ekosistem pemecahan masalah dengan berbagai teknologi. Guru di era digital lebih kepada sebagai fasilitator, motivator bagi siswa untuk mengembangkan potensi peserta didik, dan menjadi teladan serta berjejaring dengan siswa," lanjutnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment