News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Cerita Dokter Veronika Evita dari Sleman, Raih Penghargaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Terbaik I Nasional

Cerita Dokter Veronika Evita dari Sleman, Raih Penghargaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Terbaik I Nasional



Dokter Veronika Evita Setianingrum MPH



WARTAJOGJA.ID: Merebaknya pandemi COVID-19 yang terjadi melahirkan banyak pahlawan di berbagai penjuru nusantara.

Tenaga medis dengan penuh tanggung jawab, profesionalitas, dan jiwa kemanusiaan yang tinggi menjadi dasar mereka untuk terus berjuang melawan pandemi demi keselamatan seluruh negeri. 

Adalah Dokter Veronika Evita Setianingrum MPH,2 dokter yang juga Kepala Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta yang cukup dikenal para warga khususnya para pasien.

Pasien yang taat protokol kesehatan, bakal mendapat hadiah menarik  berupa cinderamata dari dokter Evita. 

Yup, berkat inovasinya menangani Covid-19, dokter Evita akhirnya meraih penghargaan sebagai Tenaga Kesehatan Puskesmas Terbaik I tingkat Nasional dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sertaTenaga Kesehatan dan SDM Penunjang Tingkat Nasional Tahun 2021.

Penghargaan tersebut diserahkan oleh Presiden RI Joko Widodo pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) 12 November 2021 di Jakarta.

Prestasi tersebut berhasil diraih berkat kerja keras dan juga loyalitas menjalani profesinya. Mulai bertugas di Puskesmas Mlati II sejak 2017, dokter lulusan S-1 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan S-2 Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu sudah menerapkan beragam inovasi layanan kesehatan.

Rupanya, Kemenkes tertarik dengan inovasinya terkait percepatan penanganan Covid-19 yang menempatkan Puskesmas sebagai ujung tombak penanganan Covid-19, mulai dari tracing, testing dan treatment atau 3 T.

“Kami melakukan inovasi sejak awal pandemi, kami bekerja sama dengan FK UGM yang membuat alat rapid diagnostic test  RI-GHA singkatan dari Republik Indonesia-Gadjah Mada Hepatika Airlangga.  Alat ini dibuat oleh pemerintah Indonesia. Hasil karya anak bangsa dan pada Juni 2020 diimplementasikan untuk memeriksa komunitas dan masyarakat umum guna mencegah terjadinya penularan secara masif di masyarakat,” paparnya.

Inovasi lainnya adalah “Candakmas Covid” yaitu mencari dan mengendalikan masalah Covid-19 melalui 3 T  yang diberi nama sami maca artinya surveilans aktif mencari informasi, menemukan dan mengobati Covid-19. “Kami kerja sama lintas sektor untuk melakukan tracing,” tambahnya.

Contoh nyata ketika ada kasus pada salah satu pondok pesantren (ponpes), dari 132 santri ditemukan 97 orang positif. Mereka kemudian dievakuasi ke isoter UGM bekerja sama dengan Polsek, Polres, Koramil dan Kopassus.

Selama masa pandemi, dokter Evita juga menerapkan manajemen risiko yaitu memodifikasi sistem pelayanan memisahkan pasien infeksius dengan non-infeksius. “Kami buat poli khusus, poli infeksi untuk memisahkan pasien suspect dengan pasien lain,” kata dia.
Selain itu, juga dibentuk tim survailans, tim swab maupun tim yang bertugas khusus melakukan evakuasi. Langkah tersebut ternyata bermanfaat mengurangi beban nakes.

Ini terbukti tatkala DIY mengalami lonjakan kasus pada Juli 2021, Puskesmas tersebut semula tercatat ada 1.200 orang pasien Covid-19, tak lama kemudian langsung turun drastis. “Dengan  inovasi ini kami berhasil menurukan kasus pada September 2021 menjadi 23 orang.  Turun sangat signifikan,” ucapnya.
Dengan berbagai terobosan, Puskesmas Mlati II juga melakukan percepatan vaksinasi mulai dari vaksinasi massal di kalurahan dengan sasaran 1.500 per hari, vaksinasi reguler di Puskesmas 100-150 orang per hari hingga door to door dan jemput bola ke masyarakat terutama pasien difabel dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).

“Kami juga melalukan penyisiran sampai padukukan dan dusun,” tambahnya. Tidak heran, di wilayah kerja Puskesmas ini warga yang sudah tervaksin mencapai 76 persen.
Dokter Evita menyadari tugasnya, menjadi pimpinan Puskesmas bukanlah hanya duduk di belakang meja melainkan harus benar-benar  memahami situasi di lapangan. Tidak heran dia juga masih sering melayani pasien.

“Kepala Puskesmas saat ini pejabat fungsional bukan struktural. Sebagai dokter, kami melayani medis dan melayani masyarakat serta diberikan tugas tambahan sebagai Kepala Puskesmas, sebagai manajerial dan fungsional,” paparnya.

Dengan prestasi yang diraih tersebut, ke depan ibu berputra tiga yang tinggal di Goden ini ingin mengembangkan layanan Puskesmas Mlati II lebih optimal lagi.

Apalagi Puskemas tersebut menyandang status BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) sehingga secara regulasi diberikan kebebasan dan fleksibilitas menambah jenis-jenis layanan.

Adapun layanan yang sudah saat ini adalah Balai Pengobatan (BP) Umum, BP Gigi, kesehatan ibu dan anak, fisioterapi, laboratorium, pelayanan 24 jam terbatas, rawat inap, persalinan, promosi kesehatan dan konsultasi.

“Kami punya dua orang petugas fisioterapi. Kami juga ada layanan pijat bayi dan psikologi. Kasus gangguan jiwa di masyarakat tinggi, kami melakukan deteksi dini. Jika ada masyarakat butuh layanan psikologi, kami siap melayani,” kata dia. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment