News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Budaya Ketimuran dalam Menjaga Kualitas Komunikasi Digital yang Baik

Budaya Ketimuran dalam Menjaga Kualitas Komunikasi Digital yang Baik





Brebes - Ruang digital sebagai realitas kebudayaan baru hendaknya tidak merubah kehidupan di dunia nyata. Salah satunya dalam hal komunikasi publik. Indonesia yang dikenal sebagai warga dengan karakter yang ramah, harusnya juga demikian ketika berada di ruang digital. Hal tersebut dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dengan tema "Komunikasi Publik yang Cerdas dan Santun di Era Digital", Selasa (23/11/2021). 

Diskusi dipandu oleh Agung Prakoso (Founder ATV Creative Asia) dan diisi oleh empat narasumber: Maisaroh (Dosen Universitas Islam Indonesia), Murniandhany Ayusari (Content Writer Jaring Pasar Nusantara), Zainuddin Muda Z. Monggilo (Dosen Universitas Gadjah Mada), Abdul Rohman (Direktur Buku Langgar.co). Serta Ramadhinisari (TV Host) sebagai key opinion leader). Masing-masing narasumber membawakan tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital, digital skill, digital safety, digital ethics, digital culture. 

Abdul Rohman (Direktur Buku Langgar.co) menjelaskan tantangan era digital harus dihadapi dengan memahami logika era digital secara menyeluruh, atau holistik. Sehingga penggunaan teknologi digital tidak hanya untuk hal yang konsumtif tetapi menjadi dorongan untuk lebih produktif, serta agar tidak terjebak pada intoleransi dan individualisme. Media digital secara tidak langsung memecah belah masyarakat karena sistem algoritma yang menimbulkan efek filter bubble sehingga polarisasi semakin terasa. 

Oleh sebab itu dalam menghadapi era digital yang harus diperkuat adalah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan wawasan akan kebudayaan serta mengembangkan nilai etika. Budaya luhur dengan adat ketimuran harus dikembangkan di ruang digital agar tidak mengasingkan pengguna dari budaya sendiri karena arus globalisasi. 

"Budaya menjadi jaring pengaman sosial agar tidak terlarut pada gempuran budaya asing yang mudah sekali masuk. Sikap kosmopolitan harus dimunculkan di era digital agar akar tradisi nusantara mampu menyumbang nilai-nilai kebaikan bagi dunia," terang Abdul Rohman kepada 250-an peserta webinar.

Ia mengatakan pentingnya mengenali diri sendiri sebelum memasuki ruang digital. Dengan memahami literasi digital sebagai proses menerima, mengolah, dan menyebarkan informasi untuk membantu tumbuh kembangnya manusia yang berdaulat lahir dan batin. "Jangan sampai dunia digital justru mereduksi nilai-nilai kemanusiaan, serta mengasingkan manusia dengan manusia lainnya."

Dengan budaya yang baik komunikasi publik yang tercipta pun merupakan hal positif. Komunikasi publik yang baik adalah yang jujur, otentik, dan sesuai jati diri. Budaya yang luhur dapat membangun kebiasaan menyaring sebelum membagikan informasi, menghargai satu sama lain. Media digital juga membuka ruang kolaborasi dalam hal tolong menolong dan hal-hal baik lainnya. 

"Berliterasi di era digital pada akhirnya mendorong kepada kedaulatan jiwa dan raga untuk mengukuhkan bangsa Indonesia. Yaitu dengan kembali menghayati nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pijakan berkomunikasi publik di dunia digital," jelasnya. 

Maisaroh (Dosen Universitas Islam Indonesia) mengatakan komunikasi publik di ruang digital tetap ada etikanya agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan nyaman. Ada norma dan tata krama yang menjadi ukuran baik tidaknya komunikasi berlangsung.   

Interaksi di ruang digital harus memenuhi prinsip THINK. Yaitu memastikan kebenaran (true) konten atau informasi, konten yang dibagikan dapat memberikan manfaat (helpful) dan tidak menyakiti orang lain. Lalu memastikan konten yang dibagikan tidak illegal, menggunakan karya milik sendiri atau meminta izin ketika menggunakan milik orang lain. Mengunggah informasi yang penting (necessary) dan konten yang disampaikan harus dikomunikasikan dengan baik (kind) dan sopan. 

"Etika yang dibangun adalah berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dan benar serta jelas agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, menghargai pendapat orang lain, mampu mengontrol konten atau informasi yang dibagikan. Tidak berlebihan dan tidak terlalu banyak mengunggah sehingga tidak menggangu, menggunakan referensi tapi bukan plagiat," jelas Maisaroh. 

Praktik agar dapat berkomunikasi dengan baika adalah menghindari isu SARA, selalu memeriksa kebenaran informasi, tidak mengumbar data pribadi, menghargai karya orang lain. "Pantangan komunikasi publik yakni tidak memulai konflik, jangan curhat masalah pribadi, tidak menjelekkan orang lain, atau bersifat terlalu ekstrem," sebut Maisaroh. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment