News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Budaya dan Etika Sebagai Rambu-Rambu Bermedia Digital

Budaya dan Etika Sebagai Rambu-Rambu Bermedia Digital




Sragen – Kementerian Kominfo RI kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Sragen, kali ini dengan tema “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh Disaat Pandemi Covid-19”, Kamis (11/11/2021). Tema diskusi dibahas dari sudut pandang empat pilar literasi digital, digital ethic, digital skill, digital culture, digital safety. 
Ayu Perwari (penari tradisional) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Zusdi F. Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), Ahmad Wahyu Sudrajad (Pendidik PP Alqadir Yogyakarta), Imam Sutrisno (pembina PA GMNI Sragen), Luqman Hakim (content writer Kaliopak.com). Serta Rayhandika Renarand (paskibraka nasional 2015) sebagai key opinion leader. 
Pembina PA GMNI Sragen Imam Sutrisno pada kesempatan ini menjelaskan bahwa digitalisasi merupakan kenyataan yang tidak bisa ditolak, khususnya dalam kondisi masih pandemi Covid-19 teknologi digital semakin menjadi kebutuhan dan penggunaannya menjadi kebiasaan atau budaya baru. Termasuk dalam melancarkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. 
Ruang digital menjadi ruang jelajah tanpa batas sehingga sangat riuh aktivitas di dalamnya. Arus informasi sangat padat dan beragam karena kebebasan mengakses dan menyebar informasi. Dampaknya terjadi bias klasifikasi informasi dan kualitas informasi. Kondisi tersebut menuntut diperlukannya satu proses penguatan sekaligus transformasi dan penyesuaian budaya atau ¬cultural adjustment. Bicara digital culture, budaya ibarat rambu-rambu lalu lintas di jalan raya yang mengatur jalannya pengguna digitalisasi. 
“Alasan perlunya penguatan budaya dan penyesuaian budaya di ruang digital itu agar dalam bermedia digital memiliki pijakan yang kokoh dalam bersikap, bertindak, maupun bersikap. Jugadapat beradaptasi secara cepat, dan membangun self control yang kuat tanpa membatasi daya jelajah. Serta dapat memanfaatkan ruang digital secara produktif,” ujar Imam Sutrisno kepada 200-an peserta webinar. 
Penguatan nilai budaya di ruang digital dapat dilakukan dengan menghayati dan mempraktikkan norma kesopanan, nilai toleransi, bersikap adil, serta mengamalkan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Sedangkan tranformasi nilai budaya diterapkan dengan mengontekstualisasikan nilai norma dalam kegiatan belajar mengajar di ruang digital.
“Penyesuaian budaya dalam konteks ini berarti individu dapat menyesuaikan kebiasaan dalam menangkap dan mengoptimalkan potensi yang ada di ruang digital dengan disertai pikiran kritis dan pendirian yang kokoh. Penguatan nilai dan norma budaya, serta transformasi itu dalam rangka menangkap atau merespons tantangan dan potensi dampak negatif menggunakan media digital. Sedangkan penyesuaian budaya itu untuk mengoptimalkan peluang kesempatan yang terbuka di ruang digital,” ujarnya. 
Content writer Luqman Hakim menambahkan perubahan sistem pembelajaran turut menggeser pola komunikasi di ruang digital. Komunikasi yang bersifat semi-langsung karena diwakilan oleh gawai itu mendistorsi sisi batiniah dan relasi emosional. Dalam berkomunikasi pun etika yang berlaku akan berbeda ketika media komunikasi yang digunakan berbeda. 
Secara umum, pengguna media digital punya kewajiban untuk menaati etika saat beraktivitas di ruang digital. Komunikasi di ruang digital mesti memerhatikan sisi kemanusiaan, dapat memperlakukan orang lain secara manusiawi karena ibaratnya apa yang dituai akan dipetik.
“Masuk ke ruang digital harus didasari dengan niat baik, agar tidak lupa dengan tujuan atau terseret arus. Media digital yang sifatnya global maka etika yang didahulukan adalah etika universal yang dipahami semua orang, mau menghargai orang lain, serta menggunakan bahasa yang benar dan baik,” ujar  Luqman Hakim. 
Termasuk dalam etika bermedia digital adalah menghargai privasi orang lain dan tidak memaksakan kehendak pribadi, punya kontrol diri, dan membawa serta etika dunia nyata ke ruang digital. 
“Kita harus sadar bahwa dalam beradaptasi ke ruang baru ini teknologi hanya sebatas alat yang membantu manusia dalam beraktivitas dengan lebih mudah. Kendalikan teknologi sesuai kebutuhan, jangan sampai kita yang dikendalikan teknologi,” pesannya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment