News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adaptasi Transformasi Digital Bagi Insan Pendidikan

Adaptasi Transformasi Digital Bagi Insan Pendidikan




Kota Semarang – Tema diskusi “Transformasi Digital Untuk Pendidikan: Menyongsong Generasi Emas” dalam webinar literasi digital yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/11/2021). Literasi digital merupakan upaya pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk meningkatkan kecakapan literasi digital yang meliputi digital ethics, digital skills, digital safety, digital culture.

Kegiatan dipandu oleh Yade Hanifa (entertainer) dengan menghadirkan empat narasumber: Nuzran Joher (anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI), Waryani Fajar Riyanto (dosen UIN Sunan Kalijaga), Imam Buchori (Kabid PAI Kanwil Kemenag Jateng), Siti Kusrini (guru PAI di SDN Batursari 7). Serta Rosaliana Intan Pitaloka (Duta Bahasa Jawa Tengah 2018) sebagai key opinion leader. 
Kabid PAI Kanwil Kemenag Jateng Imam Buchori dari perspektif etika digital mengingatkan peserta tentang “dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung” yang merupakan peribahasa yang sudah akrab bagi telinga masyarakat Indonesia. Hubungan peribahasa tersebut dengan etika adalah bahwa dimanapun berada seseorang harus senantiasa menjunjung adat istiada sopan santun dalam berinteraksi, termasuk ketika berada di ruang digital. 
Di era digital, masyarakat dikenalkan dengan etika kontemporer yang berkaitan dengan etika elektronik, yaitu sistem nilai yang berlaku ketika menggunakan media digital. Di sisi lain juga ada etiket atau tata cara dalam berinteraksi dan berkomunikasi di ruang digital atau biasa dikenal dengan netiket (network etiquette). 
“Sebagai warga digital harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan internet yang lain, sehingga tata krama harus selalu diterapkan baik itu ketika berkomunikasi baik one to one atau one to many communication,” jelas Imam Buchori. 
Etiket bermedia digital itu menggunkan ejaan dan bahasa yang benar dan sopan ketika berkomunikasi atau berinteraksi, menggunakan huruf kapital sesuai aturan, tidak menggunakan kata-kata jorok dan vulgar, serta menghargai privasi orang lain.
“Fasilitas di internet memungkinkas seseorang untuk bertindak etis dan tidak etis, sehingga netiket sangat penting dalam bermedia. Oleh karena itu warganet harus mengikuti aturan seperti ketika di dunia nyata, menghargai perbedaan karena ruang digital berisi orang-orang dari berbagai latar belakang budaya, serta menggunakan identitas digital dengan rasa tanggung jawab,” lanjutnya. 
Guru PAI di SDN Batursari 7 Siti Kusrini menjelaskan bahwa era digital menciptakan tatanan baru dimana manusia dan teknologi saling berdampingan, tak sedikit dalam budaya digital menjadikan manusia sangat bergantung pada penggunaan teknologi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. 
Budaya di era digitalisasi berfungsi sebagai pedoman dalam hidup bermasyarakat dalam hal ini bermasyarakat di ruang digital. Budaya digital adalah realitas kehidupan yang harus dibarengi dengan karakter Pancasila. 
“Sebagai konsep filosofis dalam bernegara yang majemuk maka internalisasi Pancasila dan NKRI merupakan hal penting. Sebab budaya digital telah menggeser pola pikir dan pola sikap. Komunikasi di internet harus dilakukan dengan bijak, dengan membawa serta nilai kearifan lokal dan agama sehingga tercipta budaya yang sesuai adab,” ujar Siti Kusrini kepada 150-an peserta webinar. 
Lalu sebagai pelajar di era digital, harus mampu memanfaatkan media digital untuk menyimpan berbagai jenis informasi ke dalam gawai agar bisa diakses setiap saat. Menggunakan teknologi dan media informasi sebagai saran berdiskusi Melalui e-mail, situs jejaring sosial, video conference, dan platform lainnya.
Sementara itu anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI Nuzran Joher menambahkan bahwa dalam budaya digital, pengguna harus meningkatkan kecakapan digitalnya. Salah satunya menggunakan mesin telusur untuk mencari dan mendapatkan informasi serta mampu memilih dan memilahnya. 
“Dalam mencerna informasi ada konsep tabayyun, yaitu memastikan aspek kebenaran konten dan validasi sumber informasinya, melakukan verifikasi evaluasi sebelum membagikan informasi. Konsepnya sabar sebelum sebar dan saring sebelum sharing,” tutupnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment