News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tantangan Generasi Muda, Perkembangan di Adaptasi, Masa Depan Diantisipasi

Tantangan Generasi Muda, Perkembangan di Adaptasi, Masa Depan Diantisipasi





Demak: Kita kini hidup di era yang populasinya didominasi kaum produktif. Data sensus penduduk 2020, yang menyebut populasi kita saat ini 274,6 juta jiwa, rupanya yang 53 persen adalah generasi Y, sering disebut kaum Milenia dan X yang lebih muda. Mereka sangat cakap digital. Suka akan inovasi perubahan dan suka pekerjaan multitask, tapi tetap bisa fokus dalam bekerja. 

Mereka kebanyakan mengalami penyakit sindrom FOMO (fear of missing out), takut ketinggalan. Makanya setiap bertemu orang, baik itu reuni atau Lebaran, meski fisik bertemu tapi sebentar-sebentar tengok hapenya. Ini membuat mereka tampak kurang peduli pada lingkungan sosialnya. 

”Dalam keseharian, generasi Y dan X fungsi hape mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Tapi mereka ke depan bakal berperan penting, kerena kecakapan digitalnya lebih unggul dari baby boomer yang lebih tua,” urai Dr. Andre Rahmanto, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta saat berbicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementrian Kominfo untuk warga Demak, Jateng, 12 Juli 2021.

Dalam situasi pandemi sekarang, kaum milenial akan hadapi tantangan ketat, baik dalam berusaha maupun kariernya. Mengapa? ”Dengan munculnya pandemi, banyak usaha bangkrut, tapi di tangan mereka kini tumbuh 1.700 start up, usaha rintisan baru yang bertumbuh dengan ketergantungan pada teknologi digital. Mereka setidaknya melahirkan 4 unicorn usaha e-commerce yang bakal menjadi besar. 

Persaingan bisnis ke depan makin ketat. Dalam berkarier sampai 2025 diproyeksi bakal ada 35 persen pekerjaan bakal digantikan Artificial Intelegent, tapi juga bakal muncul ribuan jenis pekerjaan berbasis digital. ”Untuk itu kecakapan digital menjadi kemampuan yang wajib dikuasai untuk bisa bersaing. Hanya yang handal dan berkepribadian santun dan menjaga ke Indonesiaannya dalam berkarya, berinteraksi dengan bangsa lain yang akan survive”, terang Andre,

Andre mengupas topik webinar,” Membangun Generasi Muda Berkarakter di Era Digital”, tak sendirian. Dipandu moderator Zacky Ahmad, ia ditemani tiga pembicara lain: Arif Hidayat (dosen UNES Semarang), Imbang Silitonga (Youtuber dan Konten kreator yang juga area manager sebuah bank), dan Zusdi F Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), serta Qausar Harta Yudana (actor dan filmaker). Webinar diikuti ratusan peserta seantero Demak secara daring.

Generasi muda Indonesia mesti punya karakter khas sebagai generasi muda Indonesia. ”Meski saat tampil dalam akun-akun medsosnya generasi ini tampil sebagai personal, tapi ketika bermedsos netizen Indonesia banyak memberi koment di akun pribadi artis Korea atau bintang sepakbola dunia dengan koment kurang pas. Maka, kalau dilakukan ribuan netizen kita, yang muncul bukan citra buruk personal tapi penilaian karakter building satu bangsa. Makanya muncul penilaian Microsof yang menilai kita netizen tidak sopan, karena olah koment ribuan netizen kita ke banyak akun pribadi di lintas negara,” ujar Zusdi F Arianto, pembicara lain.

Padahal, daripada terus memberi koment negatif yang berdampak citra burung bangsa kita yang dikenal ramah dan toleran, mendingan generasi muda kita membanjiri konten-konten yang positif dan manfaat. ”Mending kaum muda di Demak ini bikin konten Youtube tentang indahnya pesona pantai utara Demak, dan cerita Walisongo yang menarik. Atau, ide-ide kreatif membuat kerajinan yang dicari pasar ekspor, jelas bakal merangsang daya entrepreneurship di kalangan muda Demak lebih bersemangat untuk merintis usaha,” saran konkret Imbang Silitonga.

Kalau sudah terlibat dan merasakan asyik dan menyenangkannya jadi konten kreator, usaha lain akan tereksekusi dengan modal uang Youtube. Arif Hidayat mengatakan, ada tetangganya yang semula berjualan jajan pasar. Dengan bantuan ponsel, kini bisnisnya beragam, baik digital maupun konvensional, hingga omzet bulanan tembus Rp 80 juta. Ada juga pemuda yang cuma lulus SMP, sambil garap bengkel dia bikin konten berapa tips dan trik praktik perbengkelan motor di Semarang. Arf mendengar, duitnya dari Youtube sudah tembus Rp 200 juta 

”Saya jadi dosen malah belum pernah alami dapat penghasilan bulanan segede itu. Kuncinya, segara beraksi. Jangan hanya terus berangan-angan. Kalau Anda semua rajin ikut webinar tapi malas memulai usaha, Anda akan jadi kolektor sertifikat webinar, tapi tak juga bisa punya sertifikat tanah,” pungkas Arif Hidayat, memanasi peserta. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment