News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tangkas Hadapi Hoax dan Gempuran Budaya Luar

Tangkas Hadapi Hoax dan Gempuran Budaya Luar





Kudus – Ruang digital merupakan ruang interaksi baru yang menawarkan kebebasan, namun sering kali kebebasan itu justru terlupakan. Akibatnya ruang media sosial banyak diisi dengan pola interaksi dengan bahasa yang tidak mencerminkan etika. Tema “Bahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital” dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Kudus,  Jawa Tengah, Selasa (5/10/2021).

Moderator Nadia Intan (presenter) memandu diskusi virtual pada siang hari ini dengan menghadirkan empat narasumber: Nanik Lestari (peneliti MAP Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), Saeroni (Universitas NU Yogyakarta), Heru Prasetia (penggiat literasi digital), Retno Kusumastuti (dosen Universitas Indonesia). Serta Bella Ashari (tv presenter) yang hadir sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi dari sudut pandang pilar literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital saftety. 
Narasumber dari Universitas NU Yogyakarta Saeroni mengawali diskusi deng melihat potensi masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan era transformasi digital. Bonus demografi sekaligus jumlah pengguna internet yang tinggi merupakan keuntungan dalam membangun ekosistem digital yang baik. Khususnya dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana interaksi yang paling banyak digunakan. 
Namun tantangannya, pengguna media sosial mesti hati-hati dengan potensi paparan hoaks. Media sosial menjadi salah satu saluran terbesar penyebaran hoaks, sehingga penting untuk mengenali konten dan jenis-jenis informasi yang mengalir di ruang media sosial. 
“Menjadi warganet yang cerdas agar terhindar hoaks adalah meningkatkan kemampuan dalam berpikir kritis. Memverifikasi kebenaran informasi, memeriksa kesinambungan antara judul dan isi konten. Tinjau ulang sumber informasi apakah dari sumber yang kredibel. Evaluasi informasi apakah mengandung pesan yang bermanfaat dan apakah perlu untuk disebarkan,” jelas Saeroni kepada 400-an peserta diskusi. 
Saeroni menambahkan bahwa pengguna dapat memanfaatkan fitur Google Fact Check untuk memeriksa kebenaran suatu informasi, atau melakukan komparasi dengan informasi dari media-media mainstream, web resmi pemerintah, dan sumber kredibel lainnya. 
“Pencegahan dan proteksi dari konten negatif dengan memahami bahwa produksi konten negatif itu melanggar aturan. Konten negatif yang terlanjur diunggah dan disebar akan menjadi jejak digital negatif yang merugikan diri sendiri. Oleh sebab itu utamakan saring sebelum sharing informasi. Gunakan media sosial dan aplikasi percakapan untuk melakukan kolaborasi dalam memberi manfaat baik untuk semua,” imbuhnya. 
Heru Prasetia menambahkan dari sisi budaya bahwa tantangan di ruang digital tidak hanya soal keamanan tetapi juga mengaburnya budaya bangsa akibat tergerus budaya luar yang masuk dengan mudah dan masif. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi nilai panutan yang perlu diterapkan ketika berinternet sebab di ruang digital itu keragaman juga muncul. 
“Harus ada partisipasi oleh masing-masing individu serta kolaborasi antara satu dengan yang lain untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital. karena dengan demikian kita mampu memahami batasan kebebasan berekspresi, mendukung toleransi dan menghargai perbedaan, menghargai hak demokrasi orang lain, dan berkolaborasi menciptakan kebaikan,” jelasnya. 
Menjadi warga digital yang Pancasilais dengan mengembangkan pola berpikir kritis, meminimalisir unfollow dan block untuk menghindari efek filter bubble dan echo chamber, saling menjaga dan melindungi privasi orang lain, dan berkolaborasi mengkampanyekan literasi digital. 
“Dampak rendahnya budaya nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu sulit untuk memahami perbedaan, tidak mampu memahami batasan kebebasan, tidak mampu membedakan keterbukaan informasi dan privasi, serta tidak mampu membedakan mana hoaks dan mana berita faktual,” jelasnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment