News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sadari, Ruang Digital Buat Cari Kebenaran, Bukan Keonaran

Sadari, Ruang Digital Buat Cari Kebenaran, Bukan Keonaran





Pati: Sebagai ruang baru yang hadir dengan segala kenyamanan, kemudahan dan kecepatan tanpa batas, ruang digital kini mengubah hidup dan budaya manusia. Migrasi perilaku dan interaksi sosial budaya dari era konvensional ke era digital, itu nyata. Terbukti, dari 274,6 juta populasi penduduk data survei Sensus BPS 2020, ternyata 202 juta di antaranya terakses internet dan menggunakan 125 persen populasi alias 345 juta ponsel. Dampaknya?

Terbukti, teknologi digital itu memudahkan. Kalau kini banyak urusan hidup, mulai dari pesan makan, ojek, belanja, berinteraksi sosial menjadi lebih mudah, itu berarti dia benar memanfaatkan teknologi. Kalau sampai menyulitkan, berarti ada yang salah dari cara dia memanfaatkan. 

”Juga, digital itu kuncinya mendidik, bukan mencekik. Mestinya bisa membantu cari informasi, atau belajar dengan banyak literasi. Kalau informasi malah membuatnya tercekik dengan hoaks dan beragam info yang mencekiknya, tentu ada yang tak bijak dalam menggunakan teknologi ini. Dan terpenting, teknologi ini tujuannya untuk mencari dan mengabarkan kebenaran,” kata Abdul Rochman, direktur Langgar.co, saat berbicara dalam webinar literasi digital, gelaran Kementerian Kominfo bersama Debindo untuk warga Kabupaten Pati, 14 September 2021. 

”Buatlah konten positif dan inspiratif serta bermanfaat buat banyak orang. Jangan menebar kebencian dan hoaks, sehingga malah memicu keonaran, dan itu tentu bukan tujuan dibuatnya ruang digital ini,” tambah Abdul Rochman. 

Dengan penuh semangat, Rochman mengupas topik diskusi ”Bijak Berkomentar di Ruang Digital” yang diikuti 278 peserta lintas profesi dan generasi dari seantero Pati secara daring. Dipandu oleh moderator presenter Ni Luh Puspa, tampil juga tiga pembicara lain: Suwoko, pemred Bethanews.id Kudus; Muhamad Adnan, CEO Viewture Creative Solution; Aulia Putri Juniarto, Fasilitator Nasional Kaizen Room serta Firginia Obed, fashion influencer yang tampil sebagai key opinion leader.

Abdul Rochman menambahkan, yang penting harus disadari agar kita bisa mengambil manfaat maksimal dari ruang digital adalah jadikan ruang digital untuk mencari informasi dan menemukan serta memaksimalkan potensi diri. Yakni dengan mengolah dan mengaktualisasikan diri dengan baik. Jadikan Instagram untuk menampilkan gambar yang inspiratif, juga Facebook dimanfaatkan untuk mendokumentasi pengetahuan yang pernah kita lalui, serta buat Youtube untuk menyampaikan karya yang kita miliki pada publik sebagai aktualisasi kita, urai Rohman. Dengan begitu, kita bisa bersikap bijak dalam berkomentar di ruang digital.

”Itu sikap pribadi kita sebagai hasil olah akal budi kita di dunia real yang digeser masuk ke dunia digital. Bagaimanapun, aktor utamanya adalah manusia. Maka, kuncinya kita mesti selalu bisa memanusiakan manusia di mana pun dia berada. Di dunia real atau digital, tetap harus dihargai dan dijaga. Kita bisa bermedsos dengan selalu berkebudayaan dan berkepribadian Indonesia,” kata Rochman.

Narasumber lain, Muhammad Adnan mengatakan, salah satu penyakit netizen yang menyergap dalam berinteraksi sosial dan berkomentar di ruang digital adalah serangan virus Filter Buble. Di mana, seseorang yang dijangkiti tak bisa menerima pendapat yang berbeda dan hanya mau menerima atau terjebak dalam satu sudut pandang. 

Dia menolak sikap kritis yang berbeda dengan pandangannya. Malah bersikap menolak pertemanan sosial dengan yang tak sama pandangannya. Ini membuatnya terkungkung dalam efek algoritma gelembung besar. Yang, dalam pandangan Elli Priser, aktivis media sosial, membuat seseorang yang terjangkit menjadi malah terisolasi secara intelektual. 

”Dia malah rugi dan terjauhkan dari publik. Dengan begitu, dia malah tak bisa mewujudkan fungsi ruang digital yang lebih bermanfaat. Bukankah ruang digital dibuat untuk kebaikan, bukan kerusakan hidup manusia?” tanya Muhamad Adnan, di pengujung webinar. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment