News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Penting, Menjaga Adab di Ruang Digital

Penting, Menjaga Adab di Ruang Digital





Pemalang – Siapa pun dapat menjadi warga digital dengan berbagai latar belakang, asal usul, kebiasaan, budaya dan cara berkomunikasi yang berbeda. Namun, semua itu harus dilandasi taat aturan. Inilah pentingnya menjaga adab dalam berekspresi di ruang digital.

“Biasakan think sebelum posting, apakah menyakiti perasaan orang, apakah melanggar aturan, apakah penting dan bermanfaat apakah sudah santun,” ujar Jota Eko Hapsoro, Founder & CEO Jogjania.com, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Senin (4/10/2021).

Dia mengingatkan, kehati-hatian itu perlu sebab di dunia maya dikenal adanya jejak digital yang tidak mudah dihapus. Jangan sampai ruang digital menyebabkan perubahan berbagai tatanan di masyarakat terkait cara berekspresi, berinteraksi, bertransaksi dan bersosialisasi.

“Jadilah warga digital yang beradab, jangan mempunyai kepribadian ganda yang lebih garang dan galak di medsos. Manusia mati meninggalkan jejak digital,” pesan dia.

Pada bagian lain, Joko bersyukur, mengacu World Giving Index 2021 - Charities Aid Foundation, Indonesia kembali menempati rangking pertama negara paling dermawan di dunia.

Sejumlah negara memiliki skor yang rendah dalam indeks kedermawanan ini yaitu Jepang (12 persen), Portugal (20 persen), Belgia (21 persen), Italia (22 persen) dan Korea Selatan (22 persen).

Menurut dia, pandemi dan krisis justru meningkatkan semangat solidaritas masyarakat untuk membantu sesama. Agama menjadi faktor utamanya. Dari sinilah muncul berbagai aksi sosial berbasis digital yang melibatkan berbagai kalangan.

Narasumber lainnya pada webinar bertema ”Menjadi Pengguna Internet yang Beradab” kali ini adalah Achmad Uzair. Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini khawatir terjadi gegar budaya.

“Tanpa perubahan sikap mental, transformasi budaya bisa berujung pada “gegar budaya” (keterasingan, kegagalan memanfaatkan secara optimal benefit teknologi),” ungkapnya.

Dipandu moderator Bella Ashari, webinar juga menghadirkan narasumber Supranoto (Dosen FISIP Universitas Jember & Pengurus DPP IAPA), Muhammad Fatih Azka (Waket III STIT Pemalang), Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech, dan Ken Fahriza (Data Analyst) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment