News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pengguna Ponsel di Indonesia Lampaui Jumlah Penduduk

Pengguna Ponsel di Indonesia Lampaui Jumlah Penduduk




Magelang – Pertumbuhan teknologi digital di Indonesia relatif sangat cepat bahkan pengguna telepon seluler (ponsel) melampaui jumlah penduduk. Setidaknya ini terlihat dari hasil survei We Are Social Hootsuite yang dilansir Januari 2021. 

Dari total penduduk Indonesia 274,9 juta jiwa (57 persen) tercatat pengguna ponsel sejumlah 345,3 juta (125,6 persen. Sedangkan pengguna internet mencapai 202,6 juta (73,7 persen) dan pengguna aktif sosial media 170 juta atau 61,8 persen.

Fakta tersebut dibeberkan Nana Mulyana, Kepala SMK Negeri Ngablak Kabupaten Magelang, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (30/9/2021). “Masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan waktu berinternet selama 8 jam 52 menit,” ungkapnya.

Memang, era digital memberikan dampak positif bagi kehidupan terutama generasi muda. Mereka bisa menghemat waktu karena pencarian referensi di internet dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Selain itu, juga lebih hemat biaya sebab banyak tersedia situs dan aplikasi gratis di internet bahkan beberapa di antaranya disertai tawaran diskon. Belajar pun lebih efisien, misalnya mencari arti kata tertentu cukup klik aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. “Penggunaan teknologi digital ramah lingkungan karena menggunakan buku elektronik, hemat kertas,” ucapnya.

Manfaat selalu berdampingan dengan mudharat. Diakui, dampak negatif teknologi digital cukup merisaukan banyak kalangan. Bukan rahasia lagi anak-anak masa kini pada umumnya tumbuh menjadi pribadi yang egois dan sulit bergaul.

Ini terjadi karena faktor perkembangan otak anak tidak seimbang sehingga kadang-kadang sulit untuk mengenali emosinya. “Perkembangan bahasa pada anak dapat tertunda. Aktivitas fisik anak berkurang karena terlalu banyak bermain dengan perangkat digital, sering menahan lapar, haus dan keinginan buang air yang dapat mengganggu sistem pencernaan,” terangnya.

Nana Mulyana menambahkan, pandemi Covid-19 mendorong percepatan digitalisasi. Sekolah-sekolah di seluruh dunia dipaksa oleh situasi dan kondisi untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Konsekuensinya, pendidik maupun pelajar harus cepat beradaptasi dengan sistem digital.

Tak hanya itu, institusi juga banyak mendapat tekanan finansial, termasuk sekolah dan universitas mengalami hal serupa. Orang tua dan mahasiswa meminta rabat alias potongan biaya. Inilah yang kemudian mendorong institusi perguruan tinggi menurunkan biaya kuliah.

Sektor industri juga tidak mau kalah segera ambil langkah mempercepat akses digital, dengan alasan konsumen dan pelaku usaha sekarang ini semakin bergantung teknologi industri, sekaligus untuk meningkatkan efisiensi.

Tekanan yang dirasakan kalangan pekerja bahkan lebih besar berupa tuntutan untuk memperbarui keterampilan mereka, misalnya cyber security. “Pekerja dari berbagai industri perlu dengan cepat menyesuaikan diri dengan cara kerja baru dan memperbaiki keterampilan mereka agar tetap kompetitif,” jelasnya.

Apa urgensi pendidikan karakter bagi generasi muda di era digital? Nana menegaskan pendidikan karakter sangat penting dihadirkan di tengah-tengah kaum muda, agar potensi pengembangan sumber daya manusia (SDM) tidak terjadi ketimpangan yang berefek pada kehidupan individu, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Disebutkan, nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan dan sosial serta tanggung jawab.

Untuk menghasilkan peserta didik berkarakter baik pada era digital sekarang ini, guru berperan sangat vital. Nana kemudian menyebut tujuh langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru, yaitu harus bisa menjadi contoh bagi siswa, menjadi apresiator dan mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran. Kemudian, bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan, mengajarkan sopan santun, memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin dan berbagi pengalaman inspiratif.

Dosen Ilmu Administrasi FISIP Unhas Makassar, Hasniati, yang juga menjadi narasumber webinar bertema “Implementasi Pendidikan Berkarakter di Era Digital”, sepakat pendidikan karakter harus diarahkan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleran, gotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Satu yang tidak boleh dilupakan, semuanya harus dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berdasarkan Pancasila. Apalagi dunia sudah semakin mengglobal seolah-olah tidak ada sekat antarbangsa di dunia maya.

Ini sejalan dengan konsep digital citizenship. Miliaran warga dunia dengan berbagai latar belakang tidak perlu biaya banyak bisa bertemu. Karena tidak saling mengenal maka ada pilihan untuk menyamar. Selain itu, setiap orang bebas membuat dan mendistribusikan info dan konten. Setiap orang juga bebas menanggapi orang lain.

Mengacu data tahun 2020 yang dilansir Hootsuite, wanita yang juga Asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT) itu menyebutkan pengguna internet aktif di dunia mencapai 3.800 miliar. Dari jumlah tersebut, di Indonesia terdapat 160 juta.

Pengguna di Indonesia didominasi usia 25-34 tahun (35,4 persen) dan usia 18-24 tahun (30,3 persen). Sedangkan pengguna media sosial di Indonesia didominasi anak remaja dan dewasa usia 18-34 tahun.
Melihat realita itu, Hasniati menyarankan pentingnya safety digital. Semua pengguna teknologi digital harus melakukan tindakan pencegahan untuk menjamin keselamatan data pribadi dan keamanan jaringan.

Dipandu moderator Niken Pratiwi (Content Creator), webinar juga menghadirkan narasumber Sani Widowati (Princeton Bridge Year On-site Director Indonesia), Novitasari (Dosen Universitas Tidar Magelang), Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Oka Fahreza (TV Presenter) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment