News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Mudah, Begini Cara Mendeteksi Konten Hoaks di Platform Digital

Mudah, Begini Cara Mendeteksi Konten Hoaks di Platform Digital




Semarang – Internet atau media sosial mengubah pola munculnya isu. Kemunculan isu dan dampaknya relatif lebih mudah diprediksi saat era media mainstream. 

Hal tersebut dikatakan oleh Founder and CEO Opal Communication, Kokok Herdianto Dirganto dalam webinar literasi digital dengan tema “Tangkal Hoaks dengan Literasi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (20/10/2021).

Kokok mengungkapkan diperlukan kecermatan dan usaha lebih dalam menentukan suatu informasi valid, fakta atau hoaks. Selain itu juga harus membaca secara menyeluruh konten yang didapatkan. “Jangan hanya membaca judul dan poinnya,” kata dia. 

Selain itu, untuk mendeteksi konten atau informasi yang didapatkan itu hoaks atau fakta yakni dengan membandingkan terlebih dahulu dengan situs yang lainnya. Kemudian membaca dari sumber atau situs yang terpercaya. 

Pengguna pun bisa memanfaatkan fitur filter media sosial untuk menyaring informasi, seperti mafindo, anti hoax, cek fakta, dan lainnya. “Sebagai pengguna digital, juga jangan sebar konten SARA, pornografi, dan informasi pribadi,” tuturnya. 

Kokok menyebut dari survei literasi digital nasional 2020 menunjukkan indeks literasi digital di seluruh provinsi di Indonesia sudah berada di atas rata-rata level sedang. Sebagian besar masyarakat juga menggunakan internet untuk berkomunikasi melalui pesan singkat, melakukan aktivitas di media sosial serta menonton video secara online. 

“Dalam survey juga diketahui masih banyak responden yang mengaku menaruh informasi pribadi yang sensitif di media sosial,” kata dia. 

Kemudian juga diketahui ada 30 sampai 60 persen responden mengaku pernah terpapar hoaks, dan 11 persen pernah menyebarkan hoaks karena tidak terlalu memikirkan kebenaran informasi tersebut. 

“Selain itu juga diketahui, sebagian hoaks yang ditemukan terkait isu politik, kesehatan dan agama yang ditemukan paling banyak melalui media sosial Facebook,” kata dia. 

Kokok mengatakan pemahaman literasi digital masyarakat di Indonesia perlu ditingkatkan, dimana termasuk di dalamnya adalah tentang berpikir kritis tentang media dan data. Ia menyebut dengan kemampuan berpikir kritis tersebut, maka akan dapat meminimalkan dan menekan konten hoaks yang tersebar di platform digital. 

Kokok juga membeberkan beberapa cara dalam menghadapi hoaks di media sosial. Semisal saja di Facebook, bisa menggunakan fitur report status da memberikan kategori informasi hoaks atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen biasanya Facebook akan menghapus status tersebut. 

Kemudian untuk media twitter memiliki fitur report tweet untuk melaporkan twit yang negative. Demikian juga dengan Instagram juga memiliki fitur report post untuk melaporkan postingan negative. “Sedangkan Google bisa memakai fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu,” ucapnya. 

Narasumber lain, Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta, Muhammad Mustafid mengatakan untuk menangkal hoaks bisa melalui literasi digital. Yakni pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi. 

“Serta memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya. 

Dipandu moderator Thommy Rumahorbo, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Traheka Erdyas Bimanatya (Dosen Ekonomi UGM), Andika Renda Pribadi (Praktisi Pendidikan), dan Top 3 Mamamia Indosiar, Billy Wardana, selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment