News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Moderasi dalam bersikap di media maya

Moderasi dalam bersikap di media maya




Pati: Di tengah perbedaan dan keragaman, sikap bermoderasi tidak hanya dibutuhkan dalam interaksi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya yang sifatnya tanpa batas. Itulah antara lain pokok bahasan dalam acara webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (22/7/2021). 
Literasi digital merupakan bagian dari upaya pemerintah mendukung percepatan transformasi digital. Upaya ini dikebut agar Indonesia dapat beradaptasi dan segera mampu mengimbangi cepatnya perkembangan teknologi dengan bekal kecakapan yang mumpuni. 
Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB ini diikuti oleh 150-an peserta dan dipandu oleh entertainer Zacky Ahmad. Hadir sejumlah narasumber: Muh Ilham Nur Fatah (fasilitator nasional), Andie Wibianto (communication and engagement specialist), Shofi (kepala MAN 2 Kudus), dan Adibatus Syarifah (kepala MTs Negeri Blora), serta key opinion leader Nanda Candra. Masing-masing narasumber membawakan materi empat pilar literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skill, dan digital safety. 
Andie Wibianto dalam paparannya mengatakan, bermoderasi di dunia maya merupakan bentuk sikap untuk tidak memihak pada kelompok tertentu serta menggunakan common sense dalam menyikapi suatu perbedaan. Sebab sedari awal, Indonesia sudah terbentuk dari kemajemukan masyarakatnya yang memiliki keragaman budaya  dan integrasi bangsa, namun di sisi lain sisi negatif dari kemajemukan ini adalah rawan konflik.  
Oleh sebab itu, harus cakap mencintai Indonesia, mampu membentengi bahwa ancaman perpecahan, intoleransi, radikalisme, hoaks dan konten negatif itu nyata bahkan di dunia digital sekalipun. 
“Media sosial selain memberikan kemudahan juga terdapat jebakan berupa jejak digital. Maka waspadalah, sebelum mengunggah konten di media sosial berpikirlah berulang-ulang. Jangan membuang sampah di media maya, sebab selamanya akan ada di internet,” jelas Andie. 
Lbih lanjut Andie menyatakan, dampak bermedia sosial harus diwaspadai. Sebab media sosial menjadi tempat timbulnya radikalisme, menjadi arena kontestasi dan kompetisi, menguatnya individualisme, dan perubahan pluralisme menjadi tribalisme.  
“Hal itu bisa ditekan dengan menerapkan moderasi dalam dunia maya. Dengan cara memverifikasi data dan informasi yang kita temui, bersifat moderat dalam bernarasi di medsos menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung. Mengutamakan civilized action atau kesopanan, mengembangkan kecerdasan digital baik untuk pribadi dan kelompok, serta menyuarakan moderasi beragama melalui ruang digital. Bangunlah cerita positif yang bisa membuat sejuk dan adem keadaan,” runtutnya. 
Dari perspektif keamanan digital, Muhammad Ilham Nur Fatah mengatakan, dalam kaitan konten agama di media sosial saat ini tidak sedikit pendakwah yang ikut memanfaatkan media sosial sebagai sarana menyebarkan konten beragama. Akan tetapi, tidak sedikit juga konten dakwah yang disebarkan itu bermuatan hoaks. 
“Kita harus mampu memahami konsep penggunaan platform media sosial. Medsos mana yang mampu menarik perhatian orang lain, utamanya dalam menyebarkan konten positif. Oleh sebab itu penting mengetahui literasi digital, utamanya keamanan digital karena aktivitas digital itu akan terekam dan berpengaruh pada rekam jejak digital,” jelas Ilham.
Gawai dan perangkat media digital yang digunakan memang tak lepas dari keseharian dan hal ini menjadi alasan kenapa keamanan digital itu penting. Baik dalam mengamankan perangkat digital dan identitas, aman dari tindak kejahatan online, dan aman menjaga jejak digital. 
Risiko keamanan digital itu dapat berupa kebocoran data pribadi, potensi malware dan virus yang dapat mengintervensi akun digital, peretasan serta penipuan online. 
“Sebagai talenta digital harus tau bagaimana agar aman bermedia dengan melakukan langkah perlindungan seperti menggunakan password berupa PIN atau pola pada perangkat, waspada mengunduh game, aplikasi, dokumen dari situs ilegal. Selalu update sistem perangkat digital, dan berhati-hati menggunakan internet publik dengan tidak melakukan transaksi online dan log in akun,” jelasnya. 
Lebih-lebih menjaga keamanan data pribadi baik saat itu menggunakan identitas asli maupun samaran. Saat menggunakan identitas asli maka harus siap mengelola dengan baik, dan jika menggunakan identitas samaran juga hendaknya digunakan dengan penuh tanggung jawab. 
Lalu, mengamankan identitas utama yang digunakan untuk akses media digital, khususnya email yang menjadi kartu utama memasuki platform digital. Juga melindungi dan melakukan konsolidasi identitas digital dalam berbagai platform media digital yang dimiliki. 
“Keamanan digital yang tidak terjaga dengan baik dapat memicu terjadinya kejahatan online seperti phising, penipuan online, kebocoran data pribadi yang disalahgunakan, serta berbagai kejahatan online lain yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain,” tutupnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment