News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Mewaspadai Jerami Kering Benih Radikalisme Digital

Mewaspadai Jerami Kering Benih Radikalisme Digital




PEKALONGAN: Perkembangan media digital salah satunya lewat media sosial saat ini turut membawa dampak positif dan negatif yang tak bisa diabaikan begitu saja. Salah satu dampak negatif yang perlu diwaspadai dari masifnya sebaran informasi dari media sosial itu penyalahgunaan untuk penyebaran benih-benih radikalisme. 

"Benih radikalisme melalui dunia digital itu ibarat jerami kering yang bisa 'dibakar kaum ekstrimis'," tegas Board of Desantara Foundation Muhammad Nurkhoiron saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema ”Antisipasi Radikalisme Digital," yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (14/8/2021).

Nurkhoiron menjelaskan jerami kering itu bisa berupa sikap fanatik dengan pandangannya yang menolak atau mentoleransi pandangan yang berbeda dengan dirinya. Sikap asosial atau lebih suka bergaul dengan golongan sejenisnya.

"Juga bisa dari mereka yang memahami teks agama secara harafiah, tidak memiliki ilmu tafsir dalam melihat teks atau doktrin secara komprehensif," kata Nurkhoiron. Jerami kering itu juga bisa berasal dari sikap yang mudah sekali mengharamkan sesuatu yang tidak ada nash-nya. Serta mudah mengkafirkan kelompok lain dan cenderung menonjolkan identitas beragama, bukan perilaku beragamanya.

Nurkhoiron menuturkan radikalisme bisa ditangkal oleh masing-masing pengguna digital khususnya media sosial hanya dengan cermat memilih informasi yang masuk. Segala informasi perlu untuk dikonfirmasi terlebih dahulu sebelum menyerap dan menyebarkannya kepada orang lain.

Nurkhoiron mencontohkan dengan kasus dari metode membangun narasi semangat Jihad. Kondisi obyektif yang terjadi saat ini ada realitas kemiskinan dan ketimpangan ekonomi disertai korupsi yang masih merajalela dari berbagai sendi dan tingkatan. Sementara di satu sisi ada orang-orang atau kelompok yang berharap pemerintahan dapat mengatur tegaknya regulasi dan hukum. Sayangnya seringkali terjadi hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Di satu sisi penguasa ekonomi adalah negara barat atau non muslim.

"Akhirnya seringkali narasi yang muncul dengan membangun narasi umat Islam sebagai korban dan pelaku penindasan non muslim (membuat garis tajam). Lalu dibangun simpati dan solidaritas karena penderitaan umat dengan cara memprovokasi dan mengobarkan heroisme atau semangat Jihad," urai Nurkhoiron.

Nurkhoiron pun mewanti wanti, pesan-pesan yang bermuatan radikalisme kian mudah diperoleh dari konten di situs online. Menurutnya perlu terus mengkaji urgensi literasi digital guna menangkal radikalisme pada generasi millennial di era revolusi industri 4.0 ini. Sebab benih radikalisme dan kekerasan bisa merebak kapan saja dan menjadi wabah yang meracuni masyarakat di dunia maya yang berdampak kepada dunia nyata.

"Kita semua pengguna digital perlu mewaspadai propaganda-propaganda mengarah radikalisme yang kini dikemas dalam berbagai platform itu," tutur Nurkhoiron.

Narasumber lain webinar itu, Kepala Kantor Kemenag Pekalongan, Kasiman Mahmud Desky menuturkan satu yang perlu dipahami membendung suburnya benih radikal di dunia digital dan dunia nyata itu adalah pemahaman bahwa tak ada satu pemerintahan pun di dunia ini yang bisa berjalan sempurna.

"Setiap pemerintahan di dunia ini pasti punya masalah, apapun bentuk pemerintahan itu mulai dari kerajaan, republik, federasi, apapun itu. Yang terpenting bukan masalah yang muncul, tapi sejauh mana hak-hak kemanusiaan dari warga negara itu terjamin," kata Kasiman.

Kasiman pun mewanti-wanti sejumlah 'ring' yang jadi sumber gerakan radikalisme dewasa ini. Mulai dari pusat ajaran atau indoktrinasi radikalisme, lalu  kelompok militan alias para pelaku aksi terorisme di lapangan, kemudian individu atau kelompok yang sukarela menyediakan sarana pendukung gerakan, lalu kelompok yang mendukung aksi terorisme itu namun tak terlibat aksi teror dan masyarakat yang rentan jadi sasaran ajaran radikalisme.

Webinar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Femikhirana Widjaja (digital marketing strategist), Tb. Ai Munandar (dekan FTI Unsera Banten) serta dimoderatori Nindy Gita juga Michael Rivaldi selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment