News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menjadikan Pancasila Sebagai Benteng Penjaga Norma Ruang Digital

Menjadikan Pancasila Sebagai Benteng Penjaga Norma Ruang Digital





BANYUMAS: Ada banyak hal buruk terjadi akibat dampak rendahnya pemahaman nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital.

"Rendahnya pemahaman nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika itu berpotensi menyebabkan pengguna tidak akan mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah kepada perpecahan di ruang digital," ujar digital marketer Rhesa Radyan Pranastikho saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Menjadi Pengguna Internet yang Beradab" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti 300 lebih peserta itu, Rhesa melanjutkan pengguna juga berpotensi tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital.

Oleh sebab itu, kata dia, perlu dorongan menjadi warga digital yang Pancasilais. "Yang bisa berpikir kritis dalam hal identifikasi, observasi, dan evaluasi juga bisa gotong-royong, berkolaborasi dalam kampanye literasi digital," kata dia.

Rhesa mereview soal tingkat kesopanan netizen di Indonesia yang dicap paling buruk se-Asia Tenggara. Hal ini berdasarkan digital civility index yang baru saja memberikan laporan mengenai tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya oleh Microsoft. 

Dalam riset tersebut tercatat pengguna internet di Indonesia merupakan yang terburuk dalam hal kesopanan di dunia maya dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. 

Padahal saat ini peringkat jumlah penduduk dunia Tiongkok teratas dengan jumlah penduduk 1, 4 milyar, lalu India 1,3 miliar, Amerika Serikat 335 juta, dan Indonesia sebanyak 271 juta per Januari 2021.

Dengan tingginya penggunaan digital di Indonesia itu maka perlu lebih bisa berhati-hati dalam berinteraksi di ruang digital. Khususnya saat memberi postingan di dunia maya karena semua hal yang diunggah di platform sosial media atau internet sangat mungkin untuk direpost oleh orang lain.

"Follow orang-orang yang menginspirasimu saja, pikirkan saat ingin membagikan gambar atau informasi ke media sosial, jangan sebarkan hoaks atau informasi tidak benar karena dibalik akun sosial media akun game online ada manusia," kata dia.

Narasumber lainnya, Mamock Ngudi Utomo pelaku industri perfilman mengatakan internet sudah sangat lazim digunakan oleh hampir semua orang. Sehingga penerapan etika atau norma digital sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam bermasyarakat.

"Yang harus diperhatikan dalam berselancar di dunia digital terlebih lagi sosial media itu adalah saring sebelum sharing," kata dia. Menurutnya perlunya berpikir cermat, berulang untuk menimbang baik dan buruknya apabila memposting sesuatu dan memberikan komentar di akun sosial media kita dan orang lain. 

"Sesama pengguna internet bertanggung jawab dan memberikan manfaat kepada orang lain maupun diri sendiri. Mari kita sama-sama kembangkan etika digital supaya kita semua bisa nyaman dan menikmati sosial media nyaman digital nyaman juga bagi orang lain," tegasnya.

Webinar itu juga menghadirkan narasumber lain seperti digital marketer Eko Sugiono, perencana di Kementerian Bappenas Agus Manshur, serta dimoderatori Nadia Intan serta Dibyo Primus selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment