News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Mengkaji Dampak Positif Bermedia Sosial

Mengkaji Dampak Positif Bermedia Sosial





Batang – Gawai dan media sosial memang menjadi dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam keseharian hidup manusia. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun demikian. Terlebih anak usia remaja yang sudah tak asing dengan penggunaan ponsel dan media sosial. 

Penggunaan media sosial secara berlebihan seringkali membuat ketakutan tersendiri bagi para orangtua. Hal ini terjadi lantaran banyaknya dampak negatif yang bisa saja terjadi pada anak mereka.

Namun, orangtua perlu juga tahu, tak selamanya media sosial membawa dampak negatif. Media sosial juga memiliki dampak positif yang dapat membantu pertumbuhan anak usia remaja, salah satunya membuat mereka lebih berempati pada orang sekitar.

Pengawas Madrasah Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Amhal Kaefahmi mengatakan, bagi masyarakat yang akan beraktivitas di platform digital harus memahami terlebih dahulu budaya bermedia sosial. 

Menurutnya, budaya bermedia sosial merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa. Kemudian membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. 

”Indikator pertama dari nilai budaya digital adalah setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki dunia digital, secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Dampak Positif Bermedia Sosial”, yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (9/8/2021).

Amhal Kaefahmi mendedahkan lebih lanjut mengenai tantangan etis dalam menggunakan media sosial. Tantangan pertama yang muncul, menurutnya, adalah keragaman kompetensi yang ada pada setiap individu yang menggunakan ruang digital. ”Adanya perbedaan generasi dalam ruang digital membawa perbedaan budaya dalam berinteraksi,” jelasnya.

Tantangan kedua berwujud konten negatif yang tersebar di media sosial, dan tidak disikapi dengan pantas oleh pengguna. Menyoroti masyarakat Indonesia, Amhal Kaefahmi memberikan data Digital Incivility Index 2021. ”Data yang dihimpun oleh Microsoft itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat internet paling tidak sopan di Asia Tenggara,” ungkapnya.

Hal itu disebabkan oleh ujaran kebencian, perundungan, dan hoaks yang banyak tersebar di media sosial. Amhal memandang perlunya meningkatkan kompetensi etis masyarakat Indonesia dalam bermedia sosial. Hal ini juga menjadi perhatian lebih, sebab Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara yang penduduknya kecanduan media sosial. “Masyarakat kita menghabiskan 8 jam 52 menit untuk mengakses dunia digital. Jadi sangat perlu untuk meningkatkan kompetensi,” jelasnya.

Lebih jauh lagi, Amhal menjelaskan tentang digital ethics. Menurutnya, digital ethics merupakan panduan berperilaku terbaik di ruang digital, membawa individu untuk dapat menjadi bagian masyarakat digital, pada domain kolektif dan informal. Sebagian dari digital ethics tersebut adalah pengetahuan dalam berinteraksi, mengenali informasi yang salah, dan mengetahui aturan dasar dalam berperilaku di media sosial.

“Penggunaan internet secara sehat dan aman perlu ditanamkan sejak dini melalui pembelajaran etika berinternet,” jelasnya. Amhal menegaskan, para pengguna platform digital juga supaya cerdas dalam bermedia sosial, seperti dengan mengatur porsi atau waktu, menghargai orang lain di media sosial. ”Menghargai karya orang lain, mengetahui fungsi media sosial, dan memfilter informasi dari media sosial,” ucapnya. 

Menurut Amhal, media sosial dapat memberikan berbagai dampak positif kepada penggunanya. Di antaranya, sebagai media penyimpanan informasi. Kemudian membuat anak dan remaja lebih bersahabat, dan perhatian. ”Dengan menggunakan situs-situs web, para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah,” ujarnya. 

Di samping itu, media sosial juga bisa menyambung tali silaturahmi dan memudahkan bagi orang yang memiliki sanak famili, mempermudah belanja, seperti menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari di media sosial, online shop, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai jalan dakwah atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam.

Adapun manfaat media sosial untuk pendidikan yakni bisa menciptakan komunitas, membantu memusatkan pengetahuan kolektif seluruh kelas untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Lalu, bisa melanjutkan pembahasan pelajaran, memulai jaringan kelompok belajar kolaboratif, bisa menghemat waktu dan tenaga banyak orang. 

Narasumber lainnya, Ardiansyah yang seorang IT Consultant mengatakan, langkah awal untuk bermedia sosial yakni pengguna harus memastikan bahwa platform media sosial yang dipakai sudah memenuhi standar tiga hal, yakni keamanan, proteksi, dan privasi. 

Menurut Ardiansyah, dalam bermedia sosial pun memiliki adab, seperti tidak melakukan fitnah, mengadu domba, menyebarkan permusuhan, dan ghibah. Kemudian tidak melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan atas dasar suku, agama, ras, atau antar golongan. 

Lalu, tidak menyebarkan hoaks atau informasi bohong, tidak menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang terlarang secara syar'i. ”Jangan menyebarkan konten yang benar, tetapi tidak sesuai tempat dan atau waktu. Juga selalu jaga emosi dan jangan sembarangan menuliskan sesuatu,” ucapnya. 

Dalam webinar yang diikuti 300-an peserta itu, hadir narasumber lain, yakni Septa Dinata dan H.M Aqsho, Kakandepag Kabupaten Batang.
(*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment