News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Mengisi Ruang Digital dengan Produksi Konten Positif

Mengisi Ruang Digital dengan Produksi Konten Positif






PEMALANG – Kemajuan transformasi digital, selain mengundang peluang rezeki juga berisiko mudahnya provokator menebar benih perpecahan bangsa lewat konten di media sosial yang mereka buat dan sebarkan. Satu risiko yang hadir di era digital yang tanpa batas dan serba bebas, adalah banjirnya informasi dan tak terbendungnya luapan konten-konten negatif di media sosial kita. Sebagian besar isi konten negatif adalah memprovokasi warganet untuk terpecah belah, adu domba, baik lewat pemicu isu politik dan SARA.
Warganet yang sering mengakses Youtube dan beragam medsos tentu cukup mengenal beberapa nama yang banyak kontennya lebih sering memunculkan kontroversi. Bahkan, ada yang sempat diadukan dan menjalani pemeriksaan polisi, ada pula yang banyak kontennya sudah diblokir oleh Kominfo.
”Saran dan ajakan saya, konten-konten negatif di medsos semacam itu perlu kita lawan dengan memproduksi konten-konten tandingan yang menyatukan bangsa. Saling asih dan membawa nilai-nilai Pancasilais. Sesuai pesan Pak Jokowi, mari banjiri mendsos dengan konten positif yang Pancasilais. Itu tantangan kita warganet, dan butuh kerja besar kolaboratif. Pemerintah tak bisa dibiarkan kerja sendirian, seluruh masyarakat perlu terlibat dalam kerja besar tersebut.”
Itulah uraian yang disampaikan Ahmad Shobiq, dosen Fisipol Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, saat menyampaikan gagasannya dalam webinar literasi digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, 1 Juli 2021.
Narasumber berikutnya, Anthovani Reza Pahlevi, founder Pantoera.id dan Chief Investing Oficer Shinta VR dari Batang, ikut menimpali. Kata dia, Indonesia dengan Pancasila selama ini dikenal berkarakter religius, peduli sosial, patriotis, demokratis, dan adil. Ini karakter yang perlu ditunjukkan dalam ragam konten yang kita buat untuk menandingi banjirnya konten negatif dan provokatif.
”Memang butuh kerja keras. Tapi kalau kita cari di pencarian Google dengan kata kunci Pancasilais dan Nasionalisme, sediaan konten yang ada lumayan banyak, tapi tetap masih perlu digelontor dengan konten segar dan lebih bermutu. Itu tantangan kita, khususnya kaum milenia, mencetak konten muda yang Pancasilais,” beber Anthovani.
Shobiq dan Anthovani tampil membahas tema yang cukup serius itu dalam webinar yang diikuti secara virtual oleh ratusan peserta lintas generasi dan profesi dari seantero Pemalang. Mengusung tema ”Konten Milenial yang Pancasilais di Media Sosial”, webinar yang dipandu oleh moderator Fikri Hadil itu juga menghadirkan dua pembicara lain: Jefry Johanes Francisco (CEO JF Autowear) dan Rizqika Alya Anwar (fasilitator digital safety dari Kaizen Room). Hadir pula Venabella Arrin, Diajeng Jogja 2018, yang tampil sebagai key opinion leader.
Menyambung diskusi, Jefry Johanes Fransisco menyebut, jangan sampai ciri khas keramahan dan etos kerja keras kaum muda Indonesia hilang tergerus oleh banjirnya konten-konten negatif. Bahkan mempengaruhi budaya buruk dan menjadikan warganet kita sempat terbawa arus buruknya. Seperti tempo hari disurvei, Indonesia masuk kategori negara dengan warganet yang tidak sopan se-Asia Tenggara.
”Hal itu antara lain dipengaruhi oleh kenyataan di mana warganet kita beberapa tahun terakhir mengonsumsi informasi dan menyantap konten-konten negatif dengan masih minimnya kecakapan digital. Sehingga, mengabaikan banyak norma luhur Pancasila yang sebenarnya sudah lama ditanamkan di sekolah. Memulihkan dengan menandingi banyak konten Pancasilais adalah solusi yang menjadi PR kita bersama,” kata Jefry serius.
Ahmad Shohib kembali berpendapat. Kata dia, kita sudah punya banyak pengalaman menjadikan fungsi medsos sebagai alat perjuangan revolusi sosial yang efektif menggalang dukungan publik. Shohib mencontohkan, kita pernah sukses membantu perjuangan pelemahan KPK oleh kekuasaan di luar KPK dengan tagar #SayaCicakBeraniMelawanBuaya beberapa tahun lalu. Juga, dengan konten medsos saat mendukung koin Prita Mulyasari untuk meraih keadilan terkait kasusnya dengan RS Omni pada 2016.
”Nilai-nilai gotong royong memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, itu merupakan nilai positif yang mesti terus menerus dikembang-tumbuhkan dalam media sosial kita di masa datang,” pesan pungkasan Ahmad Shobiq. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment