News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Mawas Kondisi Bangsa, Perkuat Literasi Digital

Mawas Kondisi Bangsa, Perkuat Literasi Digital




SUKOHARJO: Literasi digital untuk peningkatan wawasan kebangsaan menjadi hal yang tak bisa ditawar lagi di tengah banjir informasi ruang digital di era digital.

Praktisi pendidikan Adhi Wibowo merujuk pernyataan almarhum Mantan Menteri Kehakiman Prof Muladi yang pernah menyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

"Namun, pada survei yang diselenggarakan oleh Microsoft tentang kesopanan di internet pada bulan Mei 2020, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai bangsa yang kesopanan warganetnya paling rendah. Bahkan ketidaksopanan itu semakin meningkat ketika pandemi melanda," kata Adhi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Literasi Digital untuk meningkatkan wawasan Kebangsaan" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, Jumat (24/9/2021).

Lebih jauh Adhi menyatakan, survei Microsoft itu tentu bertolak belakang dengan kondisi sosial budaya Indonesia. "Padahal kita memiliki Pancasila," kata Adhi, seraya menyebut dahulu Indonesia dikenal sebagai bangsa yang penuh toleran dan tepa selira. Namun kini kita beralih menjadi bangsa ayang intoleran dan cenderung kasar.

"Melihat situasi indeks kesopanan itu, solusinya hanya kembali ke akar yakni mengamalkan nilai-nilai Pancasila," kata dia. 

Nilai-nilai yang dimaksud antara lain sikap saling menghormati. Meski kita berhubungan melalui gadget, namun di sisi yang lain dari gadget kita adalah manusia juga. "Berlakulah sesuai etiket dunia nyata. Memasuki dunia internet jangan beranggapan memasuki dunia lain. Internet hanyalah alat untuk berkomunikasi dan berkolaborasi," kata dia.

Menurut Adhi, prinsip kesopanan secara umum juga berlaku di dunia maya. "Tampilkan diri secara baik, suka berbagi pengetahuan, adil, toleran dan tidak menyalahgunakan kekuasaan, serta suka saling memaafkan adalah brand dari bangsa kita," ujar Adhi sembari mewanti-wanti jangan sampai terseret pada hal-hal negatif di ruang digital.

"Prinsipnya saat berinteraksi diinternet, pahami aturan yang berlaku. Bahwa setiap aplikasi memiliki syarat dan ketentuan masing-masing. Keselamatan kita tergantung pada pemahaman kita atas aturan itu," kata dia.

Narasumber lain webinar itu, content writer Luqman Hakim Bruno tak menampik kondisi itu. Menurutnya, perkembangan teknologi digital yang sangat pesat ikut mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat. 

"Pola lama dalam interaksi sosial turut terpengaruh dan pada titik tertentu, mengaburkan batasan-batasan dan norma sosial ruang digital," katanya.

Luqman menuturkan, sebenarnya tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. "Kita dituntut untuk selalu  siap  dengan perubahan. Oleh karenanya, adaptif terhadap perubahan adalah skill yang wajib dimiliki, dan tidak hanyut terbawa arus zaman adalah sikap yang cerdas dan bijak," tegasnya.

Webinar ini juga menghadirkan narasumber pekerja dan pengembang media seni dan pelaku bisnis online Tomy Widyatno, Head of Studies Center for Family and Social Welfare Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Saeroni, serta dimoderatori Amel Sannie juga Astira Vern selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment