News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Makin Kreatif, Bikin Belajar Daring Menjadi Tidak Garing

Makin Kreatif, Bikin Belajar Daring Menjadi Tidak Garing




Blora: Mengacu data Hootsuite dan We Are Social, sampai Januari 2021 ada pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia sebesar 15,5 persen atau sekira 27 juta orang yang terakses internet. Ini membuat dunia digital makin ramai penghuninya dengan beragam pemanfaatan. Salah satu yang menambah ramai adalah hadirnya para siswa, yang semula belajar konvensional di kelas tatap muka beralih dan memaksa diri mesti bisa mengoperasikan internet dengan smartphone. Tentu saja, para siswa itu tetap dalam pengawasan orangtua dan fasilitator gurunya di kelas online yang, meski awalnya terpaksa, kini lama-lama harus jadi gaya hidup belajar baru dipicu hadirnya pandemi Covid-19.

”Tapi apa pun, ini memaksa transformasi digital di dunia pendidikan menjadi maju lebih cepat. Siswa dan orangtua, juga sebagian guru, masih banyak yang keponthal-ponthal, tergagap mengikuti migrasi budaya ini. Banyak orangtua yang sebelumnya acuh, jadi mau terlibat dalam ikut membantu tugas sekolah dengan beragam aplikasi yang baru. Semua belajar dan ingin menambah kecakapan digitalnya. Guru, siswa dan orangtua kini jadi segitiga emas yang mesti saling bersinergi mendukung kesuksesan belajar anak di kelas online,” ujar Alfan Gunawan, Senior PR di Linked.in, saat berbicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Blora, 11 Oktober 2021.

Alfan tampil sumringah membahas topik ”Pendidikan Online, Era Baru Merdeka Belajar”, yang diikuti ratusan siswa dan guru serta profesi lain secara daring dari seantero Blora. Dipandu oleh moderator Nabila Nadjib, juga presenter RCTI Shafinaz Achiar sebagai key opinion leader, tampil juga tiga pembicara lain. Yakni, Kristiyuana, dosen STAIM Blora; Didin Sutandi, kolumnis dan jurnalis senior; serta Zusdi F. Aryanto, Ketua Yayasan Quranesia Armena Rasyada Yogyakarta.

Hadirnya ruang digital dalam proses belajar di masa pandemi tentu membangun gairah belajar yang merdeka, karena ini mengurangi beban guru di kelas konvensional. Siswa yang ditingkatkan kecakapan digitalnya mesti antusias mencari informasi yang lebih beragam dan tanpa batas di ruang digital. 

Bukan hanya banyak portal belajar baru yang menantang untuk diselami lebih dalam, tapi aplikasi belajar siswa makin lengkap. Di Instagram dan Tiktok juga bisa mengumpulkan tugas dengan visualisasi presentasi yang membuat belajar fisika atau kimia kini makin menantang kreativitas siswa. ”Bukan hanya angka atau algoritma, kini video atau foto yang menarik, membuat belajar yang merdeka jadi makin bebas, seru dan tidak garing lagi suasananya. Kebebasan itu makin membuat anak jadi lebih kreatif,” terang Zusdi serius.

Tinggal orangtua dan guru, juga jangan mau ketinggalan. Sebagai sparring partner dan fasilitator, jangan mau ketinggalan info. Bersaing dalam ilmu yang positif dan terus berkembang mesti jadi tantangan orangtua dan guru. Mereka jangan kudet, kurang update, dengan sang anak atau siswa, karena ke depan hasil akhir belajar di kelas online butuh perhatian dan peran aktif mereka. 

Kalau sampai menyerahkan pada akses ruang digital tanpa bimbingan ortu dan fasilitator guru yang memilihkan, anak bisa berisiko terpapar sumber literasi yang salah. Bahkan berselancar dan mencandu gim, situs porno atau ajaran radikal. 

”Kalau salah pilih konten dan mencandu, orangtua yang akan paling kecewa. Jadi, cegah sejak dini. Selalu jadikan anak sebagai teman diskusi belajar yang simpatik, agar ruang belajar online di rumah makin nyaman dan menyenangkan. Kalau sudah begitu, prestasi tak susah lagi diraih,” pesan Zusdi Aryanto mewanti-wanti ketiga pihak. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment