News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Literasi Digital Masyarakat Indonesia Level Sedang

Literasi Digital Masyarakat Indonesia Level Sedang




Brebes – Berdasarkan data survei indeks literasi digital nasional 2020 pada 34 provinsi di Indonesia, akses terhadap internet kian cepat, terjangkau, dan tersebar hingga pelosok. Dalam survei tersebut juga terungkap literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang.

Data We Are Social, dari 274,9 juta penduduk Indonesia, pengguna internet 170 juta, pengguna media sosial 202,6 juta dan 345,3 juta terkoneksi ponsel.

Hal itu disampaikan Kholistiono, Wakil Pimred Betanews.id, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2021).

Mengingat besarnya potensi tersebut, Kholistiono menyampaikan literasi digital sangat dibutuhkan. Pengertian literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan kecakapan untuk menguasai teknologi saja.

Lebih dari itu, kata dia, literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif.

Jika literasi digital sudah dikuasai harapannya terbentuk budaya digital, yaitu kemampuan individu membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaannya adalah, bagaimana menyampaikan pendapat atau berkomentar yang bijak di dunia digital? Menurut dia, setidaknya ada tujuh enam aspek yang harus dimengerti.

Pertama, sopan santun. ”Penyampaian pendapat sebaiknya dengan cara dan bahasa yang baik dan sopan. Seseorang tidak dilarang untuk membuat komentar, hanya saja harus dilakukan dengan cara-cara yang baik dan tidak melanggar hukum. Ingat, kebebasan berpendapat atau berkomentar harus digunakan untuk menyampaikan ide dan gagasan yang positif,” jelasnya.

Kedua, hargai pendapat orang lain. Pendapat setiap orang bermacam-macam. “Oleh karenanya, pendapat kita tentu berbeda satu sama lain. Berkaca dari itu, sudah sepatutnya kita menghargai pendapat orang lain,” tambahnya.

Ketiga, mengetahui isu secara detail. Ketika menyampaikan pendapat atau berkomentar, menurut dia, usahakan mengetahui isu yang sedang dibahas. ”Jangan asal ikut nimbrung tanpa tahu masalah yang terjadi. Banyak sekali orang berkomentar di sosial media, tapi tidak paham isu yang sedang dibahas. Akhirnya menjurus ujaran kebencian, provokatif, dan hal negatif,” ucapnya.

Keempat, hindari opini provokatif. Caranya, pilah mana yang harus dikomentari dan mana yang tidak. Opini merupakan sesuatu yang sangat penting, tapi tidak ada yang tahu apa yang disampaikan belum tentu bisa diterima semua kalangan.

Kelima, pikirkan kembali sebelum berkomentar. Baginya, ini penting agar pendapat atau komentar yang disampaikan tidak menimbulkan dampak.
Ingat, kata dia, media sosial adalah tempat yang sangat terbuka. ”Jadi kalau isunya sensitif, harus memikirkan lagi sebelum mengeluarkan pendapat. Harus berpikir bagaimana menjaga perasaan, menjaga kondusivitas, dan menjaga suasana yang aman,” kata dia.

Keenam, pahami batasan. Ada hak tentu ada kebebasan dan tanggung jawab. “Artinya, dalam mewujudkan hak-hak digital, kita tidak boleh menginjak-injak hak orang lain, melukai atau merusak reputasi orang lain. Ingat, batasan hak digital sama saja dengan hak mengakses informasi, berekspresi, atau mengungkapkan pendapat pada umumnya. Yaitu, jangan sampai menimbulkan keresahan, mengacaukan ketertiban, membuat huru-hara dan menghasut orang lain,” tandasnya.

Narasumber lainnya, Riffan Azzam Amrulloh selaku Praktisi Hukum pada webinar bertema Bijak Berkomentar di Ruang Digital kali ini mengupas tentang penggunaan konten digital sebagai sumber belajar serta media pembelajaran yang menarik.

Menurut dia, media sosial punya dampak positif di antaranya mempermudah akses informasi yang tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu, mempermudah setiap orang mencari informasi yang dibutuhkannya serta, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah. “Berawal dari informasi, keindahan dunia terbuka. Tapi dari informasi juga, manusia bisa merusaknya,” pesan dia.

Dipandu moderator Bobby Aulia, webinar juga menghadirkan narasumber Reza Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), Jota Eko Hapsoro (Founder & CEO Jogjania.com), Idza Priyanti (Bupati Kabupaten Brebes) sebagai Keynote Speech, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Puty Nurul (TV Journalist/TV Host) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment