News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Lawan Ujaran Kebencian Dengan Mengenali Cirinya

Lawan Ujaran Kebencian Dengan Mengenali Cirinya




KEBUMEN : Maraknya ujaran kebencian di media digital perlu terus dilawan dengan berbagai cara agar ruang digital dapat berkembang secara sehat dan bermanfaat.

Intensnya kemunculan ujaran kebencian di media sosial acapkali dipicu karena media sosial cenderung memungkinkan orang untuk mengutarakan ekspresinya secara bebas.

Juga tentang sifat media sosial yang mudah menciptakan ruang gema dimana ujaran kebencian sudah terlanjur dianggap hal yang biasa dilakukan. 

"Kita perlu lawan ujaran kebencian ini dengan salah satunya mengenali unsur-unsurnya, sehingga bisa langsung kita tangkal ketika menemuinya di ruang digital," kata Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kebumen Suwaibatul Aslamiyah saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema ”Melawan Ujaran Kebencian Di Dunia Maya" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (6/8/2021).

Suwaibatul mengatakan hal paling sederhana mengenali unsur ujaran kebencian melihat dari apa isi ujarannya dan ditujukan kepada kelompok individu yang mana. Ia memberi contoh dua kalimat. 

Pertama, "Di dunia ini banyak orang goblok salah satunya Lo".
Sedangkan contoh kalimat kedua, "Dasar orang "Suku X" pantes saja suka marah marah nggak jelas"

Suwaibatul mengatakan kedua ucapan itu sama-sama mengekspresikan kebencian. Bedanya, ucapan pertama tidak didasarkan pada identitas tertentu tetapi lebih pada sifat seseorang yang dalam contoh ini adalah bodoh. Maka, contoh ucapan pertama ini tidak dikategorikan ujaran kebencian.

Adapun di contoh ucapan kedua, ekspresi kebencian didasarkan pada identitas tertentu dan intoleransi terhadap suku tertentu. Sehingga di ucapan kedua ini termasuk dalam kategori ujaran kebencian.

Ujaran kebencian disebut kerap muncul juga karena faktor ketidaksengajaan. Suwaibatul melanjutkan pengguna sering kali secara tidak sadar mengungkapkan ketidaksukaannya secara eksplisit atau terus terang, dan melupakan bahwa menggunakan media digital ada etikanya.

Padahal, hasutan kebencian dalam bentuknya yang paling berbahaya dapat memicu kekerasan fisik dan psikologis. 

Dalam beberapa kasus, hasutan kebencian menjadi alat politik untuk menghimpun dukungan mengerahkan massa. Kemarahan massa itu bisa dipicu ujaran provokatif satu arah untuk menyasar pihak lain, tapi bisa juga dipicu pelintiran terhadap ujaran pihak lain yang dianggap provokatif. 

"Kita pengguna ruang digital punya tanggung jawab bersama menjaga ruang digital agar bebas dari ujaran kebencian. Bahwa forum digital harus mempunyai aturan dan tata tertib tertentu, aturan ini menyangkut batasan dan cara yang terbaik dalam memanfaatkan fasilitas internet," tegas Suwaibatul.

Suwaibatul lantas menjelaskan di dunia digital dikenal adanya etiket 
berinternet atau yang lebih dikenal dengan Netiket kepanjangan Network Etiquette. 

"Apa itu Netiket? Netiket ini semacam tata krama bagi semua pengguna saat menggunakan Internet. Hal paling mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor," ujar Suwaibatul.

Narasumber lain webinar itu, Muawwin, Co Founder Akademi Virtual Media, mengatakan dampak media sosial kepada kehidupan masyarakat sangat beragam, baik maupun buruk.

"Media sosial berperan mempengaruhi persepsi dan juga perilaku publik. Media sosial bisa mempengaruhi pengambilan keputusan dari institusi juga kelompok masyarakat," kata Muawwin.

Muawwin menambahkan, media sosial juga seringkali bisa membentuk opini publik dalam merespons informasi. Hanya saja dari media sosial, yang perlu diwaspadai ketika fakta sudah bercampur dengan kebohongan atau hoaks.
 
Webinar itu turut menghadirkan narasumber dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Waryani Fajar Riyanto, dosen Sosiologi Fisip UNS Akhmad Ramdhon, serta dimoderatori Bella Ashari dan Nanda Candra sebagai key oponion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment