News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kreatif dan Go Digital, Solusi Agar Tak Alami ’Eating The World’

Kreatif dan Go Digital, Solusi Agar Tak Alami ’Eating The World’





Tegal: Ramalan itu semakin jadi nyata. Bertahun silam, March Anderssen, pencipta Netscape, aplikasi mesin pencari pertama di dunia, sudah meramalkan, ”digital technology make everything is eating the world”, kata March. Teknologi digital telah memporakporandakan semua tatanan konvensional dalam interaksi sosial, bisnis dan segala perilaku manusia di dunia.

Ramalan itu kini jadi nyata. Apa pun yang tak mau mengadopsi teknologi digital akan ditelan persaingan dalam segala hal. Kelengkapan, kecepatan, dan serba mudahnya aktivitas kehidupan. Pandemi makin mempercepat itu semua. Mau tidak mau, kita semua – meski dipaksa tinggal di rumah – tetap harus aktif, kreatif, dan produktif melakukan segalanya. Berbisnis, bekerja, belajar dan beribadah pun tetap harus aktif. 

”Teknologi digital membantu memudahkannya. Jadi, hanya kemauan bermigrasi ke segala sarana digital yang bisa membuat kita tetap survive, maju dan tak ditinggal zaman,” urai Ibnu Novel Hafidz, seorang creative entrepreneur, saat menjadi pembicara webinar literasi digital, Indonesia Makin Cakap Digital, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Tegal, 11 Oktober 2021.

Dengan topik ”Kreatif dan Produktif dari Rumah di Masa Pandemi”, Ibnu tampil membahasnya dengan dimoderatori oleh presenter TV Sjafiera Al Djufri, juga ditemani tiga pembicara lain: Syamsul Falah MHI, dosen IBN Tegal; Zulfan Arif, content writer; Ismita Saputri, co Founder Pena Interprise yang juga fasilitator Keizen Room dan Ones, seniman yang tampil sebagai key opinion leader. Webinar yang diikuti oleh ratusan peserta lintas profesi dan generasi ini dibuka dengan keynote speech Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Tegal Hj. Dra Umi Azizah.

Tidak mau ketinggalan informasi, lanjut Ibnu Hafid, membuat kalangan muda milenial kita, meski selalu di rumah dalam bekerja dan belajar, mereka juga mencipta produk bisnis dan seni kebanyakan didera penyakit FOMO, Fear Of Missing Out, merasa takut ketinggalan sesuatu. 

Dampaknya serius. Nyaris tiap 6,5 menit mereka selalu menengok smartphone-nya. Bahkan hampir 150 kali dalam sehari kaum muda dan sebagian netizen yang kini berjumlah 202 juta dari 274,6 juta populasi mengalami sindrom itu. 

”Meski benar butuh update info, tapi kita mesti bijak gunakan smartphone. Tetap jaga intensitas, yang penting bisa terus kreatif dan gunakan digital untuk meningkatkan peluang pasar bisnis, bekerja dan belajar secara efektif, agar kita terjaga dari ancaman eating the world, tak ditabrak persaingan kerasnya dunia,” pesan Ibnu, serius.

Memang, kita semua makin tak bisa lepas dari peran digital, dari bangun tidur sampai kembali tidur. Ibnu Hafid mengisahkan bagaimana semua sudah sangat tergantung pada digital secara nyata. Kalau ingin berinteraksi dengan banyak teman, kolega dan saudara, kita dibantu aplikasi WhatsApp. Bekerja dan belajar, kalau butuh rapat dan mengajar di kelas, kita manfaatkan Zoom. Bayar-bayar transaksi online dan belanja, kita butuhkan Shopee pay atau Gopay, dan saat santai di rumah pin kita klik Sportyfy, nonton film dengan Netflix. 

”Sudah begitu eratnya kita dengan fungsi teknologi digital di keseharian kita. Jadi, tinggal tingkatkan kecakapannya. Manfaatkan secara bijak, dan ambil peluang yang mesti dicapai. Jadi, tak ada alasan untuk tidak produktif dan kreatif. Berkarya dan cari rezeki dari rumah sudah bukan masalah, dunia digital membantu dengan lengkap di semua kebutuhan kita. Lebih cepat, mudah, dan kadang malah terpenuhi seketika,” cerita Ibnu lebih lengkap.

Karena perkembangan itu, tak heran, dalam catatan Bank Indonesia yang dikutip Syamsul Falah, pembicara lain yang asli Tegal, bukan hanya kenaikan omzet dunia e-commerce yang makin melejit di tahun 2020 s.d. 2021, tapi juga naiknya transaksi pembayaran digital. Bahkan, naiknya sampai 32.3 persen dari semula Rp 201 triliun menjadi Rp 266 triliun. Ini tentu mesti dtangkap untuk makin membanjiri e-commerce dengan produk dalam negeri yang unik dan menarik. 

”Dengan begitu, pasar luas e-commerce yang diproyeksi bakal mencapai omzet Rp 700-an triliun, bisa ditarik oleh pelaku bisnis UMKM dan entrepreneur pemula dan muda dalam negeri. Go digital. Tidak ada waktu berpikir, eksekusi sekarang atau ditinggal zaman,” pungkas Syamsul Falah bersemangat. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment