News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kejujuran, Modal Terpenting Bisnis di Era Digital

Kejujuran, Modal Terpenting Bisnis di Era Digital



Pekalongan: Era digital memudahkan dan mempercepat transaksi bisnis. Tapi sukses bisnis di era dijital tak dijamin hanya karena bisa melayani lebih cepat  dan mudah pemesanannya. Ada faktor lain yang mesti dijaga untuk selalu dipertahankan, karena bagi konsumen ini jadi faktor penentu untuk stop atau lanjut belanja di toko kita. Apa itu? 

Kejujuran. Karena diabaikanya kejujuran hanya sekadar memburu uang dalam bisnis banyak membuat banyak pelaku usaha digital bangkrut, karena ditinggal pelanggan. Bahkan berakhir dituntut wanprestasi oleh konsumen dan mesti ditanggung di penjara.

Dr. E. Nugrahaeny Prananingrum, aktivis Japelidi yang juga pengajar Universitas Negeri Jakarta, membagikan cerita diabaikanya kejujuran dalam bisnis digital dewasa ini saat memantik diskusi webinar literasi digital Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, 9 Juli 2021. 

Kata Nugrahaeny, seorang teman karena sedang ada rezeki dan pengin investasi tanah, tertarik pada tawaran kavling online yang murah di lokasi impian dan cara bayar online yang juga mudah. Setelah dipresentasi secara online dengan foto, maket dan fotokopi dokumen, tanpa pikir panjang teman tadi langsung transfer uang muka yang cukup lumayan. 

”Tapi, lama ditunggu, dokumen dan surat jual beli tak juga dikirim sesuai kesepakatan. Baru sadar kalau ditipu setelah penjual jadi susah dikontak. Ini satu contoh konkret kalau jualan online, nama baik dan kejujuran penjual penting dijaga. Sebab, apa yang pernah kita setor, apalagi menyangkut transaksi tanah, jejak digitalnya akan terekam lebih lama dari melupakan mantan lo,” ungkap Nugrahaeny.

Nugrahaeny tak tampil sendiri dalam webinar yang mengupas topik menarik ”Inisiasi Bisnis dan Semangat Entrepreneur di Era Digital”, yang diikuti ratusan peserta dari rumah secara daring seantero Pekalongan. Bu Haeny dipandu oleh moderator penyiar radio dan Dimas Satria dengan tiga pembahas topik lainnya, yakni: Sri Astuti, dosen Universitas Lambung Mangkurat; Indah Wanaeda, pengajar Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta; dan Gilang Ramado, direktur PT Tripsona Indonesia Jogja, serta Maria Harfanti, Miss Indonesia 2015 yang tampil sebagai key opinion leader.

Bukan hanya butuh waktu dan kesabaran. Risiko digempur pandemi Covid-19, dalam catatan Sri Astuti, pembicara lain, menjadi risiko tak terduga dalam bisnis. Sepanjang 19 bulan diserang pandemi, yang menimpa 64 jutaan pelaku UMKM, menurut catatan Kominfo serta Kemekoperasi dan UMKM, ada 82 persen UMKM mengalami kehancuran bisnis dalam beragam kondisi, dan 63 persen yang mengalami penururan omzet  dan hanya 5,9 persen yang mengaku bisa bertahan dan menunjukkan kenaikan omzet karena cepat bermigrasi ke online market. 

”Tapi kalau sampai tahun ini baru 11,7 juta populasi UMKM yang bisa segera bermigrasi, maka target pemerintah mewujudkan 30 juta UMKM yang bisa go digital masih harus kerja keras untuk mewujudkanya,” urai Astuti.

Padahal, menurut paparan Indah Wineda, menginisasi bisnis di era digital, asal mau dan segera eksekusi, tidak sesulit pada masa sebelum era digital. Kalau pun belum ada modal, banyak platform digital menawarkan aplikasi toko online yang bisa di-download gratis. Artinya, tak butuh modal buat sewa toko atau sewa lapak di mal yang menyedot modal. 

Begitu juga kalau belum siap produk yang eksklusif, karena pasar online biasanya produknya mesti unik, tak sama dengan pasar konvensional. Kita bisa mengintip produk marketplace, apa yang dibutuhkan dan banyak dicari. Kita bantu jual sebagai reseller atau belanja besar lalu kita jadi dropshiper.

”Jadi, tak perlu modal banyak buat pengadaan isi toko online kita. Kuncinya, bagus merancang display produk dan deskripsinya, agar menarik pembeli. Dengan nilai menarik yang positif, nama baik dan citra yang positif, rintisan usaha yang kita mulai mudah dipasarkan secara online,” urai Indah Waneda.

Yang juga penting dijaga dalam berbisnis digital, lanjut Indah, yakni: jangan sembrono pasang foto produk atau dagangan orang lain yang bagus tanpa izin dan mengaku dagangan dan foto produk kita. Hormati karya dan hak cipta orang lain di pasar online, itu kecerobohan yang bisa membunuh jejak digital bisnis kita. 

”Tetap ikuti etika bisnis digital, karena pelaku pasar digital realitisnya juga bagian dari pelaku pasar nyata. Perlu saling hormati. Buatlah dulu nama baikmu di dunia maya, maka rejekimu mudah dipandu masuk rekeningmu,” pesan Indah, dengan nada serius. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment