News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jenuh Diatasi, Materi Dilengkapi, Nikah Dini Dihindari

Jenuh Diatasi, Materi Dilengkapi, Nikah Dini Dihindari



Temanggung: Tak bisa dimungkiri, meski terpaksa harus dijalani. Rupanya, lamanya masa belajar daring yang dilakukan puluhan juta siswa sekolah dari TK sampai perguruan tinggi se-Indonesia memunculkan banyak masalah baru yang bermuara pada satu soal: jenuh alias rasa bosan yang dialami siswa. 

Banyak yang, masih mending, punya ide kreatif mengatasinya dengan aktivitas berkebun, memasak atau membantu ortu berjualan di pasar sambal belajar dari ponsel di pasar. Ada juga yang membantu jadi badut jalanan, dan saat lelah rehat baru akses belajar lagi. Tapi yang memprihatinkan, ada tujuh siswa SMA yang memilih menikah dini, karena bosan bersekolah online di rumah. 

”Ini jelas solusi yang mestinya dihindari, dan orangtua mestinya bisa menciptakan kondisi nyaman belajar di rumah. Jenuh bisa banyak solusinya, mulai dari break dulu, main musik atau olahraga, merawat hewan ternak, biar enggak bosan. Tapi kalau mesti nikah dini, selama belum bisa cari uang, itu hanya membuat masalah baru bagi siswa,” papar Dr. Rd. Ahmad Buchary, dosen Universitas Padjadjaran Bandung, dan penggiat IAPA saat berbicara dalam webinar literasi digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian  Kominfo untuk warga Kabupaten Temanggung, 7 Oktober 2021.

Guru dan orangtua mestinya menciptakan kreasi, baik dalam materi pelajaran dengan membuat konten yang menarik dan menyenangkan, juga suasana nyaman di rumah. Ini era Merdeka Belajar, kata Ahmad Buchary. Kalau konten bebas diambil, tak hanya dari omongan guru di kelas online, boleh juga ambil dari banyak sumber. TVRI misalnya, membikin acara khusus ’Belajar dari Rumah’ yang bisa diakses gratis pada jam-jam tertentu oleh siswa. RRI juga buat acara belajar siswa dari radio, sementara Kominfo menyiapkan itu semua agar suasana belajar tidak membosankan. 

”Diperkaya dengan banyaknya platform dan website gratis atau berbayar di dunia digital, yang bisa diakses siswa dalam bimbingan guru agar siswa tak salah pilih. Tapi tetap kemandirian dan kecakapan digital, baik guru maupun siswa, makin dituntut untuk terus ditingkatkan. Banyak aplikasi dan fitur belajar baru ditawarkan. Guru dan siswa mesti saling bersinergi menguasai dan mengembangkan dalam kinerja belajar yang saling kolaboratif,” kata Ahmad Buchary, memberikan saran.

Buchary tampil bersemangat membahas topik ”Literasi Digital: Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah”, dipandu oleh moderator Boby Aulia dan disemarakkan oleh key opinion leader Puty Nurul, seorang presenter TV. Selain itu, hadir tiga pembicara lain, yakni: Noviana Dewi, dosen Akademi Kesehatan Nasional, Surakarta; Heru Prasetya, pegiat sosial aktivis Gusdurian; dan Dr. Thobirin, dosen FISIP Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto.

Menjadikan suasana nyaman memang menjadi tantangan bagi guru di masa pandemi. Melibatkan pihak luar untuk memperkaya wawasan siswa belajar, juga mengatasi kejenuhan tak dilarang. Secara daring, petani atau peternak sukses bisa berbagi pengalaman bertani dan beternaknya, dari kebun atau kandang ternaknya, agar siswa mengenal hewan dan tumbuhan unggul yang menanamkan cinta dunia pertanian sehingga kelak bias menjadi pilihan masa depan. 

”Teknologi memungkinkan hal itu. Berbagi pengalaman bisa juga dengan mengajak pengusaha yang punya usaha sukses, baik itu skala industri kecil, kuliner atau perdagangan yang menggunakan teknologi digital. Berbagi sukses seperti itu niscaya akan membuat siswa tertarik untuk menekuninya kelak,” cerita Thobirin, berbagi saran. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment