News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Hati-Hati Unggah Informasi, 98 Persen Kejahatan Digital Terjadi Karena Jejak Di Medsos

Hati-Hati Unggah Informasi, 98 Persen Kejahatan Digital Terjadi Karena Jejak Di Medsos




Jepara – Tak sedikit kemungkinan bahaya di internet dialami oleh penggunanya. Bahaya dan kejahatan di internet itu bisa terjadi memang karena sistemnya atau karena kecerobohan manusia dalam beraktivitas saat menggunakan internet. Tema “Kenali Bahaya di Dunia Digital, Jangan Asal Klik di Internet” dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Jumat (29/10/2021). 

Tema diskusi dikupas oleh empat narasumber: Cahyono (Pendidik MA Nur Iman Sleman), Jeffry Yohanes Fransisco (CEO JF Autowear), Ahmad Khoirul Anwar (dosen Universitas Sahid Surakarta), Ismita Saputri (Co-Founder Pena Enterprise). Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital, digital ethics, digital culture, digital skills, digital safety.

Ismita Saputri mengupas tema dari sisi digital ethic mengatakan bahwa ruang digital itu pada dasarnya sama dengan di dunia nyata, termasuk dalam hal komunikasi dan interaksi. Artinya ada potensi kejahatan dan hal-hal baik yang terjadi di ruang digital. Bahaya-bahaya di internet itu bisa diantisipasi jika pengguna media digital paham dengan aturan berdigital, yaitu dengan menerapkan etika dalam setiap komunikasi dan interaksi. 

Etika digital adalah kemampuan individu dalam menggunakan media digital mestinya diarahkan pada niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama, dan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan. 

“Prinsip etika bermedia kita harus mempunyai kesadaran bahwa apapun yang akan diunggah itu ada dampaknya, sehingga harus pilah dan pilih konten. Menjunjung integritas atau kejujuran, menghargai hak karya orang lain. Bicara digital ethics, kita juga harus bertanggung jawab dengan apa yang kita unggah. Ketika sudah memahami itu maka yang kita bagikan haruslah yang mengandung kebajikan,” ujar Ismita Saputri dalam webinar yang dipandu oleh tv presenter Nabila Nadjib. 

Dalam menyebarkan atau mengunggah informasi itu harus ada filter atau penyaringan. Cek kebenaran informasi, mengandung informasi bermanfaat, dan seberapa penting info tersebut untuk diketahui orang banyak. Selain penyaringan informasi, dalam berinteraksi di ruang digital hendaknya melalui pemikiran yang matang. Tidak berkomentar negatif, mencampuri urusan orang lain, menjelekkan orang lain, berdebat tidak jelas, menyebar hoaks, dan menebar ujaran kebencian.

“Bermedia digital itu ibarat makan, kita tidak akan langsung menelan tanpa proses mengunyah dan mencerna. Ini sama dengan ketika mengonsumsi informasi harus ada verifikasi dulu, jangan asal dibagikan. Karena konten yang baik belum tentu benar, yang benar berlum tentu pantas disebarkan, dan konten yang benar belum tentu bermanfaat,” lanjutnya. 

Etika dalam komunikasi di ruang digital secara sederhana adalah berkomunikasi menggunakan kalimat yang layak, tidak menyebarkan isu-isu SARA, menghargai karya orang lain dengan mencantumkan sumber ketika menggunakan karya orang lain, serta membatasi informasi pribadi yang ingin disampaikan kepada publik. 

Jeffry Yohanes Fransisco menambahkan bahwa sejatinya kelemahan dari kemajuan teknologi dan sistemnya adalah manusia itu sendiri yang berperan sebagai subjek. Karena mempunyai perasaan yang bisa tergoyahkan, baik karena kondisi psikologisnya atau dorongan dari lingkungannya. 

Faktanya kebobolan akun, kebocoran data dan serangan siber itu 98 persen terjadi dari rekayasa sosial. Serangan-serangan keamanan digital dilakukan dengan memanfaatkan sisi emosional manusia. 

“Para peretas bekerja dengan melakukan investigasi terhadap korban, mengumpulkan informasi melalui jejak digital yang digunakan untuk menentukan metode penyerangannya. Peretas berusaha berinteraksi dengan korban dan memanfaatkan sisi keserakahan, rasa ingin tahu, urgensi, kebermanfaatan, atau rasa takut korban untuk mengendalikan interaksi. Sehingga data pribadi dapat dengan mudah didapatkan,” ujar Jeffry Yohanes Fransisco.

Oleh sebab itu jangan coba-coba membagikan informasi pribadi ke media sosial atau kepada orang tidak dikenal. Tidak mudah tergiur dengan penawaran berhadiah, tidak asal klik tautan, dan tidak asal percaya informasi di internet. 

Sering kali tautan berbentuk shortlink sehingga tidak bisa diketahui itu merupakan link dari situs yang aman atau jebakan. Untuk mengetahui tautan aslinya agar tidak terhindar dari jebakan kejahatan digital, pengguna dapat menyalin tautan ke kotak url dan ditambahkan tanda plus (+) diakhir url maka link asli akan terlihat. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment