News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Digitalisasi layanan perekonomian bakal bentuk cashless society

Digitalisasi layanan perekonomian bakal bentuk cashless society




Pekalongan: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, dengan tema “Digitalisasi Lembaga Perekonomian Syariah di Era Revolusi Industri 4.0”, Rabu (29/9/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam memaksimalkan penggunaan teknologi dan internet.
Diskusi dipandu oleh Fikri Hadil (aktor) dan menghadirkan empat narasumber: Yusuf Mars (content creator Padasuka TV), Muhammad Arwani (dosen Universitas Cokroaminoto Yogyakarta), Febri Ambar Panuntun (dosen IAIN Pekalongan), Ahmad Muhammad Khafidz Ma’shum (editor in chief journal of islamic, economic, and finance), serta Nindy Gita (professional public speaker) sebagai key opinion leader.
Pandemi menjadi trigger untuk segera melakukan transformasi digital. Masyarakat dipacu untuk beradaptasi dan meningkatkan kecakapan digital dalam menggunakan perangkat digital, memanfaatkan mesin pencarian, mengetahui penggunaan aplikasi komunikasi dan media sosial, serta memahami tentang transaksi daring, penggunaan dompet digital, dan loka pasar.
Terkait dengan tema diskusi, pengetahuan tentang transaksi daring menjadi salah satu area yang mesti didukung dengan kecakapan penggunaannya. Saat ini masyarakat diperkenalkan lagi dengan keuangan syariah sebagai salah satu lembaga perekonomian baik dalam bentuk perbankan dan non perbankan. Namun perekonomian syariah masih kalah pamor jika dibandingkan dengan lembaga perekonomian secara umum. 
“Dalam mengenalkan layanan perekonomian syariah perlu kolaborasi antara bank dengan financial technology. Bank syariah bisa mengadopsi model challenger bank atau fintech yang fokus pada segmen tertentu yang belum terlayani oleh bank pada umumnya. Misalnya segmen jasa pembayaran, lalu berkolaborasi dengan pelaku yang sudah terbiasa dengan pembayaran digital,” jelas Yusuf Mars kepada 200-an peserta diskusi.
Pengenalan perekonomian syariah juga dapat dikuatkan dengan mengoptimalkan ekosistem ekonomi syariah.  Misalnya pendekatan dengan ekosistem pesantren sebagai basis konsumen potensial, baik dari sisi sumber dana, transaksi, data pembayaran, dan penyaluran pembiayaan.
Ahmad Muhammad Khafidz Ma’shum menambahkan di era saat ini lembaga perekonomian syariah telah terdigitalisasi termasuk pada lembaga non profit. Artinya budaya digitalisasi dalam layanan perekonomian sudah beradaptasi untuk memberikan pelayanan yang lebih memudahkan.
Salah satunya adalah layanan perbankan digital dan shodaqoh digital. Layanan-layanan digital ini perlu dibiasakan penggunaannya karena dapat dilakukan secara efisien dalam hal biaya, waktu, serta one stop service. Fleksibel karena layanan digital dapat digunakan kapan dan dimana saja, menggunakan paperless-based dengan data transaksi digantikan secara digital.
“Layanan menjadi lebih aman karena dilengkapi dengan fitur keamanan ganda, ada bukti transaksi secara elektronik maupun tercetak, serta disaster recovery plan untuk mengatasi kendala-kendala teknis,” jelas Ma’shum.
Digitalisasi nantinya meniadakan budaya transaksi cash dan digantikan dengan budaya cashless. Ini ditunjukkan oleh kehadiran berbagai produk dompet digital, e-money, dan jenis transaksi elektronik lainnya.
“Transformasi khususnya dalam hal transaksi akan mewujudkan cashless society. Secara umum manfaat budaya nontunai ini memberikan efisiensi dalam pengelolaan uang tunai, sebab pencetakan uang tunai memiliki masa penggunaan yang terbatas. Akses transaksi keuangan dapat dilakukan semua lapisan masyarakat, transaksi keuangan lebih transparan, serta meminimalisasi penggunaan uang palsu,” terangnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment