Adaptasi dunia nyata ke dunia digital dengan literasi etika dan budaya
Cilacap - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, kali ini dengan tema diskusi ”Adaptasi Empat Literasi Digital untuk Siswa”, Selasa (21/9/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Dipandu oleh kreator konten Niken Pertiwi, diskusi vitual ini diisi oleh empat narasumber: Yonathan Dri Handarkho (Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Muntohar (Kepala MAN 2 Cilacap), Muhammad Siswanto (Kepala MAN 4 Kebumen), dan Imam Tobroni (kakanwil kemenag Cilacap). Juga hadir dalam diskusi, tv news presenter Shafinaz Nachiar selalu key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety.
Muhammad Siswanto mengawali paparan dengan menjelaskan, transformasi digital telah membawa perubahan perkembangan sistem informasi dan komunikasi yang lebih cepat. Sehingga, mau tidak mau, masyarakat harus mau menghadapi perubahan-perubahan itu.
Kondisi tersebut menjadi tantangan yang mengubah perilaku masyarakat dari cara-cara konvensional ke media digital. Ditambah kondisi pandemi Covid-19 intensitas masyarakat dalam menggunakan perangkat digital menjadi semakin tinggi hingga rawan terjadi perselisihan. Khususnya dalam memilih sumber informasi.
”Oleh karena itu, ketika berselancar, kita perlu kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional dalam memilih informasi. Jangan sampai terpengaruh dengan berita yang belum tentu kebenaranya,” jelas Siswanto kepada 200-an peserta diskusi.
Siswanto menambahkan, ada prinsip etika yang harus diterapkan ketika berselancar di dunia digital. Ketika berselancar harus memiliki kesadaran dalam memahami perbuatan yang akan dilakukan, tidak boleh asal berucap maupun berkomentar. Berinternet juga harus memiliki integritas, dalam hal ini prinsip kejujuran harus dijunjung untuk tidak melakukan plagiasi atau hal yang melanggar hukum.
”Semua yang kita lakukan di internet ada konsekuensinya, dan pengguna harus bertanggung jawab. Karena itu, ketika berselancar harus punya keinginan untuk meningkatkan derajat dan kualitas kemanusiaan dengan prinsip kebajikan,” imbuhnya.
Terkait itu, Siswanto menekankan kepada para siswa agar taat pada etika dalam bermedia digital. Yakni, menyadari kemajemukan di dunia digital dengan menjunjung tinggi Pancasila, tetap dalam bingkai akhlakul karimah. Menciptakan interaksi yang bermakna dan menghindari menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.
Menyambung diskusi, Kepala Kanwil Kemenag Kabupaten Cilacap Imam Tobroni menjelaskan, budaya digital memiliki urgensi dalam membangun relasi sosial yang efektif, membangun jejaring, dan saling berkolaborasi menciptakan tatanan kehidupan yang nyaman dan aman.
Digitalisasi telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat dan menjadi tergantung dengan kehadiran teknologi untuk berbagai kepentingan. Namun, lanjut Imam Tobroni, perlu dipahami bahwa di tengah perkembangan yang pesat ini mencari kebenaran sejati menjadi semakin susah, karena melalui media digital semua orang dapat memproduksi informasi.
”Teknologi telah merebut posisi manusia sebagai produsen budaya, namun tidak semua orang mampu menyelami hidup yang begitu cepat berubah,” ucap Imam Tobroni. Terkait itu, lanjutnya, perlu kolaborasi budaya untuk menyambut transformasi. Yakni dengan konsep melestarikan sesuatu yang baik dan mengambil sesuatu yang lebih baik dari perkembangan saat ini.
”Hal tersebut dapat dilakukan dengan membangun budaya profesional dan kompetitif yang tidak lagi mengandalkan konteks primordialisme. Menumbuhkan growth mindset untuk selalu berpikir ke depan. Menjalin jejaring dan berkolaborasi untuk saling membantu, membangun karakter demokratis dan partisipatif,” jelasnya. (*)
Post a Comment