News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tantangan Guru, Mengubah ”Bahasa Kelas” Menjadi ”Bahasa Video”

Tantangan Guru, Mengubah ”Bahasa Kelas” Menjadi ”Bahasa Video”





MAGELANG : Salah satu tantangan terbesar pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 ini terjadi ketika ada kebutuhan mengubah ”bahasa kelas” menjadi ”bahasa video”, sehingga materi yang disampaikan antara guru kepada peserta didik tercapai.

"Bagaimana lantas menjaga kualitas pendidikan online ketika situasi kita sebelummya pendidikan yang lebih berorientasi nilai dan angka itu, tiba-tiba berubah dengan model online?" tanya konsultan marketing Daru Wibowo, saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Tantangan Pembelajaran Online di Era Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang Jawa Tengah, Kamis (9/9/2021).
 
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Daru mengungkapkan, yang pertama dibutuhkan untuk menjaga kualitas pendidikan ”berbeda bahasa” dari kelas (offline) ke video (online) itu tak lain perubahan budaya. Baik di lingkungan peserta didik, siswa, dan orangtua.

”Perubahan budaya ini khususnya dalam hal kedisiplinan dalam berbagai aspek pembelajaran,” kata Daru. Kedisiplinan yang dimaksud dalam soal manajemen waktu, manajemen materi, dan manajemen metode pembelajaran yang harus sinkron. Sehingga, materi yang disampaikan utuh, kontinyu, dan lebih bisa dipahami. 

”Dalam pembelajaran online itu juga perlu penyesuaian, khususnya metode pengajaran yang memanfaatkan optimal teknologi agar benar- benar bisa membantu, mempermudah," ujarnya.

Menurut Daru, dalam pembelajaran online ini pendidik perlu berfokus pada kontrol perilaku peserta didik dan target pembelajaran. Daru merinci, perilaku belajar online yang aman bisa dilakukan sebagai fondasi. Misalnya dimulai dari password dan anti-virus harus selalu ada, untuk menjaga perangkat digital tetap aman dan akses pembelajaran tetap nyaman.

”Pada peserta didik atau anak, batasi pembagian data secara personal. Hal ini untuk menghemat kuota dan mengefisienkan pembelajaran, juga mencegah anak didik tidak sembarangan membuka tautan yang sumber-sumber alamatnya tidak jelas dan berbahaya atau tak bermanfaat,” kata Daru.

Menurut Daru, narasumber atau pendidik harus bisa menggunakan tautan yang baik dalam pemberian materi kepada siswa. "Untuk mengukur penerimaan siswa atas materi itu bisa dengan mengelola feedback dan selalu evaluasi proses pembelajaran secara berkala," tuturnya.

Daru pun menyarankan, pendidik dan peserta didik senantiasa meng-upgrade penggunaan media, juga memilih konten sesuai kondisi siswa. Misal, sesuaikan usia dengan jenjang SD, SMP, dan SMA. "Perlunya mendesain belajar di rumah yang berkualitas dari sisi keamanan, kuasai proses dan media belajar, sehingga tidak ada lagi siswa atau guru yang gagap,” tegas Daru.

Pengelolaan feedback atau timbal balik berarti bagaimana siswa itu kemudian terukur dari materi-materi yang sudah diberikan dipahami dengan seksama.

Namun, Daru mengingatkan pula berbagai risiko belajar di rumah secara online. Khususnya terkait suara-suara bising, orang yang lalu-lalang, dan juga sinyal yang jelek bisa menjadi penghambat sehingga membikin anak kehilangan konsentrasi.

Narasumber lain, entrepreneur dan graphologist Diana Balienda mengungkapkan, learning management system atau LMS dapat menjadi satu cara untuk menjaga kualitas pembelajaran online. ”Harus aware dengan metode pembelajaran atau penuh kesadaran, juga adaptif, artinya bisa diserap dan diadaptasi serta inovatif dalam arti dikembangkan dengan inovasi-inovasi," jelas Diana.

Diana menyarankan, agar pembelajaran daring tidak membosankan, pendidik harus kreatif menciptakan metode dan proses pembelajaran terobosan. ”Misalnya, pemberian tugas yang membuat siswa berkolaborasi,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan Dinas Pendidikan Jateng Etty Syarifah mengungkapkan ihwal perlunya mengembangkan etika digital pada siswa agar optimal dalam belajar online. "Kita harus beretika, karena segala aktivitas di ruang digital, setiap orang atau warganet berpartisipasi dalam berbagi hubungan dengan banyak orang, yang melintasi geografis dan budaya," kata Etty.

Menurut Etty, dunia digital sama dengan dunia nyata. Yakni, sama-sama perlu tata krama, perlu etika pendidikan bagi generasi digital. 

Dimoderatori Nadia Intan, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Kepala SMKN 1 Magelang Uus Sanusi, dan Brian Khrisna selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment