News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tantangan Beretika dan Berbudaya Di dalam Ruang Digital

Tantangan Beretika dan Berbudaya Di dalam Ruang Digital




Sragen – Semaraknya interaksi dalam media sosial menyebabkan munculnya beragam tantangan. Tantangan itu muncul dalam beretika dan berbudaya di ruang digital, khususnya media sosial.

Kepala MTsN 2 Kabupaten Pekalongan, Imam Sayekti menjelaskan tantangan ini pada sesi webinar literasi digital yang bertajuk 'Dampak Positif Bermedia Sosial' pada Senin (09/08) yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Imam Sayekti memulainya dengan menjelaskan tentang apa itu society 5.0. "Society 5.0 adalah lanjutan dari society 4.0, merupakan jenis yang memberikan peran manusia sebagai kontrol utama di dalam teknologi," jelasnya.

Saat ini, kata Imam Sayekti, kita berada pada masa di mana penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia muda. "Penduduk usia muda itu adalah milenial, gen-z, gen-x, dan post-gen z," ungkapnya.

Kemudian, Imam Sayekti menyebut contoh para penduduk yang berhasil di usia muda, seperti Nadiem Makarim, Ahmad Zaky, dan William Tanuwijaya, seraya memaparkan ruang lingkup digital ethics atau etika digital. "Keempat etika itu adalah kesadaran, kebajikan, integritas, dan tanggung jawab," jelasnya.

Tantangan etika bermedia sosial, menurut Imam Sayekti, di antaranya adalah pesatnya perkembangan internet yang tidak diikuti filsafat dasarnya, internet yang belum berjalan dengan utuh, literasi digital yang minim, dan belum optimalnya nilai etika yang diterapkan di media sosial. 

Meski begitu, media sosial memiliki dampak positifnya tersendiri. "Kita dapat mencari informasi dengan cepat dan mudah, efisien, juga membuat kegiatan belajar tidak terlalu jenuh bagi peserta didik," ungkapnya.

"Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pula, yaitu jangan asal posting konten, waspada, dan menjaga etika," jelasnya lebih lanjut.

Narasumber lain, Hanif Hanani, yang merupakan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sragen, menjelaskan budaya dalam komunikasi digital. Hanif Hanani memulainya dengan revolusi industri 4.0. "Ada dampak positif dan negatif di dalamnya, sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi," ungkapnya. 

Hanif Hanani menjelaskan pengertian budaya dan kebudayaan. Menurutnya, istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang memiliki arti 'budi' atau 'akal'. "Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal dan cara hidup manusia," ungkapnya.

Terkait budaya komunikasi digital dalam masyarakat Indonesia,  menurut Hanif Hanani masyarakat Indonesia harus memiliki sikap cakap dalam bersosialisasi di dunia digital dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai cara komunikasi yang efektif. Selain itu, juga menekankan pentingnya memiliki sikap untuk dapat menanfaatkan budaya digital dalam upaya pemanfaatan teknologi informasi.

"Yang harus diperhatikan adalah pendidikan untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi untuk peningkatan mutu pendidikan," jelasnya.

Di dalam komunikasi digital, Hanif Hanani menjelaskan lebih lanjut, bahwa komunikasi yang etis mencakup kejujuran dalam komunikasi dan menghargai hal-hal yang bersifat pribadi. Isu-isu era digital seperti identitas palsu dan pelanggaran hak cipta juga menjadi aspek negatif yang muncul.

"Ada beberapa contoh budaya komunikasi yang baik, seperti jujur, lapang dada, bersikap dewasa, dan berbahasa yang baik," paparnya.

Lebih lanjut, Hanif Hanani memberikan aspek-aspek yang diperlukan untuk menjadi warga digital yang pancasilais. Seperti, berpikir kritis, gotong royong dalam kolaborasi kampanye digital, dan minimalisasi unfollow dan unfriend.

Dihadiri oleh moderator Fikri Hadil (Presenter & Aktor), webinar ini juga menghadirkan Masayu Dewi (Content Creator dan Entrepreneur) sebagai key opinion leader, narasumber Septa Dinata (Researcher Paramadina Public Policy), dan Imam Wahyudi (Direktur Content Creative Indonesia). (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment