News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sukses Belajar Daring Anak, Bergantung Penerimaan Panca Indra

Sukses Belajar Daring Anak, Bergantung Penerimaan Panca Indra




Purbalingga – Belajar bagi seorang anak bisa berarti mengingat sesuatu, mengenal maupun memahami hal baru. Dalam mengingat sesuatu, proses pengulangan bermanfaat untuk memperkuat memori belajar. Belajar tidak hanya terbatas pada membaca buku pelajaran, akan tetapi belajar bisa dari apa pun dan di mana pun.

Sekretaris Jenderal Indonesia Association for Public Administration Bevaola Kusumasari mengemukakan pendapatnya ihwal pendidikan anak pada webinar literasi digital bertema ”Sarasehan Literasi: Cara Mendidik Anak yang Sehat dan Cerdas di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (17/9/2021).

”Proses belajar anak bergantung pada panca indra yang menerima sesuatu yang ada di sekitarnya. Namun penerimaan panca indra juga sangat bergantung pada perhatian dan konsentrasi anak. Karena perasaan anak juga ikut mempengaruhi dalam proses belajar,” ujar perempuan yang akrab disapa Ola itu.

Sebaliknya, lanjut Ola, jika anak dalam kondisi lelah, mengantuk, saat lapar, panca indranya tidak akan mampu bekerja dengan baik, sehingga konsentrasinya terganggu yang berakibat anak tidak mampu mengingat apa yang dipelajari. Jika suasana belajar menyenangkan, anak akan belajar lebih baik dan mudah diarahkan.

Menurut Ola, dalam mendampingi anak belajar sebaiknya orangtua mesti tahu tipe gaya belajar anak karena setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing, yakni: visual, auditori, dan kinestetik. Untuk itu, orangtua diharapkan mengenal dan memahami gaya belajar anak, sehingga memudahkan dalam mendampinginya belajar. 

Anak dengan gaya belajar visual lebih suka dan mudah menerima informasi dengan cara melihat. Segala hal yang menarik secara visual akan menjadi fokus dan mudah dipahami. Maka kiat orangtua untuk anak tipe visual ialah lebih banyak menggunakan gambar daripada kata, gunakan penulisan kata dengan huruf yang unik dan tulisan yang beragam dan berwarna-warni. 

”Gunakan peta pikiran (mind mapping), materi belajar disajikan dalam bentuk komik cerita, penataan ruang belajar yang nyaman dan menggunakan dekorasi karya anak, belajar melalui film yang berhubungan dengan informasi yang harus anak pelajari,” papar dosen manajemen dan kebijakan publik Fisipol UGM itu kepada 530-an partisipan webinar.

Selanjutnya, anak dengan gaya belajar auditori biasanya lebih sensitif terhadap musik dan memiliki minat yang tinggi terhadap musik. Kiat orang tua dalam mendampingi anak model auditori, gunakan intonasi yang dinamis ketika memberikan informasi kepada anak, belajar dengan teknik bercerita, gunakan alat perekam untuk membantu anak mempelajari suatu informasi.

”Terakhir, model belajar kinestetik. Anak dengan gaya belajar kinestetik akan lebih peka menerima informasi baru melalui aktivitas. Untuk itu, kiat bagi orangtua ialah harus menggunakan alat peraga maupun aplikasi pengetahuan dengan cara praktik langsung, sehingga anak akan berminat dalam belajar dan informasi baru lebih mudah untuk diingat,” jelas Ola.

Anak-anak belajar dari lingkungan mulai dari keluarga sekolah dan masyarakat. Hal yang perlu dilakukan ketika belajar di rumah ialah mengajarkan anak kemandirian, tata krama, dan mendampinginya belajar.

Berikutnya, Guru SMAN 1 Bobotsari Triawati Agusnila menyatakan, pribadi anak itu unik dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lain. Orangtua harus bisa mengenal karakter masing-masing anak untuk memberi treatment yang tepat pada mereka. 

Triawati Agusnila menyebutkan, ada beberapa tahap pendidikan anak berdasarkan usia. Untuk usia 0-6 tahun, maka pendidikan lebih bercorak memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang tanpa batas namun tetap bersikap adil terhadap setiap anak. Usia 7-14 tahun berciri menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab.

”Usia 15-21 tahun, memberi kepercayaan penuh pada anak dengan memberi kebebasan dalam membuat keputusannya sendiri. Usia 21 tahun ke atas, lebih bercorak berteman, sering berkomunikasi, dan menjadi pendengar setia,” ujar Triawati.

Adapun mendidik anak era digital haruslah mengajari mereka tanggung jawab, memiliki kedekatan emosional, selalu berkomunikasi efektif, memberikan pendidikan agama, dan pemahaman pentingnya pendidikan.

Dipandu moderator Nindy Gita, webinar kali ini juga menghadirkan Ari Ujianto (Pegiat Advokasi Sosial), Tohar (Ketua HIMPAUDI), dan musisi Sherrin Thania selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment