News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pendidikan Berkebudayaan, Benteng Digital Wawasan Kebangsaan

Pendidikan Berkebudayaan, Benteng Digital Wawasan Kebangsaan





Cilacap: Kini, dunia kita sudah serba digital. Semua tatanan kehidupan kita pun  sudah berubah. Karena itu, mesti kita sepakati kenyataan bahwa sekarang cara kita menyerap informasi, ilmu pengetahuan, dan keahlian sudah berganti pola. Dulu kalangan universitas menggelar kuliah di kampus menjadi satu cara utama untuk mempunyai privilege mengakses informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Di masa kini , tanpa kuliah di universitas, di mana pun orang bisa mengakses ilmu pengetahuan yang tersebar luas dari mana pun di dunia maya tanpa batas dengan tak harus kuliah dengan kelas yang terjadual. Orang bisa belajar ilmu di mana pun, kapan pun dalam keahlian ilmu apa pun. Jadi, orang bisa otodidak asal serius dan konsisten belajar, bisa menguasai dan jadi ahli apa pun, meski tanpa gelar akademik. 

”Karena cara dan sumber mendapatkan ilmu dan wawasan kita berubah dan makin luas, mau tak mau, hal itu bakal mempengaruhi wawasan kebangsaan kita, keindonesiaan kita, di masa datang,” ungkap Irfan Afifi, budayawan dan founder Langgar.co, saat memantuk diskusi dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, 29 Juni lalu.

Irfan menambahkan, saat ini anak-anaknya yang masih belasan tahun sudah mengakses beragam game mainan dan beragam kartun serta segala informasi. Bukan hanya dari konten-konten Youtube atau game animasi dari dalam negeri, tetapi jauh lebih banyak dari luar negeri: Jepang, Amerika, sedekatnya dari Malaysia. 

”Maka, ia dan kawan-kawan seusia kelak akan menjadi manusia Indonesia yang berbeda dalam memaknai keindonesiaan. Mudah menerima informasi, mau beridentitas Indonesia yang lebih cair, karena akan lebih reseptif, mudah menerima budaya global, dan lebih mudah diajak kolaboratif dengan budaya luar,” kata Irfan. 

”Kini tinggal bagaimana pendidikan di sini memperkuat basis budaya yang kokoh sebagai benteng jatidiri, sebagai warga Indonesia yang bermoral, berbudi pekerti luhur sesuai tuntutan Pancasila, tapi juga siap berkembang sesuai tuntutan zamannya,” sambungnya.

Jatidiri dan kokoh menjaga marwah kebudayaan Indonesia tetap dijaga dengan konten-konten pendidikan yang berbasis kebudayaan Indonesia. Ini yang masih harus dibanjiri ke dunia digital kita, agar dipilih dan direspons positif oleh anak-anak kita, pesan Irfan serius. 

Irfan Afifi memaparkan topik diskusi bertajuk ”Literasi Digital untuk Meningkatkan Wawasan Kebangsaan” dipandu oleh moderator Mafin Risqi, dan didampingi pembicara lain: Zahid Asmara (pembuat film), Ahmad Syaifulloh (Wakil Ketua STAI Khozinul Ullum Blora), Dr. Murdianto (dosen Insuri dan founder Nurul Afkar Foundation), serta Miss Halal Tourisme 2018 Riska Yuwista yang bertindak selaku key opinion leader.

Apa yang mesti dilakukan orangtua agar masa depan dan wawasan kebangsaan anak kita dan warga bangsa lain tetap terbentengi kokoh oleh gempuran budaya digital yang membanjir tak terbatas? 

”Dampingi. Biar saja dia memilih game dan animasi sebagai masa depan. Damping, ajak diskusi. Kalau dia kelak akan menjadi game developer atau animator, perkaya wawasan budaya dengan sering diskusi dengan tema budaya yang baik. Atau, banjiri dengan tontonan budaya yang seimbang, agar kelak menjadi animator yang berbudaya tapi tetap disukai selera zamannya. Dia akan berperan menjadi penjaga benteng budaya dan penjaga wawasan kebangsaan bangsanya dengan caranya sendiri,” urai Irfan.

Do It Yourself, biarkan para generasi penerus mengerjakan sendiri dan  merancang sendiri masa depannya dengan wawasan kebangsaan yang ia serap dengan pola pikirnya, berdasarkan pencarian ilmunya, sesuai zamannya, papar Zahid Asmara, pembicara lain di webinar.

”Karena dengan contour ragam budaya Indonesia yang dikuasai, resapi dan kembangkan, juga content tantangan dan peluang yang ingin dia kembangkan dengan ilmunya, maka conduct tatanan dan media internet yang ingin dia penuhi banjiri akan jadi benteng budaya melebihi yang kita harapkan. Percayalah, mereka bisa,” ujar Zahid optimistis. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment