News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menghadapi Informasi yang Terus Berkembang di Internet

Menghadapi Informasi yang Terus Berkembang di Internet




Karanganyar - Guru berperan sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar anak atau siswa tidak kehilangan arah dan tidak membahayakan dirinya. Sehingga anak mendapatkan kemerdekaan dalam belajar, terutama di era pesatnya perkembangan teknologi digital saat ini.

Hal tersebut dikatakan oleh Praktisi Pendidikan, Adhi Wibowo dalam webinar literasi digital dengan tema “Membangun Budaya Literasi Positif dalam Dunia Pendidikan” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada Selasa (28/9/2021).

Adhi mengatakan tidak bisa dimungkiri bahwa media sosial membuat informasi jadi jauh lebih riuh dan bising. Setiap menit ada info atau status baru yang diupdate dan membuat pengguna jadi ketagihan smartphone. “Ada berita yang beranak pinak kalau kita tinggal handphone kita tiga jam saja, sudah ada video viral baru,” kata dia. 

Saat ini, lanjut Adhi, putaran informasi bergerak cepat, berubah, bergerak, bertambah dan berkembang biak. “Kondisi ini yang kemudian dimanfaatkan oleh kebohongan-kebohongan buatan yang akhirnya membuat kita merasa kalau kebohongan tadi adalah kebenaran,” ujarnya, 

Adhi menyebut salah satu bentuk kebohongan itu yakni post truth. Dalam kamus Oxford mendefinisikan post truth sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat dibandingkan dengan emosi dan keyakinan personal. 

“Simpelnya, post truth adalah era di mana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran. Caranya dengan memainkan emosi dan perasaan kita,” tuturnya. 

Menurut Adhi, kebohongan jika diceritakan satu kali akan tetap menjadi kebohongan, sedangkan kebohongan yang diceritakan ribuan kali akan menjadi kebenaran. “Di situlah bahayanya post truth, kita jadi susah membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak benar,” katanya. 

Adhi menegaskan, karakter utama dari post truth ini yakni mengaduk emosi masyarakat, mengabaikan fakta dan data, memviralkan berita yang tidak jelas kebenarannya, menyebarkan narasi buatan atas peristiwa tertentu, dan membangun opini yang hanya menguntungkan pihak tertentu. ”Biasanya digabungkan dengan teori konspirasi,” ujarnya. 

Dampak dari post truth yaitu mudah emosi dan stress, sulit membedakan mana yang fakta dan mana yang bukan. Kemudian juga memiliki masalah kepercayaan dan takut akan adanya perbedaan. 

Adapun cara untuk melawan post truth, pengguna digital harus bisa berpikir kritis atau mencari tahu suatu kejadian dari berbagai sisi. Kemudian tidak merasa terlambat atau menjadi terburu-buru saat di era digital yang ditandai kecepatan datangnya informasi. 

“Simak dengan baik informasi yang diperoleh. Coba jadi pendengar untuk mencerna informasi. Kemudian saring sebelum sharing, berpikir dulu sebelum mengambil keputusan untuk menyebarkan informasi,” ucapnya. 

Narasumber lainnya, Staf Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan SMA N 1 Colomadu Karanganyar, Danang Budi Prataman mengatakan internet seperti pisau bermata dua. Di luar kebermanfaatan internet yang tidak terbatas, juga memunculkan fenomena orang bisa bicara semuanya dan bertindak semuanya di dunia maya dengan komentar kasar, caci maki, menyudutkan, bahkan menyinggung SARA yang tidak mudah dibendung. 

“Dunia virtual memang telah menjelma menjadi sebuah dunia baru berupa realitas virtual bentukan media baru yang sangat bebas, tanpa sekat, nyaris tanpa kontrol, dam serba permisif,” katanya. 

Menurut Danang, salah satu kemampuan yang perlu dimiliki pengguna digital yakni etika berinternet. Beberapa tindakan yang masuk dalam etika ini seperti tidak menggunakan huruf besar atau kapital saat menuliskan suatu postingan. Kemudian ketika akan membuat postingan dengan mengutip dari internet, kutiplah seperlunya. 

“Perlakukan email sebagai pesan pribadi, berhati hati dalam melanjutkan ke email orang lain. Kamudian tidak mengirim file berukuran besar melalui attachment tanpa izin terlebih dahulu dari penerima pesan,” ucapnya. 

Dipandu moderator Bobby Aulia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Maulana Kafa Intifada (Kepala Sekolah SMK Bina Dhirgantara), Erfan Ariyaputra (Training dan Development Expert), dan Presenter Audrey Chandra selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment