News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jurus Cerdas Memfilter Informasi di Ruang Digital

Jurus Cerdas Memfilter Informasi di Ruang Digital





Temanggung – Sudah jamak diketahui, ruang digital mengalami banjir informasi yang di dalamnya bercampur antara informasi positif informasi negatif. Oleh sebab itu, sebagai bagian dari warga digital harus mampu memilah dan memilih konten. Itulah antara lain tema yang dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk masyarakat Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (7/9/2021). 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang dilaksanakan untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 

Kegiatan diskusi yang dipandu oleh Oony Wahyudi (penyanyi) menghadirkan sejumlah narasumber yaitu: Ahmad Luthfi (direktur Afada Temanggung), I Nyoman Yoga Segara (dosen UHN IGB Sugriwa Denpasar), Cokorde Istri Dian Laksmi Dewi (dosen Universitas Ngurah Rai), I Wayan Weryawan (dosen Universitas Ngurah Rai). Selain itu Gina Sinaga (public speaker) juga dihadirkan sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. 

I Wayan Meryawan dari perspektif etika digital menjelaskan, banjir informasi di ruang digital membuat warga digital mudah terpapar oleh hoaks dan gangguan informasi lainnya, jika tak cerdas dalam memilah dan memilih informasi. Ciri hoaks dapat diketahui dengan banyaknya penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai penggunaannya, di samping isi konten yang provokatif. 

Informasi hoaks biasanya merupakan pemberitaan media tidak terverifikasi. Isi konten tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu. Informasi yang mengandung hoaks dapat memberikan kecemasan, kebencian, dan permusuhan. 

“Hoaks merupakan konten negatif yang pembuatannya dilakukan atas motivasi ekonomi atau mencari uang, mengkambinghitamkan individu atau kelompok tertentu. Dalam ranah politik, hoaks ditujukan untuk menjatuhkan kelompok politik tertentu, dan dibuat untuk memecah belah persatuan,” jelas I Wayan Meryawan. 

Selain hoaks juga ada gangguan informasi lainnya yang kerap ditemui di ruang digital. Misinformasi, yakni informasi salah yang tidak sengaja dibuat untuk menyebabkan kekacauan; disinformasi adalah informasi salah dan sengaja dibuat untuk menyebabkan kekacauan; serta mal-informasi yakni informasi yang menyampaikan peristiwa yang benar terjadi namun digunakan untuk menimbulkan kekacauan. 

”Tindakan etis ketika menemukan informasi adalah dengan menganalisis konten, mencari tahu siapa yang membuat informasi tersebut dan mengetahui tujuan informasi yang disampaikan. Jika sumber tidak jelas dan mengandung provokasi, bisa dikatakan informasi tersebut adalah hoaks,” imbuhnya. 

Melawan banjirnya informasi negatif dapat diantisipasi, yakni dengan mengendalikan keinginan dalam mengakses informasi, menjala informasi yang bermanfaat, tidak mengakses informasi yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

Melanjutkan diskusi, Ahmad Lutfi mengajak peserta diskusi untuk tidak lupa memperhatikan keamanan digital ketika mengakses internet. Alasannya, dunia digital sama seperti dunia nyata. Di dalamnya banyak orang yang baik, namun tak sedikit pula orang jahat yang selalu mengintai, mencari celah, dan memanfaatkan kelalaian warganet dalam mencari keuntungan dengan cara illegal. 

”Keamanan digital tidak hanya mencakup cara kita untuk mengamankan data yang kita miliki, melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia. Agar aman dan mendapatkan manfaat lebih saat berselancar, maka proteksi perangkat digital dan identitas digital perlu dilakukan. Perlu menjaga rekam jejak digital yang baik dan bersikap bijak serta kritis saat berselancar di ruang digital,” jelas Ahmad Lutfi. 

Proteksi perangkat digital adalah perlindungan perangkat dari ancaman malware yang digunakan untuk mencuri data pribadi pada akun digital. Proteksi perangkat yang digunakan dengan kata sandi, fingerprint authentication, find my device, back up data, memasang antivirus, dan pastikan menggunakan enkripsi full disk.

”Lindungi data pribadi dengan menggunakan kata sandi yang kuat dan berbeda di setiap akun serta memperbaruinya secara berkala. Aktifkan pengaturan privasi dan selalu lakukan pembaruan perangkat lunak pada gawai. Hindari membagikan data pribadi dan mengunggah data pribadi di platform media digital. Tidak melakukan transaksi digital atau memasukkan data pribadi yang penting ketika menggunakan jaringan internet publik,” urai Lutfi, menutup diskusi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment