News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Hindari Perundungan Siber, Pendidikan Inklusif Diawali Sejak di Keluarga

Hindari Perundungan Siber, Pendidikan Inklusif Diawali Sejak di Keluarga





Bantul – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (30/9/2021). Tema kali ini membahas “Masyarakat Inklusi dan Perundungan Anak” yang dikupas oleh empat narasumber menggunakan perspektif empat pilar literasi digital yang meliputi digital ethics, digital skills, digital safety, digital culture. 

Penggiat literasi digital Riant Nugroho mengatakan bahwa masyarakat inklusi adalah masyarakat yang merangkul dan menerima siapa saja sebagai sesama terlepas dari segala perbedaan dan keberagaman latar belakang setiap individu. Ada tiga dimensi dalam masyarakat inklusi yaitu inklusi sosial, inklusi politik, dan inklusi ekonomi. 
Kaitannya dengan inklusi digital berarti masyarakat yang punya akses ke ranah digital, mempunyai kapasitas melek digital, mempunyai kemampuan mendayagunakan kemampuan dan keterampilan digitalnya, dan kemampuan merangkul ketiga unsur tersebut di ranah digital. 
“Masyarakat digital yang merangkul atau inklusif adalah mereka yang saling peduli dan saling melindungi satu sama lain. Warga digital yang mampu mengembangkan keterampilannya, mengobati, dan menguatkan kepada sesama pengguna,” jelas Rianat Nugroho kepada 200-an peserta webinar.  
Di sisi lain, ketiadaan inklusifitas dapat menimbulkan perundungan yang merupakan kejahatan manusia dan dapat terakselerasi pada bentuk eksploitasi, kejahatan, hingga pemusnahan sehingga rantai tindakan perundungan harus dihentikan. Literasi digital menjadi kunci untuk mengantisipasi perilaku tersebut. 
“Perundungan adalah masalah nyata yang terjadi pada masyarakat saat ini, dan media sosial menjadi tempat banyak ditemukannya perundungan. Persentase perundungan paling banyak dilakukan karena alasan penampilan, prestasi akademik, dan masalah ras serta kesukuan,” jelas Riant. 
Mencegah anak agar tidak melakukan perundungan dapat dibangun sejak dini oleh orang dengan memberikan edukasi tentang perundungan dan dampak yang bisa ditimbulkan, mengajak anak untuk lebih terbuka dan membuka komunikasi. Menjadi teladan bagi anak dan menjadi bagian dari pengalaman online mereka untuk membangun kepercayaan diri anak. 
“Perundungan dapat diatasi atau dihadapi secara mandiri. Jika menjadi target perundungan, jangan mudah terpancing untuk bereaksi membalasnya. Kontrol diri agar emosi yang timbul tidak menguasai diri, hadapi dengan tiga opsi antara melawan dengan cerdas, melunakkan pelaku, atau membiarkannya,” terangnya. 
Jika perundungan dilakukan dalam bentuk tulisan atau gambar, simpan bukti jika suatu saat perlu dibawa ke ranah hukum. Menyugesti diri bahwa yang dilakukan pelaku tidak ada urusan dengan diri kita, dan jadilah orang yang mudah menyahabati dan mudah disahabati. Caranya dengan membagi kebaikan di ranah digital dan selalu bersilaturahim dengan baik. 
Pengamat sejarah dan budaya Yunadi Ramlan menambahkan masalah inklusivitas masih berkutat pada perilaku mayoritas yang memiliki kecenderungan tidak menerima perilaku minoritas. Pada usia anak-anak tentu menjadi tantangan tersendiri ketika memasuki ruang digital, oleh sebab itu sejak dini harus dibangun karakter dan pemahaman anak tentang perundungan dan menghargai orang lain. 
“Membangun masyarakat inklusif dengan menghargai semua pihak, menghargai pesan budaya yang sesuai dengan tradisi yang dianut, memandang perbedaan sebagai hal wajar, dan lebih mengembangkan kecakapan berkomunikasi dengan produktif,” jelasnya. 
Di sekolah, penerapan nilai inklusi dapat diwujudkan dalam kebijakan sekolah, tata tertib dan penegakannya, serta membangun infrastruktur yang ramah untuk semua warga sekolah termasuk kepada yang menyandang kebutuhan khusus. 
“Sekolah perlu membangun sekolah siaga dengan tujuan mengaplikasikan lingkungan yang inklusif dan mengajak semua pihak untuk berpartisipasi, berani melapor ketika melihat atau mengalami perundungan, dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan diskusi dan seminar pendidikan,” lanjutnya. 
Diskusi yang dimoderatori oleh entertainer Bobby Aulia ini juga diisi oleh narasumber lainnya: Bambang Barata Aji (ketua Yayasan Dalang Nawan Banyumas), Ahmad Musyadad (Kasi Pendmad Kankemenag Bantul), serta Sheila Siregar (public relation of StateOwned Enterprise) sebagai key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment