News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Belajar Online adalah Kebutuhan dan Tantangan Peradaban. Pandemi Sifatnya Mempercepat Perubahan

Belajar Online adalah Kebutuhan dan Tantangan Peradaban. Pandemi Sifatnya Mempercepat Perubahan




Gunung Kidul - Pandemi Covid-19 yang terjadi secara mendadak telah mengubah perilaku kehidupan dengan kewajiban menjalankan protokol kesehatan. Di bidang pendidikan, kita tahu, wabah Covid-19 berimbas pada proses pembelajaran yang semula tatap muka langsung berubah menjadi sistem pembelajaran online. Warga masyarakat juga lebih banyak melakukan pekerjaan dari rumah alias work from home untuk tetap menjaga protokol kesehatan sekaligus mengantisipasi penularan virus. 

Di sektor ekonomi, banyak bermunculan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mulai merambah ranah digital dengan memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan strategi penjualan. Sebut misalnya kemunculan beraneka platform e-commerce, e-banking, e-wallet, hingga pemanfaatan berbagai aplikasi media sosial. 

Pegiat Kewirausahaan Sosial Yuni Mustani mengatakan, terjadinya pandemi secara mendadak ini telah mengubah perilaku kehidupan. Memaksa orang harus bisa beradaptasi, menyesuaikan diri dengan tekanan lingkungan untuk bertahan hidup. ”Jadi, kalau di sektor pendidikan kini kita bicara belajar online, belajar online itu kebutuhan sekaligus tantangan peradaban. Kehidupan telah berubah, sebelum maupun sesudah pandemi. Pandemi adalah pemercepat, pemicu proses perubahan itu,” ujarnya.  

Menurut Yuni, perkembangan peradaban menuntut manusia untuk mampu beradaptasi. Adaptasi itu sendiri mencakup perilaku dan pola pikir. Saat ini, di era digital dan masa pandemi, tantangan masyarakat adalah penggunaan teknologi. Sebab, internet dan digitalisasi mampu membuka peluang untuk memecahkan masalah. Termasuk bagi warga sekolah, yang memiliki tantangan peradaban untuk bisa menggelar pembelajaran online. 

Yuni menambahkan, dalam pelaksanaan pembelajaran online, baik pendidik maupun peserta didik harus terampil dalam menggunakan aplikasi. ”Tantangan pendidik dalam pembelajaran online, selain terampil menggunakan aplikasi, juga mesti terampil merancang, menyajikan, dan memilah materi secara kreatif, karena waktu terbatas,” kata Yuni Mustani dalam webinar literasi digital bertajuk ”Adaptasi Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19”, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk masyarakat Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (7/9/2021).

Lebih jauh, kata Yuni, pendidik juga harus terampil dalam memotivasi, memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan cara dan mencari sumber belajar. ”Pendidik juga harus bisa memahami karakteristik generasi Z, serta memadukan ciri fisik dan digital generasi Z,” urai Yuni kepada lebih dari 400 partisipan webinar. 

Namun di sisi lain, Yuni berpendapat, krisis yang terjadi karena pandemi Covid-19 juga memberikan keuntungan tersendiri. Di antaranya, hasrat untuk belajar menggunakan teknologi meningkat. Lalu, dengan adanya akses internet, membuka kesempatan kita menjadi warga dunia (world class). ”Krisis ini juga telah membuat kita bisa belajar tanpa batas jarak. Belajar juga menjadi murah dan fleksibel, karena bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Lifetime learning,” tutur alumni Fisipol UGM ini. 

Cuma, dari berbagai keuntungan tersebut, menurut Yuni, pembelajaran online memberikan tantangan tersendiri bagi siswa. Yakni, perlu kedewasaan dalam menggunakan platform digital, harus paham tanggung jawab pribadi dan sosial. Juga, menuntut kemandirian dan kedisiplinan dalam melakukannya. 

Menutup paparan, Yuni Mustani menyarankan agar dalam pelaksanaan pembelajaran secara online, peserta didik diberi kebiasaan untuk menulis atau membuat rangkuman (review) pelajaran. Lalu, memberikan tugas kelompok. Sementara, orangtua atau wali murid juga harus beradaptasi terhadap metode belajar online agar bisa mendampingi pelaksanaan pembelajaran. 

Narasumber lain, Head of Studies Center for Family and Social Welfare UNU Yogyakarta, Saeroni, berbicara dari aspek keamanan digital (digital safety) untuk memastikan proses pembelajaran dan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring, dapat dilakukan secara aman dan nyaman. 

Untuk menjaga keamanan digital peserta didik yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran online, Saeroni mengingatkan untuk tidak membagikan informasi yang bersifat personal. Sekadar contoh, dalam memanfaatkan platform digital, cukup dengan menggunakan nama pendek saja. 

Selain itu, lanjutnya, juga mesti menjaga kerahasiaan password dan tidak membagikannya kepada siapa pun. Lantas, ketika mendapatkan perilaku negatif di dunia digital, supaya menyimpan semua bukti, tidak membalasnya, dan menyampaikan kepada orang dewasa terkait apa yang dialami. ”Pastikan juga hanya membagikan informasi yang positif di ruang digital,” tutur Saeroni. 

Dipandu Sisca Septiyani selaku moderator, diskusi virtual kali ini juga menghadirkan narasumber anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI Nuzran Joher, Kepala Kemenag Gunung Kidul Sa'ban Neuron, dan Foodblogger @kulineryogya Arief Budiman selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment