News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Agar Tetap Aman dan Nyaman di Dunia Digital, Begini Triknya

Agar Tetap Aman dan Nyaman di Dunia Digital, Begini Triknya




Sleman - Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan penggunanya. Namun, tidak dapat dimungkiri, kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital. 

Fasilitator Nasional Rahmad Afian Pranowo mengatakan, maraknya aktivitas digital yang dilakukan mengharuskan untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang dimiliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, juga transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru dunia digital. 

”Karena kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital, teknologi menjadi incaran upaya peretasan,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet” yang digelar Kementerian Komunkasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (2/9/2021).

Rahmad mengungkapkan, karakteristik masyarakat digital yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur. Selain itu, masyarakat digital di Indonesia juga senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial. Kemudian terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi, melainkan dengan mencari. 

Masyarakat digital juga lebih senang mencari sendiri konten atau informasi yang diinginkan. Lalu, tidak ragu untuk men-download dan upload, dan merasa tidak eksis bila tidak meng-upload dan berinteraksi di media sosial, dengan berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama.

Menurut Rahmad, dengan karakteristik seperti itu maka diperlukan digital safety yakni kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari untuk meminimalkan hal negatif di internet, salah satunya hoaks.

Rahmad menyebut ada sekitar 5,5 persen masyarakat Indonesia masih menganggap semua informasi yang beredar di internet dapat dipercaya. Kemudian 26,1 persen menganggap sebagian besar informasi di internet dapat dipercaya, dan 27,5 persen menganggap setengah informasi di internet dapat dipercaya. 

”Tidak semua hasil penulusran mesin pencarian informasi benar. Diperlukan kompetensi kritis pengguna untuk dapat menyaring informasi yang diperoleh,” ucapnya. 

Rahmad menambahkan, agar bisa meminimalkan paparan konten hoaks yang menyebar di internet, pengguna harus bisa melihat dan mengenalinya. ”Sebarkan informasi yang bermanfaat dan inspiratif, serta lakukan siskamling digital. Pelajari literasi digital dan bijak bermedia sosial,” ujar Rahmad. 

Narasumber lain, Media Planner ceritasantri.id, Aina Masrurin mengatakan, ada beberapa penyebab kenapa pengguna digital mempercayai berita palsu. Salah satunya, karena kurangnya literasi. ”Sebagian masyarakat Indonesia memiliki tingkat minat baca yang rendah, sehingga mudah termakan hoaks karena informasi ditelan mentah-mentah tanpa dicerna,” katanya.

Kemudian, karena faktor mencengangkan, yakni karena secara alamiah pengguna digital sering mudah tertarik pada berita dengan judul yang mencengangkan, sehingga dapat membuat bereaksi.Lalu bias informasi, karena otak manusia cenderung menyukai berita yang mendukung pendapatnya, terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut. 

Kemudian karena konten yang terus disebar, ”Sebuah hoaks yang terus disebar akan dianggap sebagai sebuah kebenaran, karena merasa banyak pihak yang mempercayainya,” tutur Aina. 

Untuk itu, menurut Aina, masyarakat perlu memiliki digital skills. Yakni, kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi, serta sistem operasi digital. 

Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Nabila Nadjib itu, juga menghadirkan narasumber Ragil Triatmojo (Blogger & SEO Specialist), Jota Eko Hapsoro (CEO Jogjania.com),  dan grand finalist The New L-Men of The Year Gusto Lumbanbatu, selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment