News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Soft Skill dan Hard Skill yang Menunjang Literasi Digital Berkarakter

Soft Skill dan Hard Skill yang Menunjang Literasi Digital Berkarakter





Purbalingga – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menggelar webinar literasi digital dengan tema diskusi ”Implementasi Nation and Character Building di Era Digital” untuk masyarakat Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (27/8/2021). Kegiatan tersebut merupakan salah satu bagian dari program gerakan nasional literasi digital yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia. 

Diskusi virtual ini dipandu oleh moderator Ayu Perwari dengan menghadirkan empat narasumber: Muhamat Taufik Saputra (fasilitator nasional), Gilang Ramado (direktur Tripsona Indonesia), Enan. M (wakil ketua bidang hukum pemuda Muhammadiyah Purbalingga), dan Elly Hasan Sadeli (Ketua Program Studi PPKm Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Turut hadir Fadhil Achyari (2nd runner up The New L-Men of the Year 2020) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan perspektif literasi digital yang meliputi digital culture, digital ethics, digital skills, dan dital safety. 

Membahas tema nation dan character building di Indonesia, Gilang Ramado menjelaskan, terminologi tersebut sebenarnya telah digunakan oleh presiden pertama RI Ir. Soekarno sebagai peletup semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berdikari. Aspek pembentukan karakter bangsa dipengaruhi faktor otonomi dan heteronomi serta Pancasila sebagai dasar ideologi yang sekaligus menjadi dasar pembentukan karakter bangsa. 

Ia menyebutkan, ada lima nilai utama karakter prioritas dalam menguatkan pendidikan karakter untuk membangun generasi emas 2045. Anak bangsa dididik dengan menanamkan nilai religius, nasionalis, gotong royong, integritas dan mandiri. 

”Implementasinya tentu tidak mudah, karena kenyataan yang cukup menampar di awal 2021, dalam survei yang dilakukan oleh Microsoft pada tahun lalu, warganet Indonesia tercatat paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal ini harusnya membuat kita sadar untuk bisa memperbaiki perilaku kita di internet sesuai nilai Pancasila. Selain itu, pengaruh globalisasi membuat ideologi yang bertentangan ideologi masuk dan mempengaruhi karakter warga. Juga, tren media sosial menjadi tantangan lain, serta sebagian besar warga Indonesia adalah pengguna media sosial aktif. Jika tidak dibekali kemampuan digital, bisa merusak karakter bangsa sendiri,” jelas Gilang kepada 150-an peserta webinar. 

Maka, ada dua keahlian yang bisa dimantapkan dalam menghadapi tantangan implementasi penguatan karakter bangsa. Yakni, dengan mengembangkan dan meningkatkan soft skill dan hard skill. Soft skill adalah kemampuan diri dalam berkomunikasi yang merupakan sifat bawaan atau kepribadian. Sedangkan hard skill adalah kemampuan yang bisa ditingkatkan melalui pelatihan. 

”Kemampuan komunikasi, beradaptasi, dan problem merupakan bagian dari soft skill yang dapat didukung dengan hard skill. Misalnya dengan menguasai bahasa asing, digital marketing, serta editing foto dan video. Keahlian-keahlian ini sangat diperlukan untuk beradaptasi di era digital,” imbuhnya. 

Namun, perlu diperhatikan juga, dalam menyelam di ruang digital pengguna internet perlu memahami keamanan digital. Seperti dijelaskan oleh Muhamat Taufik Saputra, sebelum beraktivitas di ruang virtual perlu memahami keamanan digital. Menjaga keamanan digital penting, mengingat pengguna internet Indonesia telah mencapai 202,6 juta dari total penduduk 274,9 juta jiwa. 

Bisa dikatakan, digital safety merupakan cara kita dalam membentengi diri dari kejahatan digital, sehingga perlu memahami apakah sudah aman ketika memasuki ruang digital. Keamanan digital di antaranya kita bisa memastikan diri untuk tidak mengunggah data pribadi di ruang publik. Data pribadi jika tidak digunakan sebagaimana keperluannya, berpotensi dimanfaatkan orang lain untuk tindak kejahatan seperti penipuan digital, profiling, scam, hacking, dan sebagainya. 

”Pastikan ketika berselancar alamat yang akan diakses itu memiliki tanda gembok, menggunakan https – yang menandakan bahwa situs tersebut aman. Juga pastikan keamanan akun digital dengan menggunakan password yang kuat dan selalu log out jika menggunakan perangkat milik umum. Mengaktifkan pengaturan privasi ganda pada akun, menghapus jejak penelusuran. Serta meminimalisir penggunaan free wifi untuk transaksi penting atau aktivitas yang harus memasukkan data pribadi,” urai Taufik. 

Tindakan keamanan tersebut merupakan bentuk preventif agar tidak terjebak pada kemungkinan kejahatan siber. Sebab modus kejahatan dewasa ini juga semakin beragam. Kita perlu membentengi diri agar tidak mudah terpengaruh dengan segala bentuk modus kejahatan digital dengan memahami keamanan digital. 

”Tingkatkan kewaspadaan saat bermain di ruang digital. Tingkatkan pengetahuan untuk melindungi data pribadi, dan pilah pilih konten. Kembangkan cara berpikir kritis dan tidak mudah percaya jika tidak ada bukti valid. Serta membudayakan kebiasaan membaca sebelum menyebarkan informasi agar tahu, itu baik, bermanfaat dan penting untuk diketahui orang lain,” pungkas Taufik. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment