News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pilihan Transformasi Digital: Mau Beradaptasi, Meng-upgrade Keahlian atau Ditinggal Zaman, bahkan Mati

Pilihan Transformasi Digital: Mau Beradaptasi, Meng-upgrade Keahlian atau Ditinggal Zaman, bahkan Mati





Tegal: Apa yang diprediksi pengamat komunikasi sosial Marshall McLuhan sejak tahun 1962 kini jadi nyata. Internet berhasil membuat komunikasi dunia benar-benar berubah. The Global Village, dunia menurut McLuhan menjadi desa global yang dekat dan saling kenal.

Betapa cepat. Semalam kita sedunia dalam hitungan detik bisa menonton pertandingan bola dan menyaksikan kemenangan Inggris 2:0 atas Jerman, misalnya. Begitu juga kini, dengan medsos kita bebas menulis artikel apa pun tanpa sensor redaksi dan disebarluaskan ke mana pun tanpa batas wilayah. Realtime, dan bisa ditanggapi langsung oleh pembaca. Dibaca lebih banyak orang tanpa editan redaksi seperti zaman dulu ketika menulis artikel terkena sensor redaksi koran yang takut pada sistem politik yang mengontrol dalam sistem suatu negara.

”Bahkan hari ini, lewat akun Facebook, Presiden Jokowi berulang tahun, ada warga Medan bisa mention langsung ke akun Presiden. Selamat ulang tahun Pak Jokowi. Sebelumnya tak terpikir hal itu bisa terjadi,” ujar Fajar Nursahid, direktur eksekutif LP3ES yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie, Jakarta, saat berbicara dalam webinar literasi digital bertopik ”Transformasi Digital, Era Baru Tranformasi Sosial” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Tegal, 30 Juni lalu. 

Dalam konteks Indonesia masa kini, keterhubungan yang makin dekat karena dari 274 jutaan populasi penduduk di tahun 2020, populasi pengguna internet mencapai 73 persen, bahkan pengguna smartphone di Indonesia 125 persen dari populasi penduduk alias ada 345 juta smartphone aktif yang meningkatkan interaksi sosial keterhubungan ini. 

”Dampaknya, interaksi sosial dalam medsos kita saat ini sangat riuh rendah. Mari kita tengok medsos kita dalam 60 detik saja, ada 300 ribu orang mengunjungi akun Instagram-nya, ada 1 juta orang login di Facebook, bahkan 4,5 juta orang nonton Youtube dalam semenit saja. Lalu, 2,5 juta orang posting foto, berbagi foto dan teks di Facebook dan 44.200 orang bikin status bergambar di Instagram. Sangat riuh rendah aktivitas medsos kita,” papar Fajar .

Ratusan partisipan webinar lintas profesi dan usia dari seantero Kabupaten Tegal menyaksikan paparan Fajar, yang dipandu moderator Bobby Aulia. Selian Fajar, juga hadir dalam webinar tiga pembicara lain: Widiasmorojati (konsultan bisnis), Dr. Purwo Susongko (Wakil Rektor Universitas Panca Sakti Tegal), dan Anang Putra Dermawan (CEO Mark Indonesia), serta Indira Wibowo, Putri Duta Wisata 2017 yang tampil sebagai key opinion leader.

Didukung kondisi pandemi yang belum reda, transformasi digital makin menyempurnakan peran pentingnya sebagai pengubah perilaku kehidupan sosial kita saat ini. Mengutip Widiasmoro, sejak bangun tidur, aktivitas kita diawali dengan pegang ponsel, mengecek semua rencana kerja. Dan, dengan adanya PPKM, semua urusan mesti dilakukan dari rumah, cukup dengan ponsel. 

Lalu, pendidikan anak sekolah, kuliah bersama dengan zoom. Pesan makanan dan alat transportasi hingga bayar pajak dan listrik, semua tanpa keluar rumah. Bahkan kini, bikin paspor dan perpanjangan SIM, bisa digital. ”Justru karena pandemi, kini semua urusan dipermudah, dari serba offline dan tatap muka menjadi cukup online. Semua cukup dengan sentuhan jari banyak pekerjaan dan interaksi sosial bisnis bisa tuntas,” urai Widiasmorojati.

Bagi mereka yang cakap digital, semua memang mudah. Tapi buat generasi baby boomer, kaum sepuh yang masih gaptek, jelas ini butuh adaptasi. Menurut Purwo Sasongko, semua kalangan mesti bisa bertransformasi, baik yang muda milenia maupun yang generasi baby boomer yang sudah setengah abad usianya. Sebab, semua mesti produktif secara positif, mengambil peluang dan manfaat dari transformasi digital saat ini

Apalagi di masa pandemi, lanjut Purwo, pengetahuan, peluang dan rezeki bisa terus diburu secara online. Dan untuk mengejarnya, mesti berkolaborasi antar-generasi. ”Butuh partisipasi dan kontribusi kita, khususnya yang milenia, untuk membagi kecakapan, teachable, mengajari kecakapan digitalnya kepada bapak dan kaum baby boomer, lalu maju bersama dalam memanfaatkan secara positif perubahan ini,” ujar Wakil Rektor Universitas Panca Sakti Tegal ini.

Sementara, narasumber lain, Anang Putra Dermawan menambahkan, kesempatan maju dan peluang rezeki memang mesti dibagi kepada semua warga negeri ini yang mau beradaptasi. Peluang berdagang online semakin luas di dalam negeri, kini mesti digarap potensinya karena pasar luar negeri sedang ribet perizinannya. 

Apalagi, pemerintah sendiri sigap mendukung dengan menggenjot digitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar semakin banyak yang go digital. Begitu juga tenaga muda, baik sarjana maupun mahasiswa yang mau lulus, dibukakan peluang dan tantangan untuk didayagunakan membangun UMKM yang lebih digitalized pemasarannya. 

Sudah begitu, lanjuit Anang, saat ini semakin banyak investor yang melirik UMKM untuk disuntik dana kemitraan. Apa artinya? ”Semakin jelas, di era digital pilihannya hanya mau beradaptasi, meng-upgrade keahlian digital, atau ditinggal zaman atau bahkan mati. Memang kejam, tapi itulah realitas sekaligus tantangan zaman,” pungkas Anang. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment