Mengapa Menjaga dan Mendidik Anak di Era Digital Penting?
Kendal – Kehidupan anak-anak masa kini tak bisa dimungkiri telah diambil alih oleh perangkat digital dan akses internet. Anak memang perlu dibekali dengan teknologi, sehingga akses ilmu pengetahuan dan informasi lebih mudah. Namun, juga perlu selalu mengawasi agar si anak berkembang dengan konten yang tepat.
Kepala Sekolah MAN 1 Karanganyar, Jawa Tengah, Lanjar Utami mengatakan, tantangan terbesar pengasuhan dan pendidikan anak zaman now adalah ancaman konten negatif dari internet, seperti pornografi, fitnah, konten yang merugikan masyarakat, penipuan, perjudian, hoaks, sampai SARA.
Lanjar mengungkapkan, untuk mengatasi tantangan dan permasalahan konten negatif yang dihadapi anak zaman now, yakni perlu adanya literasi digital.
”Literasi digital berupa kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh dan mengakses informasi, serta mencari maupun mengaplikasikan solusi atas permasalahan yang dihadapi,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Menjaga dan Mendidik Anak di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin (2/8/2021).
Selain itu, orangtua juga harus berpikir kritis dan memahami pentingnya digital emphaty, yakni pendekatan holistik untuk mengajar dan meneliti literasi digital dengan memadukan aspek kognitif, emosi, sosial dan moral literasi digital dan dunia digital.
“Mendidik dan mengasuh anak merupakan tugas dan tanggung jawab kolektif semua kalangan, yaitu negara, pemerintah, guru, orangtua, dan individu,” ucapnya.
Tugas untuk mendidik anak-anak ini, berupa mempersiapkan dan membekali generasi milenial di dalam kehidupan sosial dengan merujuk kepada etika, norma dan kearifan baik itu yang bersifat lokal maupun universal.
Lanjar juga membeberkan beberapa tips untuk melatih anak berempati. Adapun kiat-kiat tersebut seperti dengan mengajarkan anak mengenali dan mengelola emosi, memposisikan diri anak sebagai orang lain, memberikan contoh berempati.
“Tips lainnya yaitu mengajari anak kesopanan, melibatkan anak dalam kegiatan sosial, memperkenalkan peran orang lain dalam hidupnya, memberikan pujian dan menjadi contoh bagi anak dalam bermedia sosial,” tuturnya.
Sementara itu , Kepala MTsN Semarang, Hidayatun mengatakan pengguna internet berasal dari berbagai latar belakang kulutural dan politik.
Menurutnya, komunikasi yang dilakukan melalui media sosial pada dasarnya berbasis teks, sehingga memungkinkan interpretasi yang berbeda berdasarkan latar belakang setiap pihak.
Hidayatun juga mengatakan konten yang disebarkan melalui media sosial tidak hanya tertuju langsung kepada pengguna yang diinginkan. Namun juga ke pengguna lainnya.
“Etika berinternet diperlukan agar setiap pengguna ketika berada di dunia maya memahami hak dan kewajibannya sebagai bagian dari dunia maya,” ujarnya.
Hidayatun mengungkapkan, berdasar hasil survei tahun 2017 We Are Social, 18 persen pengguna media sosial usia 13 sampai 17 tahun, yang merupakan usia produktif bagi pelajar.
Ia juga menyebut 82 persen siswa sekolah menegah tidak dapat membedakan konten berita iklan dengan berita sesungguhnya di media website dari hasil survei Standford University pada 2016.
Sedangkan dari The Media Insight Project menyebut, 75 persen dari remaja saat ini kebanyakan menghabiskan waktu untuk online, mayoritas mengambil informasi dari media sosial daripada internet.
Menurut Hidayatun, dalam berkegiatan di dunia maya, masyarakat perlu memahami berbagai hal seperti selalu ingat akan keberadaaan orang lain di dunia maya.
Kemudian, taat kepada standar perilaku online yang sama dengan yang dijalani dalam kehidupan nyata. Selanjutnya yakni tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna internet lainnya, membentuk citra diri yang positif, menghormati privasi orang lain.
“Hal lain yang perlu dipahami, yakni agar memberi saran dan komentar yang baik, hormati waktu dan bandwith orang lain, mengakses hal-hal yang baik dan bersifat tidak dilarang serta tidak melakukan seruan atau ajakan yang bersifat tidak baik,” ucapnya.
Diskusi virtual kali ini juga menghadirkan narasumber lain seperti pengajar dan pegiat literasi digital, Riant Nugroho, kemudian praktisi Community Development Iwan Gunawan.
Hadir pula seorang entertainer Nazmi Syahni sebagai key opinion leader, dan entertainer Zacky Ahmad sebagai moderator dari webinar yang diikuti sekitar 200 peserta tersebut. (*)
Post a Comment