News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Memahami Literasi Digital dalam Menjalani Sekolah Daring

Memahami Literasi Digital dalam Menjalani Sekolah Daring



Purworejo – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kembali menyelenggarakan webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kali ini, Selasa (31/8/2021) mengusung tema “Memanfaatkan Fitur-fitur Edukatif di Ruang Digital untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dan Guru”. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang dilaksanakan untuk mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia. 

Diskusi virtual ini dipandu oleh Agung Prakoso (founder ATV Creative Asia) dan diisi oleh empat narasumber: Ika Lestari Damayanti (dosen Universitas Pendidikan Indonesia), Sukmo Widi Harwanto (Kadis Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo), Muhammad Mustafid (ketua LPPM UNU Yogyakarta), dan Nikma Turohmah (ketua MKKS SMP Purworejo). Selain itu, ada Gloria Vincentia (Putri Batik Nusantara 2018) yang hadir sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. 

Saat memberikan kata sambutan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan, transformasi digital telah mengubah tatanan pola hidup dengan cepat. Karena itu, masyarakat harus cepat beradaptasi dengan menyelami lebih dalam lagi dunia digital. Bukan cuma sebagai tempat hiburan, tetapi juga untuk menyebarkan hal-hal positif serta tidak memperkeruh dengan hal-hal negatif. 

Dalam paparannya, Sukmo Widi Harwanto menjelaskan, di era digital kecakapan menguasai literasi digital sangat diperlukan. Apalagi di dunia pendidikan, saat ini juga tengah menggunakan sistem pembelajaran secara daring. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi pendidik untuk memiliki kecakapan digital agar pembelajaran dapat diberikan dengan efektif. 

Kecakapan digital yang dimaksudkan di sini tidak hanya terampil dalam menggunakan perangkat digital secara teknis, tetapi juga cerdas dan bijak dalam menggunakannya. Sehingga, perlu pendekatan-pendakatan strategis yang dapat meningkatkan literasi digital.

“Dengan memiliki kecakapan digital dan literasi digital, baik pendidik maupun murid dapat mencari dan memahami informasi untuk menambah wawasan individu. Banyaknya informasi dari beragam sumber juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Selain itu juga meningkatkan kemampuan verbal, merangkai kalimat dan menulis informasi karena dapat menemukan kosa kata baru,” jelas Sukmo Widi Harwanto kepada hampir 600 peserta webinar. 

Namun, Sukmo melanjutkan, tantangan literasi digital sejatinya terletak pada derasnya arus informasi yang membuat bercampurnya antara informasi positif dan negatif. Oleh sebab itu, setiap individu harus memiliki kemampuan dalam memilah dan memilih serta memahami informasi yang benar dan tepat. 

Dari sisi etika digital, Nikma Turohmah menyampaikan, partisipasi dan kolaborasi dalam literasi digital sangat penting untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Dalam prinsip etika digital, partisipasi dan kolaborasi berarti mengajak setiap pengguna media digital  untuk berinisiatif dalam memperoleh informasi yang jujur, akurat, dan etis. 

Literasi digital akan mendorong pengguna media digital untuk mengetahui cara berinteraksi di ruang digital serta mematuhi aturan yang berlaku dan etika di ruang digital. Sebab, etika termasuk dalam elemen komunikasi yang penting  dan perlu diperhatikan antara orangtua, masyarakat, anak didik, dan sekolah. 

“Etika di ruang digital kita harus memahami bahwa konten atau tulisan yang kita unggah mencerminkan diri kita. Saat berkomunikasi di ruang digital kita harus ingat bahwa yang diajak komunikasi adalah manusia, sehingga kita harus mampu mengendalikan emosi, santun, menggunakan tulisan dan bahasa yang benar dan baik. Dapat menghargai privasi orang lain dan tahu posisi kita, sebab ketika tidak memperhatikan hal ini maka kita akan mengabaikan banyak hal dalam dunia digital,” terang Nikma Turohmah. 

Orangtua, menurut Nikma, harus mampu menggerakkan semangat literasi anak ketika di rumah. Sebab layaknya dunia nyata, komunikasi di dunia digital juga melibatkan etika dan nilai sosial. Maka dalam berinteraksi di media pun pengguna media digital diajak untuk menyadari tanggung jawab sosial dan etika. 

“Meski demikian anak perlu diajak komunikasi dari hati ke hati agar mampu memahami peran etika saat berinteraksi di ruang digital. Namun anak juga sekaligus diberi kebebasan dengan syarat tetap memberikan pendampingan saat beraktivitas daring. Dalam menjalani pembelajaran jarak jauh, anak juga perlu dilatih disiplin, agar situasi saat ini tidak menjadi hambatan dalam belajar,” pungkas Nikma. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment