News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Melek Digital. Fakta yang Bikin Rhoma Irama Mesti Berulang Merevisi Lagunya

Melek Digital. Fakta yang Bikin Rhoma Irama Mesti Berulang Merevisi Lagunya




BREBES : Raja Dangdut Rhoma Irama mestinya berulangkali merevisi syair lagu hitnya. Kalau di tahun 1980-an, Bang Rhoma ngetop dengan syair "Seratus tiga puluh lima juta penduduk Indonesia", kini jumlahnya sudah menjadi "Dua ratus tujuh puluh empat juta penduduk Indonesia", dan ada yang lebih spesifik, yakni: "Seratus tujuh puluh juta penduduk internetnya." 

Sembari melantunkan irama dangdut ala Bang Rhoma, Novitasari, MPd, dosen Universitas Tidar Magelang, hendak merincikan betapa dinamisnya pertumbuhan penduduk internet Indonesia yang berlangsung cepat. Jika sebelumnya pada 2019 masih 160 juta, tahun 2020 naik menjadi 170 juta. Itulah fakta terkait laju pertumbuhan jumlah penduduk internet Indonesia.

Itulah pula fakta yang, Novitasari ingatkan, agar jangan sampai salah kelola. "Kesadaran melek digital ini mesti segera diikuti dengan kecakapan digital, yang harus terus dididik oleh kaum milenial dan guru digital yang berkemampuan profesional dan cerdas," ujarnya. 

Novitasari menjelaskan, sebagai penduduk dengan populasi tiga besar dunia dalam jumlah warga digital, Indonesia jangan sampai kecolongan momentum. Langkah Kementerian Kominfo dengan program Indonesia Makin Cakap Digital ini mestinya bisa memantik partisipasi warga yang sebesar-besarnya untuk memperkuat kemampuan literasi digital. 

"Momentum pandemi Covid-19 juga menjadi pemicu semakin banyak warga kita, apalagi yang sudah melek digital, trengginas dalam menangkap kesempatan untuk menambah ilmu digital dan ilmu bisnis marketing, apa pun produk dan jasa yang mesti dikembangkan pasarnya lewat teknologi digital. Dengan kecakapan melek digital, kita akan lebih mudah mewujudkan banyak keinginan dan mimpi kita menuju kehidupan yang lebih baik," tutur Novitasari saat berbicara dalam webinar literasi digital besutan Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Brebes, 28 Juni lalu. 

Dalam webinar bertajuk “Melek Digital sebagai Modal Pembangunan Bangsa” yang diikuti  lebih dari 200 peserta itu Novitasari tak tampil sorangan. Dipandu moderator Zaky Achmad, tampil juga pemateri Rahmat Afian Pranowo, fasilitator Kaizen Room; Dinar Yuhananto, content creator dan digital marketer; dan Ryan Sugiarto, Ketua Yayasan Inovasi Desa;  didampingi key opinion leader, seorang entertainer Adinda Daffy.
Acara berlangsung gayeng, karena peserta tak hanya sumringah pada ilmu yang dibagi tapi juga doorprize digital money untuk belasan pemenang.

Dinar Yuhananto, pembicara lain, malah melihat kemampuan melek digital sebagai  kewajiban moral bagi nyaris semua warga Indonesia yang tak bisa ditunda dan ditawar lagi. “Pandemi sudah memaksa semua lapisan warga untuk bangun dengan 'the power of kepepet'-nya. Mesti belajar cepat. Kalau tidak, bakal dilindas transformasi zaman," kata Dinar. 

Dinar mengingatkan, secara bertahap terlihat kalau pemerintah sudah semakin mengarah ke perwujudan pemerintahan yang serba layanan digital. Mulai dari bayar pajak hingga hampir semua layanan sudah serba digital. Bisnis dan ekonomi berkembang dan bersaing ketat, dengan pembeda bisa tidak pengusahanya melek digital, bisa tidak produk dan jasanya di-go digital-kan untuk dipasarkan. "Kalau jalan di tempat, ya sudah, tinggal nunggu waktu ditinggal pelanggan,” pesan Dinar tidak main-main.

Namun, tetap saja, meski kita saat ini harus bergerak dan bersaing ketat,  namun dalam bersaing dan bergaul tetap harus hati-hati dan menghormati tata krama sosial pergaulan di internet. Netiket namanya. 

“Sering ada pesan bijak menyebut, 'jangan lihat siapa orang yang menyampaikan pesan, tapi lihat isi pesannya'. Nah, dalam konteks pergaulan internet, saran saya, tetap penting buat kita mengecek kredibilitas siapa orang atau pihak yang menyampaikan. Karena kita belum paham maksud dan tujuan mengapa seseorang itu menyampaikan pesan atau informasi. Jangan mudah mempercayai suatu pesan atau info yang kita terima. Cek dan cari pembanding sebelum diyakini kebenarannya, apalagi di-share lebih jauh. Hati-hati, karena bisa jadi kita malah dituding menyebar hoaks kalau tidak ceking info terlebih dulu," ujar Novitasari, mengingatkan. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment