Jaga Citra Positif di Medsos dengan 'THINK'
Cilacap: Ada hal yang mesti dipahami dari dunia digital: ia hanyalah sarana lain yang lebih luas dan lebih cepat dengan penghuni berupa akun-akun alias identitas baru dari manusia yang sama di dunia nyata.
“Karena manusianya sama, bukan perangkat elektronik yang tak berhati nurani, maka dalam berkomunikasi dengan mereka juga mestinya tetap saling menghormati dan menjaga perasaan. Karena kalau sampai kita melontar postingan yang tanpa sadar menebar kebencian dan mengganggu tolerasi agama atau konflik sosial, maka risiko ditolak di dunia digital juga akan sama dengan dunia nyata."
Pernyataan di atas disampaikan oleh Zusdi F. Arianto, Ketua Yayasan Quranesia Amrial Rasyada, ketika tampil dalam webinar literasi digital yang membahas topik “Mengenal Pengaturan Proteksi Data pada Era Digital “. Diskusi online yang diinisiasi dan dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 25 Juni lalu itu, membidik audiens warga masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Zusdi menambahkan, kewaspadaan semakin diperlukan dalam dunia digital, utamanya karena model komunikasi di internet sifatnya 'one to many'. Ini berbeda dengan pola komunikasi 'one to one', di mana kita hanya berhubungan dengan satu orang, sehingga risiko yang timbul hanya konflik atau beda pendapat dengan satu orang.
"Tapi kalau 'one to many', seperti kita posting ucapan atau konten di WA Group, Facebook, Instagram dan beragam platform medsos, setiap postingan atau konten kita dilihat atau ditonton dan direspons langsung oleh banyak orang," tutur Zusdi.
Untuk itu, lanjutnya, kita mesti berhati-hati dan banyak yang mesti dipertimbangkan sebelum share konten atau posting kata-kata. "Apalagi di saat emosi belum stabil, berbahaya," ujar Zusdi yang dalam webinar kali ini ditemani narasumber lain, yakni: Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (graphic designer dan fotografer senior), Immadudin Indrosobir (digital practiser), Yusuf Mansur (content creator Padasuka TV), serta Brigitta Feslina, presenter TV yang bertindak selaku key opinion leader. Webinarnya sendiri dipandu oleh moderator Triwi Dhyatmoko.
Zusdi Arianto lebih jauh memerinci tips yang perlu dipertimbangkan seseorang supaya selalu aman saat membagi konten di medsos yang bakal dibaca dan direspons begitu banyak orang. Respons itu bisa positif atau negatif, juga dengan bahasa yang beragam. "Jangan berharap semua orang yang menonton akan merespons suka," cetus Zusdi
Nah, agar postingan aman, Zusdi mengusulkan untuk meminimalisirnya dengan formula "THINK". Apa itu?
True, biasakan posting info berdasar fakta yang mengacu kebenaran. Lalu, Hard Full, apakah kemungkinan postingan kita bakal menyakiti orang lain. Ilegal, apakah kemungkinan konten atau postingan kita bakal berisiko melanggar hukum?
Berikutnya, Necessary, apakah postingan itu dirasa perlu untuk kepentingan orang lain. Dan terakhir, Kind, apakah postingan kita sudah diungkap dengan bahasa yang santun untuk ukuran masyarakat dan tidak dengan bahasa kasar?
"Kalau kelima aspek itu dipertimbangkan sebelum kita posting konten ke ruang publik digital, insya Allah akan meminimalisir munculnya masalah terkait postingan kita," ucap Zusdi.
Berikutnya, setelah etika dan tata krama bersosial media diamankan, yang juga mesti diamankan dalam berkomunikasi di dunia digital adalah keamanan data pribadi. Baik itu di akun pribadi maupun akses masuk ke ponsel kita, karena ancaman kejahatan digital tak pernah bisa dianggap enteng.
Menurut Djaka Dwiandi, kunci utama untuk mengamankan data pribadi kita adalah jangan suka mengakses wifi di ruang bersama. Kalau pun terpaksa, aktifkan aplikasi VPN yang melindungi identitas dan lokasi ponsel kita, bahkan bisa menyembunyikanya. Lalu, gunakan password yang rumit dan sering teratur ganti password.
Selain itu, hati-hati saat mengakses situs. Perhatikan hal sepele, misalnya beda situs dengan awalan http dan https. Situs yang https, 's' itu artinya secured, aman, apalagi ada gambar kunci, itu makin aman.
"Karena kalau tidak aman, justru biasanya itu jebakan untuk mengakses dan menyedot data pribadi kita, bahkan rekening bank kita pun bisa dicuri kalau kita salah akses," ungkap Djaka.
Jadi? Dunia digital itu jelas peluang luas untuk mengembangkan pasar dan omzet. Kalau tatakrama dan data bisa terus dijaga, saatnya menangkap peluang bisnis. Buat UMKM dan pelaku bisnis yang masih konvensional, ini saatnya mau bertransformasi dengan belajar cepat kecakapan literasi digital.
Imaduddin Indrisobir mengatakan, jangan mau ditinggal pemain baru yang langsung tancap gas dengan Go Digital-nya. UMKM mesti bergerak dan berinovasi, jadikan Unicorn pengusaha besar digital seperti GoTo yang merupakan kongsi Gojek dan Tokopedia -- dengan omzet bukan lagi miliar tapi triliun.
"Kalau mereka sudah bisa berlari kencang di dunia digital, saatnya UMKM bangkit dan berlari di dunia maya yang penuh peluang dan harapan. Kuncinya, mau berinovasi dan belajar cepat," pungkas Imaduddin. (*)
Post a Comment