News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adaptasi Pembelajaran Daring Sangat Butuh Kreativitas Guru maupun Siswa

Adaptasi Pembelajaran Daring Sangat Butuh Kreativitas Guru maupun Siswa




Sragen – Selain bidang ekonomi, perubahan paling nyata akibat pandemi Covid-19 ialah penerapan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam jaringan (daring) bidang pendidikan. Metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS) itu, kini menjadi solusi agar pendidikan tetap berjalan.

Dalam metode belajar daring, peserta didik dan tenaga didik umumnya berada di lokasi terpisah, sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya serta membutuhkan berbagai sumber daya yang diperlukan saat KBM berlangsung.

”Yang harus dipersiapkan dalam belajar daring, sebaiknya guru dan siswa memiliki kemampuan beradaptasi dan cakap digital,” kata Anggraini Hermana saat bicara sebagai narasumber pada webinar literasi digital bertema ”Saatnya Peserta Didik dan Guru Terampil Belajar Daring (Online)” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (23/8/2021).

Adaptasi dan cakap digital tersebut, meliputi cakap dalam mengoperasikan perangkat digital, bersahabat dengan jaringan internet, selalu update tentang aplikasi apa saja yang dapat mendukung KBM, cakap mengoperasikan aplikasi digital, piawai dalam berselancar, sehingga dapat menemukan ide-ide kreatif dan inovatif.

”Rajin mencari referensi agar KBM menyenangkan dan tidak membosankan, di samping menambah wawasan. Bisa juga, menggali tips untuk mengatasi kendala yang ada selama daring,” imbuh Anggraini.

Anggraini menambahkan, adaptasi terhadap pembelajaran daring sangat membutuhkan kreativitas baik oleh guru maupun siswa. Sebut saja misalnya, presentasi melalui YouTube, Instagram sebagai media pengumpulan tugas, memanfaatkan portal online edukasi, membuat konten pembelajaran singkat via TikTok, mengunggah konten pembelajaran yang inspiratif, membuat website, menggunakan milis, atau memanfaatkan google workspace.

Adapun beberapa praktik keterampilan dalam daring untuk guru dan siswa, menurut Anggraini, yakni melakukan ujian secara presentasi lisan tatap muka online (seperti pendadaran), share screen saat live mengerjakan tugas dengan pro create, bamboo paper, atau online whiteboard, live video saat ujian praktik, buat grup WA, skype, telegram untuk belajar kelompok, dan mengumpulkan karya dalam bentuk video teaser atau slideshow.

”Dengan mempraktikkan beberapa keterampilan di atas, maka guru mendapatkan penilaian multi subjek (seperti penilaian pada pembelajaran tematik) dan siswa pun mendapatkan multi skill. Untuk mewujudkan pembelajar daring online yang sukses, sangat dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru, siswa dan orangtua (wali). Jadikanlah kegiatan daring ini sebagai sesuatu hal yang eksploratif, kreatif, positif, produktif, serta menyenangkan,” jelas Anggraini.

Sesuai tema, narasumber direktur Bengawan Institute Susanto Polamolo menambahkan, yang juga harus diperhatikan dalam proses pembelajaran sistem daring ialah penegakan etika sebagai batas normatif maupun etiket sebagai praksis dalam proses tersebut, meski belum ada undang-undang yang mengatur etika murid terhadap guru.

”Batas-batas normatif atau ketentuan guru dan anak didik (siswa) ini penting, agar berbagai kasus yang melibatkan guru saat melaksanakan tugasnya mendidik siswa di sekolah tidak diperkarakan dan berujung pemenjaraan,” ujar Susanto.

Etika digital (netiket) belajar daring, menurut Susanto, secara sederhana tidak hanya kecakapan berinternet, melainkan juga mengerti batas, sadar-aktif dan kritis dalam proses pembelajaran daring. Meskipun, banyak sekolah yang belum menciptakan sistem pembelajaran berbasis konsep digital. 

”Pembelajaran berbasis digital berarti menyiapkan dan menciptakan sistem e-learning: produk konten video pelajaran, infografis, media sosial, website, customer service, perpustakaan digital, modul soft file, dan sebagainya,” sebut Susanto, mengakhiri paparannya.

Webinar yang dipandu oleh moderator presenter Yade Hanifa itu, juga menghadirkan narasumber Nanik Lestari (peneliti MAP UGM), Evelyne Henny Lukitasari (dosen dan praktisi DKV Universitas Sahid Surakarta), dan model Egi Trie selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment