News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sineprak Bukti Pertemuan Budaya Tradisional dengan Kemajuan Teknologi Digital

Sineprak Bukti Pertemuan Budaya Tradisional dengan Kemajuan Teknologi Digital




Banyumas – Data BPS menunjukkan Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa dengan budaya yang berbeda. Budaya tradisional dibentuk dari aneka ragam budaya suku dan merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia.

Pemimpin redaksi media online Suarakampus.com Krisno Wibowo mengungkapkan pendapatnya dalam acara webinar literasi digital bertema ”Pertemuan Budaya Tradisional dengan Kemajuan Teknologi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Rabu (7/7/2021).

Acara virtual yang dipandu moderator Dannys Citra itu, juga menampilkan pembicara Nuralita Armelia (Fasilitator Nasional), Anggitiyas Sekarinasih (dosen UIN Saizu Purwokerto), Irfan Bahtiar (Social Media Enthusiast), dan Aprilia Ariesta selaku key opinion leader.

Upaya ”nguri-uri” atau merawat kebudayaan tradisional, kata Krisno, perlu terus dilakukan. Karena, selain mengandung nilai-nilai tradisi adiluhung, kemanusiaan, etika, dan tata krama, budaya tradisional juga merupakan modal identitas jati diri dan karakter bangsa.

”Budaya tradisional juga mampu meningkatkan nilai ekonomi sektor pariwisata dan mengurangi pengangguran, selain bisa menjadi sarana menunjukkan kepada bangsa lain bahwa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan multikultur,” ujar Krisno.

Untuk melestarikan budaya tradisional, lanjut Krisno, butuh kerja sama intensif antara pemerintah dengan masyarakat pewaris budaya. Begitu juga dalam upaya adaptasi budaya tradisional dengan kemajuan teknologi digital.

”Di Yogyakarta ada sebuah kelompok anak muda yang memiliki concern terhadap kesenian tradisional kethoprak. Mereka mencoba membuat tayangan video ke Youtube, mengemas pertunjukan dengan efek modern, dan menyebutnya sebagai 'sineprak'. Itu salah satu bentuk pertemuan budaya tradisional dengan kemajuan teknologi digital,” jelas Krisno.

Peran teknologi digital, lanjut Krisno, bersifat promotif, artinya memperluas jangkauan sosialisasi budaya tradisional. Contohnya melalui virtualisasi gelaran seni budaya lewat teknologi digital, maupun digitalisasi arsip-arsip dan sejarah seni budaya tradisional.

”Pengunggahan konten-konten visual budaya tradisional lewat pembentukan komunitas-komunitas medsos. Membuat stimulan pelibatan generasi muda dalam pelestarian budaya tradisional, lewat lomba-lomba, festival dan semacamnya di medsos,” pungkas Krisno.

Narasumber lain, Narulita Armelia, melihat budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok lalu diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya menurut Narulita memiliki ciri-ciri dinamis, fleksibel, diwariskan, dan berkesinambungan. ”Orang yang bertahan adalah yang mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan budayanya,” tegas dia. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment